20. ciuman dimeja makan.

1K 18 0
                                    

Tidak terasa hari ini hari Jumat, Nana yang semalam telah diberitahu oleh Angga untuk tidak membangunkan suaminya karena clarra sedang menginap di rumah kini telah rapi dan siap untuk berangkat ke kampus.
Gadis itu menggendong tas punggungnya, tas ransel yang berisi buku-buku yang cukup banyak, juga tangannya menjinjing tas laptop yang cukup berat. Gadis dengan tubuh mungil itu berjalan pelan menuruni tangga, ini adalah jadwal terakhirnya masuk kampus karena besok Sabtu dan Minggu tidak ada jam pelajaran dan waktunya ia untuk membuat materi dan merampungkan tugas-tugasnya yang akan ia kumpulkan minggu depan. Hari di mana ia dapat sedikit bersantai dari penatnya kegiatan seminggu ini.

Tidak terasa hampir satu minggu ia berada di rumah yang setiap harinya selalu membuatnya tidak nyaman berada di sini, nanti sore pula ia tidak ada jadwal mengajar jadi dapat dipastikan iya akan cepat pulang ke rumah. Meski dirasanya seakan berat sekali jika harus berlama lama berada dirumah ini, namun mau tidak mau ia harus tinggal dirumah ini dan berharap Rama bisa menerimanya sebagai istri dan ia tidak akan mengecewakan orang tuanya. Padahal rasanya ia ingin sekali menolak perjodohan ini.

Ia menghembuskan nafas lega setelah menuruni anak tangga terakhir, anak tangga yang cukup banyak dari lantai 3 menuju lantai dasar, sekarang ia berjalan hendak ke dapur untuk mengisi botol air minumnya yang kosong sejak semalam karena selepas pulang kampus dan bertemu dengan Rama diparkiran mobil ia langsung kekamar dan tidak keluar keluar lagi. Malas jika harus berpaprasan dengan pasangan gila itu.

Nafasnya terhenti sesaat, rasanya ia hendak pingsan tidak karu karuan, pandangan matanya berhasil menangkap pemandangan yang tidak menyenangkan pagi ini, ia menghentikan langkahnya untuk sekedar mengucap istighfar guna menenangkan diri, kemudian menunduk.

Tak dapat ia pungkiri hatinya terasa perih bagai disayat Sembilu, ia menghembuskan nafas panjang kemudian menariknya dengan kuat, hal itu ia ulangi berkali-kali, remuk rasa hati melihat suaminya yang tengah bermesraan di meja makan dengan pacarnya, bahkan saat Rama mengetahui keberadaan Hasina yang tengah berdiri tidak jauh dari mereka, seperti sengaja hendak melukai perasaan perempuan yang kurang lebih baru seminggu ia nikahi. Rama yang awalnya hanya mencium-cium pipi perempuannya kini beralih melumat bibir wanita itu dengan lembut, mempertontonkan kejadian yang tidak pernah Ia berikan pada Hasyna selama menjadi istrinya, beberapa detik hatinya sempat kaku. Ingin rasanya langsung pergi dan memilih berpisah, namun ia takut jika mengecewakan kedua orang tuanya.

Selama ini ia telah berusaha patuh juga berusaha menjadi seorang anak yang baik untuk kedua orang tuanya, ia tidak ingin membuat orang tuanya malu hanya karena anak yang selama ini dibangga-banggakan justru menjadi janda muda di usia 18 dengan umur pernikahan seminggu. Pasti orang tuanya akan menjadi bahan omongan orang di kampung.

Bagai ranting yang terlepas dari dahan, jatuh ke tanah menyentuh bumi dan tersapu angin, entah kemana ia dibawa pergi, seperti itulah perasaan Hasyna. Ia seperti tidak memiliki arah ke mana ia harus membawa rumah tangganya, Ia hanya berjalan Mengikuti alur cerita yang telah diciptakan oleh sang pencipta meski ia sendiri berat untuk menjalaninya.

Nana menghembuskan nafas, ia mengalihkan pandangannya agar tidak melihat adegan itu, kemudian berjalan pergi mematikan perasaannya agar tidak sakit hati dan menganggap Rama bukan siapa-siapa di hidupnya. Anggap saja ia bekerja di sini dan diberi upah tinggal gratis di rumah mewah, rumah yang sama sekali tidak pernah ia inginkan.

Ia berusaha menguatkan hatinya, menegarkan pikirannya tidak mau sakit hati terus-terusan. Berlarut-larut dalam kesedihan, mungkin ini keputusan yang tepat. Hidup dalam pernikahan namun menganggap laki-laki yang sudah terikat akad dengannya bukan siapa-siapa adalah Jalan terbaik, ia tidak ingin sakit hati berlarut-larut menghampirinya.

Berusaha untuk tidak memperdulikan apa yang ia lihat gadis itu berjalan melewati ruang makan yang disekat oleh lemari kabinet juga kaca yang dari luar siapa saja bisa melihat Apa yang terjadi di dalam ruang makan itu. Hashina melenggang saja, Ia yang biasanya diam dengan wajah polos dan menahan sakit kini berusaha menunjukkan wajah acuh kepada Rama, ia benar-benar tidak ingin memperdulikan laki-laki itu apalagi besok hari Sabtu dan Minggu dan ia juga telah diberitahu oleh asisten Rama bahwa tidak perlu membangunkan laki-laki itu.

bidadari_ku menangisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang