44

1.2K 39 5
                                    

Kay sudah berada didalam bathup. Berendam diam hanya menggerakan kakinya tanda ia menikmati suhu air.

"Hah...." dia terus saja menghela nafasnya karena perasaan gerah ini tak kunjung hilang. Pusing bukan main pun kelopak matanya sudah ikut panas sekarang.

Namun, dimata Vionna Kay tertidur sekarang. Setelah dirinya yang menyiapkan air nya juga melepas satu persatu pakaian Kay tadi dengan susah payah.

Vio hanya diam menatap Kay dari tepian bathup. Menunggu kakak perempuan tirinya itu selesai menghilangkan gerahnya.

"Yak, Kucing! Kau masih disana?" ucap Kay tanpa membuka mata.

"Kau butuh sesuatu?"

Kay menghela nafas lagi lalu menggeleng.

"Aku masih merasa gerah..." adunya.

"Ya, mau bagaimana lagi? Jika lebih dingin dari ini aku takut kau malah kedinginan."

"Kau peduli padaku?" tanya Kay lagi.

Namun hening. Tidak ada jawaban dari Vio.

"Alasan aku tidak percaya kau Vionna adalah karena kau peduli padaku. Vio tidak akan melakukan itu lagi karena aku adalah trauma-nya. Alasanku juga tidak menemuinya lagi karena aku tidak mau menambah beban dirinya. Merasa bersalah itu pasti bahkan aku sangat merasa bersalah, tapi aku benar-benar tidak tahu akan begini. Dan jujur, aku juga tak menyangka dia akan meninggalkanku... Aku tidak pernah diucapkan kata cinta pada seseorang yang tulus, ku pikir saat dia mengatakan cinta dia akan mencintaiku selamanya, tapi ternyata itu belum menjamin"

Kay berusaha beringsut duduk di bathup. Suara gemercik air menandakan pergerakannya.

"Bukan menagih kata-katanya, tapi aku justru menaruh harap dia bisa menepati penuh perkataannya. Aku belum pernah dikejar seperti itu sebelumnya, aku juga belum pernah merasa diriku begitu penting untuk seseorang, tapi karena dirinya aku dapat merasakan itu semua. Ku kira dia akan begitu untuk selamanya, namun nyatanya aku dibuang lagi"

Terlihat Kay menarik nafas sangat dalam, seperti menahan sakit padahal ia akan hanya melanjutkan perkataannya.

"Persis seperti kedua orang tuaku dulu saat menantikan kelahiranku. Aku didamba. Mereka menjanjikan segalanya untuk hidupku kelak, namun yang aku dapat nyatanya hanyalah kesendirian yang berlarut, mereka hanya membicarakan kepentingan masa depanku dan masa depan keluarga kami... Aku tidak sesempurna itu untuk didamba, aku juga tidak sekuat itu untuk ditinggal sendirian." Kay lagi-lagi menjeda.

"Kenapa mereka meninggalkanku, Kucing? Kenapa Vio menjadi sama seperti mereka juga? Kenapa Vio meninggalkanku?" tanya Kay pada Vio sendiri.

Kay terlihat terkekeh miris. Ia begitu miris melihat kehidupannya sendiri. Dirinya kembali bersandar di bathup putih ini.

Sungguh pikiran Kay makin dalam menyelami dirinya sendiri yang kelam, jika Kay mengucapkan ini dalam keadaan sadar mungkin dirinya sudah menangis sejadi-jadinya sedaritadi. Ada beribu perasaan sesak yang terpendam dalam dirinya, tapi kesadaran dirinya menahan untuk menyuarakan. Kay tidak perlu peduli satu dunia, Kay hanya ingin ditemani dan tidak ditinggalkan sendirian dan saat ini yang ia harapkan hanyalah Vio-nya.

"Bahkan aku masih bertanya kenapa, huh? Aku membunuh Ayahnya, sudah bagus aku masih bisa menghirup udara bebas. Tapi apa mereka mau melihat fakta bahwa aku tak sengaja? Aku benar-benar tidak sengaja, kenapa mereka hobi menyimpulkan tanpa mendengar penjelasan? Tapi tidak apa..."

Kay menoleh ke arah Vio duduk disamping kepalanya, Meski matanya tetap mau terpejam saja. Tidak mau menyadari kalau yang berada disampingnya saat ini ternyata bukanlah Vionna, karena jujur Kay benar-benar berharap kalau ini memanglah Vionna. Saat ini Kay hanya ingin menghidupkan terus halusinasinya, padahal ia tahu bahwa dirinya tidak akan semudah itu dengan pengaruh obat-obatan yang selama ini ia sudah konsumsi.

Dancing on my body (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang