24. pintu toilet terkunci.

658 14 0
                                    

"Ini bener Hasyna ya?. kayaknya kita pernah ketemu". Tiba-tiba saja seorang pembawa acara yang sengaja diundang untuk memandu pesta pernikahan ini berjalan menghampiri Nana yang masih duduk disamping Rama, gadis itu menoleh karena merasa namanya disebut dan mengangguk meng iyakan jika dirinya memang Hashyna. Pandangannya beralih kepada Rama, laki laki itu justru melempar senyum dan tatapan hangat padanya, tatapan yang selama ini tidak pernah ia dapat dari laki laki yang berstatus sebagai suaminya.

"ini Kak Nana yang tilawatil quran itu kan?" lanjut pria tadi, Nana sendiri yang mencoba mengingat ingat laki laki itu sekarang telah ingat jika pernah satu event dengan host ini sewaktu dirinya masih mondok.

"Menantunya pak Danu!!!". Teriak salah satu rekan kerja pak Danu, sedangkan mertuanya yang duduk tidak jauh darinya langsung mengembangkan senyum seakan bangga dengan Hasyna.

"Eh... bener menantunya pak Danu, saya pinjam sebentar ya pak". Seloroh host tadi yang diiringi gelak tawa, sekali lagi Nana melihat suaminya dengan ekspresi takut takut jika Nana membuat kesalahan yang akan berakibat buruk untuk suaminya.

"Kayaknya kita pernah sepanggung ya, pas sampean masih mondok". Terka host itu yang dibalas anggukan kecil oleh Hasyna, setelah diingat ingat ia memang pernah satu panggung dengan host ini saat dirinya mengisi beberapa acara disekitaran pondok pesantrennya dulu sebelum akhirnya boyong untuk berkuliah diluar kota.

"ikut nyumbang suara kak, tim hadroh sudah ready?!!". Tawarnya lagi sambil melihat tim hadroh yang beranggotakan para santri sedang duduk diatas panggung dekat dengan panggung pelaminan, saat ini hampir semua mata tertuju padanya apalagi dikalangan santri dan pengusaha teman suami juga ayah mertuanya yang baru tau jika dirinya adalah seorang hafidzah, Rama sendiri juga baru tau jika istrinya merupakan fokalis group rebana dipondok pesantrennya dan seorang hafidzah.

Setelah beberapa saat  berbincang Nana tersenyum dan melihat suaminya yang masih duduk disampingnya, laki laki bertubuh atletis itu memberi senyum hangat seolah mengizinkan Hasyna untuk ikut tampil bersama tim hadroh malam ini, laki laki itu menatap Hasyna lembut seperti ada perasaan bangga tersendiri begitupun pak Danu dan ibu Siwi yang masih senyam senyum ditempat duduknya sambil memperhatikan menantunya yang berbincang dengan pembawa acara itu, bukan hanya mimik dan gestur tubuhnya yang terlihat kalem tapi juga cara bicaranya yang terkesan sopan dan suara lembutnya yang sopan masuk kedalam telinga.  Rama langsung berdiri dan membantu istrinya keluar dari area kursi, setelah melihat istrinya berjalan kearah panggung laki laki itu langsung duduk kembali seperti semula sambil sesekali melihat tubuh mungil istrinya yang berjalan dengan gaun blue ice yang simple nan elegant pilihan maminya. Beberapa saat laki laki itu terperangah dan berdecak kagum ketika melihat Hasyna yang menghentikan langkahnya kemudian menyingkir kesamping, menundukan pandangannya dan membungkukan badan ketika salah seorang ulama tengah berjalan didepannya.

Bukan hanya Rama tapi pak Danu dan ibu Siwi juga melakukan hal serupa, hampir mereka yang ada disana terkagum dengan sikap Hasyna yang belum hilang jiwa kesantriannya.

Gadis itu berjalan pelan, dibantu beberapa santri putri Hasyna naik panggung dan mengambil posisi di samping vokalis hadroh yang berada didepan, vokalisnya rata rata seusianya karena memang ia baru saja lulus tahun kemarin.

Dengan suara merdunya Hasyna membawakan beberapa Sholawat dengan lirik yang mendayu dayu merdu, meski dalam balutan hadroh tapi suara gadis itu mampu menghipnotis pendengarnya. Rama yang awalnya tidak tertarikpun kini mengeluarkan ponselnya dan merekam penampilan istrinya, sebenarnya rasa simpati telah muncul dihatinya apalagi malam ini saat melihat sepasang pengantin yang usia mempelai perempuannya tidak jauh dari usia Hasyna membuat bayang bayang hidupnya menghiba, pesta ini terlihat begitu semarak dan pengantinnya terlihat sangat bahagia bergandengan dan saling rangkul diatas pelaminan sedangkan dirinya dan Hasyna, ia tidak dapat memberi hak yang seharusnya diterima gadis itu dihari pernikahannya namun Hasyna masih ikhlas menerima takdir yang telah tergaris untuknya.

bidadari_ku menangisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang