Hai? Sorry baru muncul, gue lagi suka suka suka suka banget ama piscok.
Kalian gak ada niatan mau jualan piscok samping ruma gue gitu? Nanti gue sumbangin pisangnya, deh! Janji pisangnya gak akan habis. Gue nyumbangnya banyak soalnya, hihihi:)
Oh! Kangen gak? Apa KayVio bakal muncul di rabu ini? Vote kalau kangen Kay! Kangen bilang, Dek!
______________________
"Ben? Ben.. Ben.. Ben!!"
Can memegangi-menahan-pinggang Ben yang berada dibelakangnya.
Yang hendak menubruk dirinya juga. Untuk bertumbuk ria di palung tersempit nantinya.
"Panggil aku HIA! aku bukan teman mu" Tangan Ben ikut memegang meja depan Can. Yang Can sedaritadi memang bertumpu disana selama terpojok.
Can tetap dengan pertahanannya, walau sudah terkukung antara Ben dan meja ruang ganti baju sanggar begini.
"Tidak, Ben! Tidak disini."
Kemudian Can memberontak hebat. Menyikuti perut Ben namun Ben tak kunjung melepaskannya.
"Lepaskanmu, hm? Setelah kita gagal sex semalam karena phi Kay dan phi Cherry mengganggu geledah satu apartemen untuk mencari Vionna? Jangan Harap! Bahkan kau tahu betapa aku mendambakan h*le mu, sayangku.."
"Tapi kita di sanggar! Ku mohon jangan begini, Ben. Kau bukan seperti Ben yang ku kenal!"
Ben menumpuk tangan mereka, lalu ia mencengkramnya kuat.
"Ben yang kau kenal?" Ben yang emosi itu mulai menciumi bagian leher naik hingga ke telinga Can.
Tentu Can semakin memberontak.
"Hia! Hent- Mmh.. Hentikan! HIA!"
Detik kemudian Can berbalik lalu menampar keras pipi Ben.
"Can-"
"KAU MEMBUAT KU TAKUT!!"
Ben sedikit tersentak. Selain karena tamparan, ia juga terkejut Can berbalik sudah dengan wajah menangisnya.
"Can?"
"Hia.. Hiks.." Can berusaha mengontrol dirinya untuk berhenti menangis.
"Can? Kau menangis?" Ben mengusap-usap pipi Can.
"Aku hanya ingin menyentuhmu disini, ini biasa kita lakukan bukan? Bermain di sanggar atau dimanapun kita ingin"
"Hia.. Kau tidak mencintaiku karena sex kan? Hiks.. Aku takut, Hia.. Karena aku mecintaimu benar karena aku menyukaimu, bukan karena sex nya"
"Tidak, sayang... tidak. Aku mencintaimu, dirimu dan tubuhmu. Aku benar-benar menginginkanmu dalam hidupku, percaya padaku hm?"
Can dengan masih air mata mengalir berusaha mengusap pipinya.
"Ku pikir sex mu dengan Tuan Filip cukup baik"
DEG!
"Apa maksudmu, Can?"
"Terlihat kau selalu bergairah. Sentuh aku seperti kalian saling menyentuh kemarin, Hia.. Aku ingin"
"Maka disini, Can" ucap Ben.
Kemudian mereka hanya saling menatap.
"Hah.." Ben menghela berat nafasnya.
"Yasudah.." ucap Ben.
"Kalau memang kau tidak mau, aku akan menunggu sampai pulang, kita melakukannya di kamar"
"Tidak! Uhm..." Can berdengung. Dengan wajah yang sedikit menunduk Can berkata lagi,
"Aku tak apa kita melakukannya disini asalkan bajunya tak dibuka semua" ucapnya pelan.
Ben seketika terkekeh. Can-nya lucu sekali jika sedang bertingkah malu begini.
"Lucu sekali hm?" Ben mencubit pipi Can sekilas. Kemudian ia mendekat merengkuh pinggang Can merapatkan tubuh mereka berdua.
"Hm, tidak akan ku buka semua.. karena yang diperlukan hanya h*le mu dan p*nis ku saja kan?" Ben berbisik.
Can menggigit bibir bawahnya pelan kemudian mengangguk mengiyakan perkataan Ben.
"So sexyhh.."
Perlahan, Ben memulai dengan melumat bibir. Dengan satu tarikan nafas dalam ia lumat bibir atas Can sensual.
"Emghh.." Satu lenguhan Can.
"Mau ku ajari matematika? Mari hitung bersama, ada berapa desahanmu"
Detik kemudian, Ben membalikan tubuh Can untuk membelakanginya.
"Hia.."
Detik kemudian lagi, Ben mulai menarik kebawah celana trainning abu yang Can gunakan. Ben memerintah Can untuk menungging.
"Hia..."
Sebelum menyentuh, Ben ingin melihati terlebih dahulu. Oh, Tuhan.. Bagaimana bisa bokong cantik ini sangat menggoda?
"Hia.. Hia-Angh!"
Ben menjilat satu belah bokong cantik itu. Yang membuat seketika h*le itu juga berdenyut menyempit membuka.
"Satu.." ucap Ben yang sudah berjanji untuk mengajari Can berhitung.
Detik kemudiannya, Ben membelai area yang baru saja ia jilat.
"Tubuhmu lembut, Nu.. Bagaimana bisa aku melewatkan ini?"
"Bahkan ketika kau bermain dengan lembut yang lain? Apa Tuan Filip tidak lembut?"
Ben berhenti sejenak. Ben tak mau menjawab, ia mendekat melekatkan tubuh mereka.
Ben mengecupi telinga Can dari belakang.
"Mmhh.." lenguh Can lagi. Walau pelan, tapi tetap bisa dihitung kan?
"Dua.." hitung Ben.
"Hia.. Apa aku dan Tuan Filip rasanya sama? Apa kau sekarang mencintai h*le lain selain milik ku? Aku bukan tidak suka.. Aku hanya iri, Hia,"
"Tidak.. H*le mu masih yang ternikmat, babyhh"
"Anghh!!" Mulut Can sampai terbuka lebar saat Ben tiba-tiba menggenggam p*nis mungilnya kasar lalu memijatnya turun naik.
"Tiga.." hitung Ben.
"Nu, punya mu gemash!"
Can menyandar ditubuh Ben akhirnya.
Kaki Can mulai gemetar dan lemas. Tapi kemudian Can lega karena Ben peka. Ben membalikkan tubuh Can lagi lalu mendorong dirinya untuk bersandar di meja putih polos tak bersalah itu.
Sungguh saksi bisu yang baik.
Ben menuntun Can untuk duduk di meja.
"Aku gemas" ucap Ben.
Lalu detik kemudian Can dibuat terkejut sekaligus terpanah karena Ben tiba-tiba mengemut p*nis mungilnya.
"Aanhh!! Hia.." Can reflek meremas rambut Ben.
"Empathh.. Can- Aeummhh" Ben kembali mengemut memaju-mundurkan kepalanya.
"Hiaa.. Annghh.. K-kenapa kau mau mengemut milik-hh milikku, Hiaa.. Uggh!"
..
Tbc...
Cause he's a bad bitch now, darl..
KAMU SEDANG MEMBACA
Dancing on my body (21+)
Rastgele🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞 🔞⚠️ WARNING! 21+ USE VIOLENCE ⚠️🔞 💦 LGBT LAPAK!!! ⚠️ MENGANDUNG ADEGAN SEX YANG TDK WAJAR DIHARAPKAN KEBIJAKSANAANNYA! @crescentmoon608