Keduanya semakin larut dalam moment panas yang sudah tersajikan sedaritadi. Mereka saling merindukan posisi awal masing-masing.
"Anghh... Sshhh-Mhhh.."
Ditelinga Ben, desah Filip sangatlah sexy. Benar-benar menggugah selera 'makan'nya.
Sedangkan bagi Filip sendiri, Ben sangatlah lihai dalam segalanya. Ciumannya, raba tangannya, pinggulnya yang dengan nakal menggesek. Semua sentuhan dari Ben benar-benar membuat kepala Filip terasa berputar.
Ini nikmat, hampir sama seperti dengan Kay walau ini sangatlah lembut. Namun Filip tak peduli lagi. Lembut ataupun kasar, ia akan menikmati semuanya. Merespon setiap sentuhan, juga mendesah nikmat memberi semangat kepada sang dominan siapapun dominannya.
Ben melihati Filip dari atas sini. Mulut itu terbuka dengan sexy nya mengeluarkan suara indah saat Ben pijat kejantanan mulusnya naik turun.
Iya, mulus. Tanpa noda tanpa bulu. Putih bersih juga lembut seharusnya, tapi untuk saat ini.. sudah sangatlah keras.
"Tuan, kau menikmatinya?"
Filip membuka matanya perlahan lalu mengangguk pelan.
Ben menelan salivanya berat. Dengan sedikit ragu ia menyentuh h*le yang sudah berdenyut keras itu.
"A-ah!"
Ben baru memasukkan kuku jarinya saja. Ia benar-benar ragu, ini pertama kalinya ia menyentuh hole lain selain milik Can.
"Ku buka, Tuan" Ben meminta izin.
Filip mengangguk.
"Mhh-Ssshhhh.." Ben memasukkan jarinya sampai mentok. Sampai tiga jari yang tersisa dapat meremas si lembut.
Sampai disini Ben baru sadar, Filip sangatlah cantik. Tubuhnya indah ternyata.
Hingga saat jarinya membentuk gunting.
"M-" Belum sempat mendesah, Ben melumat bibir Filip. Mungkin untuk menyamarkan rasa sakitnya.
Ingat? Ben sekarang mulai paham posisi bottom. Mereka saling memahami.
Hingga Filip menghembuskan nafasnya dengan sangat lembut dalam ciuman. Kakinya sudah mulai lemas, padahal baru mulai.
Dirasa cukup membuka lubang tersempit didunia, Ben menatap Filip dibawahnya.
"Tuanhh..."
"Pakailah, sayang.. Pakai sesukamu"
'Aahh sh*t' batin Ben frustasi.
Jujur ia ingin menahan, dirinya tak bisa melakukan dengan selain Can. Tapi sangatlah sulit menghentikan ditengah nafsu, kabut nafsu nya sudah sangatlah tebal.
Apa bisa menolak ketika semua sudah tersaji didepan mata?
"Jangan mendesah, Tuan. Aku tidak kuat" Ben membenarkan posisi mereka.
Perlahan, Ben mendorong dirinya masuk.
"A-Ahhh!!" Teriak Filip sambil mencengkram punggung Ben menyalurkan rasa sakit ini.
"Huhh.. Mgghh.." Filip mencoba mengatur nafasnya sambil memejamkan mata.
Yang dirasa, milik Ben sudah sangatlah keras dan besar.
"Mr.. Should I continue this? hhh.." Peluh nikmat sudah membuat basah mereka berdua, membuat semuanya terasa licin.
Ben dengan susah payah masih ingin menahan hasrat walau sebenarnya ia tahu tak mungkin bisa.
Sedangkan Filip menikmati moment ini, hanya masih menunggu pemilik p*nis besar didalam h*le nya ini bergerak untuk memanjakan lubang surga nya.
Filip tipe orang yang tak sabaran. Ia mengocok p*nisnya sendiri akhirnya, sudah tak kuat, ingin mengeluarkan seluruh yang ia punya.
Cairan.. Cepatlah keluar memberi rasa lega.
"Mmhh.. Aku juga- ah- Tidakhh kuat! Aaahhh.. Ssssshh.. Good boyhhh.. "
Pancingan Filip berhasil akhirnya, Ben mulai menggerakan pinggulnya.
"Ahh.. Yeahh- Faster.." rintih pintanya.
Ben pun menurutinya. Ia sendiri juga tidak tahan mengejar pelepasan.
"Aku inginhh keluarrhh- ahh.. Ahh.. Ahh.."
Ini tidak salah. Mereka hanya ingin menuntaskan, ini tidak salah, situasi yang membawa mereka.
Tapi apa tetap tidak salah? Ben membayangkan Can dibawah sana, Ben menginginkan Can nya.
Dalam hati Ben selalu bertanya, apa Can bisa menerima ini? Apa Can juga bermain dengan yang lain seperti dirinya?
Tidak, Can bukanlah seorang pengkhianat seperti dirinya.
'Tidak mungkin!' batin Ben yakin.
Tapi bagaimana setelah tahu? Apakah Can akan ikut berkhianat melakukan pembalasan pada Ben? Membiarkan h*le nya disentuh oleh p*nis lain? Sama seperti Ben membiarkan p*nisnya masuk ke lubang berbeda dari lubang idamannya.
Ben menyesal, tapi tak sepenuhnya menyesal. Ben terus bergerak menghantam h*le sialan itu. Ia ingin cepat menyudahi ini.
"Hng- Ahh.. A-ahh.. Ng-hhh.." Nafas Filip seperti tercekik. Ben, ini terlalu dalam.
Bak kesetanan, Ben memasukkan mentok kejantanannya.
Tapi Filip tak berontak, Filip tak menolak begitu juga h*le nya yang terus terbuka mengendur tanda tak keberatan.
"Mghh.. Ketatkan lagi!" Perintah Ben.
"Mari ku mandikan rahim mu"
Ben merendahkan tubuhnya menindih Filip. Memegang ubun-ubun Filip, ia mulai menggenjotnya lebih ramah (cepat).
Mereka berdua pun saling menggeram. Filip terus berusaha mengetat ditengah Ben yang semakin keras besar juga panas.
Ben tak bisa lagi, ini harus berakhir entah karena ia sudah tidak ingin menyakiti atau karena ia hanya mengejar puncak kenikmatan.
"A-AHH!! Enghh.. B-ben!" Filip hanya bisa memejamkan mata.
"Sabarhh.. Sebentar lagi!"
Ben semakin fokus dengan ritme dan tempo pinggulnya.
"Ahhh.. I-iyahh!! Iyahh!! yeaahh-A-ANGH!!"
Mereka klimaks.
"Uhhh.. Ssshh.." Ben sedang menikmatinya.
Ben mengelus perut Filip.
"Terima kasih, Tuanhh.." lalu mengecup singkat para sperma-nya membayangkan mereka hidup diperut ramping cantik ini.
Filip dengan mulut terbuka sedang mengatur nafas hanya mengangguk dua kali.
"Hhh... Hh... Hhhh..."
'Ini hangat' batinnya merasakan lava p*nis.
..
Tbc...
💦
Gue sakit.. Mau bilang apa sama gue?
Ey inget! 1rb vote dulu baru gue lanjut ke next Chapter. Lama cepatnya tergantung kalian. Cek wall!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dancing on my body (21+)
Acak🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞 🔞⚠️ WARNING! 21+ USE VIOLENCE ⚠️🔞 💦 LGBT LAPAK!!! ⚠️ MENGANDUNG ADEGAN SEX YANG TDK WAJAR DIHARAPKAN KEBIJAKSANAANNYA! @crescentmoon608