65. Kecap manis

520 19 0
                                    

Langkah kaki berjalan pelan begitu mendekati kamarnya sendiri, berusaha agar tidak menimbulkan suara Hasyna sedikit mengendap kemudian membuka pintu, gadis itu berdiri dengan tangan memegang penamban kayu yang diatasnya terdapat semangkuk bubur yang baru saja ia buat untuk suaminya. Tubuh mungilnya mematung setelah pintu berhasil ia tutup dengan punggungnya. Kali ini ia tidak mengeluarkan sepatah katapun, dilihatnya Rama yang masih berada diatas tempat tidur seperti tadi saat ia pamit hendak membuatkan laki laki itu sarapan.

Hasyna tersenyum mengingat perlakuan manis suaminya pagi ini, sebelum turun kedapur Rama sempat memeluknya dan menghapus air mata yang terus tercucur karena obrolan obrolan yang diciptakan laki laki itu pagi tadi, andai Rama tau betapa besar cinta yang ia simpan sendiri pastilah tidak akan tega menyakiti gadis kecil yang sudah bersusah payah bertahan dalam bahtera rumah tangga yang rumit ini. Bagai menggenggam benang layang layang yang akhirnya membuat tangannya tergores sendiri. Langkah kakinya perlahan melangkah mendekati suaminya yang masih mengotak atik ponsel yang pagi tadi dipinjam, dengan lapang hati Hasyna memberikan ponsel itu pada suaminya lagi pula ia tidak memiliki rahasia apapun selama ini hingga dengan mudah Nana memberikan ponsel itu pada suaminya.

"Mas...". Panggil Hasyna dengan senyum tersungging begitu telah berada disamping tempat tidur, Rama menoleh melihat istrinya yang meletakkan penampan di atas buffet.

"Mas sarapan dulu ya". Ucap gadis itu sambil duduk diatas kasur, ia melihat ponselnya masih berada digenggaman suaminya, entah apa yang dicari hingga sejak petang tadi sampai ia selesai memasak bubur ponsel miliknya masih berada ditangan Rama.
Rama mengangguk sambil menggeser duduknya kesamping tempat tidur dan lebih dekat dengan posisi duduk istrinya, laki laki itu langsung membuka mulutnya saat ia telah berada disamping Hasyna.

"Minum dulu mas!!!". Hasyna memberi air hangat yang ia bawa dari dapur, Rama meneguk air itu dua teguk kemudian kembali membuka mulutnya.

"Masih panas mas...". Hasyna memberi tau sambil tertawa, ia menyendok bubur dalam pangkuannya dan mengangin anginkannya agar suhunya bisa cepat turun, mau ditiup juga tidak bisa karena hanya akan menambah mudhorot disebabkan bakteri dari mulut yang bisa berpindah kemakanan.

"Nona kenapa ngga pake wifi?". Rama bertanya sambil kembali menyalakan ponsel istrinya, laki laki itu membuka sistim pengaturan data dan jaringan internet, memperlihatkan layar ponsel yang dipegangnya kepada Hasyna.

"Pakai data mas". Jawab Hasyna pelan, ia mulai melayangkan sesendok bubur yang tidak sepanas tadi kemulut suaminya, Rama menerima suapan itu sambil melihat istrinya yang ternyata memang memiliki wajah ayu yang menenangkan, seperti ada kedamaian yang terpancar dari aura wajah gadis ini.

"Mas tau kalau nona pakai jaringan data, pertanyaannya kenapa ngga pakai wifi".

Gadis itu terdiam, ingin menjawab apa juga bingung dengan perasaannya yang tidak karukaruan saat menjadi istri laki laki ini. Memori didalam otaknya langsung berputar menyeruak kenangan pahit yang didapatinya saat bersama Rama, masih diingatnya dengan jelas saat laki laki itu memarahinya dikamar gara gara ia berani menjawab omongan Clara pagi itu yang membuatnya harus dikunci didalam kamar mandi seharian.

"Meski aku menikahimu, bukan berarti kamu memiliki banyak hak dirumah ini". Kalimat itu masih sangat jelas dan tersimpan dengan apik diotaknya, bukan hanya itu saja karena setelah itu Rama juga sering pulang malam dalam keadaan mabuk dan menghabiskan waktu bersama pacarnya dirumah ini tanpa peduli perasaannya yang teriris, tak jarang ia juga mendengar dirinya yang digunjingkan oleh beberapa pelayan karena statusnya sebagai istri yang tidak dianggap dirumah ini, hatinya mendadak nyeri lagi mengingat kejadian pahit yang ia alami, mau dikubur sedalam apapun rasanya masih sangat sulit walau hanya sekedar lupa karena lukanya memang benar benar masih ada dan belum sembuh dengan sempurna.

bidadari_ku menangisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang