83. Pamit

485 24 6
                                    

"Simbok terimakasih, Nana pamit pulang". Ucap Hasyna setelah melepas pelukannya kepada simbok siti, satu satunya mata mata yang senantiasa melapor apapun yang ia lakukan dirumah ini kepada suaminya. Meski demikian ia tidak pernah membenci wanita tua ini, justru ia sangat menyayangi simbok seperti Rama yang telah menganggap simbok sebagai orang tuanya. Meski terkadang kesal namun dirinya sadar jika disini simbok hanyalah bekerja dan harus mematuhi perintah tuan muda yang tidak lain adalah suaminya.

Hasyna berbalik, ditemukannya Rama yang berdiri mematung didekat pintu masuk menuju dapur, laki laki itu terlihat termenung dan diam seribu bahasa melihat istrinya yang terlihat begitu bahagia sore ini, semburat rona memerah dengan sorot matanya tidak dapat dibohongi tentang isi hatinya yang seolah akan terlepas dari tahanan menuju kebebasan.

Rama tersenyum tipis, menahan getir serta khawatir yang masih terus menyapu hatinya sore ini. Hatinya yang sempat bermekaran serasa layu kembali saat gadis ini berulang kali minta untuk diantarkan pulang, dirinya sendiri masih belum tau bagaimana cara meyakinkan Hasyna jika ia benar benar menyayangi juga mencintai gadis bertubuh mungil ini, mungkin rasa sayang dan limpahan cinta beberapa bulan terakhir tidak mempu menyembuhkan luka dan duri yang terlanjur menancap dihatinya. Andai waktu bisa kembali diputar, ia berjanji tidak akan pernah menyianyiakan gadis sebaik dan setulus ini.

"Mas Rama". Lembut, lirih dan mendanyu, suara pujaan hati masuk kedalam gendang telinganya. Suara yang membuat candu jika sehari saja tidak mendengarnya akan terasa hampir gila. Gadis itu tersenyum manja dengan hijabnya yang panjang menjulur hingga menutupi perut, gamis yang dipakai juga terlihat lebih besar sehingga tidak menunjukan lekuk tubuhnya sama sekali, sore ini tipis tipis Hasyna menyapukan bedak diwajahnya yang sudah lama tidak terawat semenjak sakit, tidak lupa ia juga menambahkan lip tin warna merah jambu yang sudah lama tidak dipakainya. Meski hanya dengan bedak dan liptin Hasyna tetap terlihat ayu, ia tetap menarik dengan sikap sederhana yang ia miliki.

"Mas...". Panggil Hasyna sekali lagi saat ia telah beberapa saat menunggu Rama yang melamun sejak dipanggil tadi, suara kalemnya membuat Rama terbuyar dari lamunan rasa khawatir yang menyelimuti hatinya.

"Mas kenapa?". Hasyna lebih mendekatkan tubuhnya, kali ini ia berdiri didepan suaminya dengan senyum ceria. Jaraknya dan Rama hanya berkisar satu meter saja.

"Nona cantik sekali sore ini". Celetuk Rama yang sedari tadi terdiam, ia menatap lembut Hasyna dengan rasa kasih sayang yang luar biasa dengan hati yang dipenuhi bunga bermekaran yang sedang indah indahnya. Hatinya langsung tersayat saat mengingat kejadian kejadian pahit yang dialami gadis ini selama berada dirumahnya, dan saat itu pula ia tidak berada disamping istrinya.

Hasyna tersenyum malu malu, wajahnya memerah saat mendengar Rama menyebutnya cantik. Hatinya berbunga mendengar kata itu keluar dari mulut pujaan hatinya karena selama ini Rama tidak pernah memujinya cantik. Rama yang sudah tidak bisa menahan sesaknya langsung melangkahkan kakinya kedepan, melingkarkan tangannya dipinggang ramping Hasyna serta menciumi puncak kepala gadis ini.

Rasanya pilu sekali, ia benar benar khawatir jika Hasyna tidak mau diajak kembali kekota atau orang tuanya akan melarangnya membawa putri kesayangan mereka kembali kekota jika tau Hasyna tidak baik baik saja selama disini.

"Mas kenapa?". Tanya Hasyna lirih saat Rama masih memeluknya erat, alih alih marah Hasyna justru ikut meneteskan air mata seolah ikut merasakan kepiluan seperti yang dirasakan suaminya. Rama tidak menjawab, ia masih memeluk istrinya dan menciumi puncak kepala gadis itu beberapa saat. Tanpa perlawanan yang biasa ia lakukan saat dipeluk kali ini Hasyna membalas hangat pelukan yang diberikan suaminya.

"Mas...". Panggil Hasyna lagi saat pelukan itu terlepas, Rama menghapus air matanya sebelum akhirnya ia memandangi gadis kecilnya yang tidak seceria tadi. Alih alih tersenyum dan tertawa, sekarang ia malah mendapati Hasyna yang ikut meneteskan air mata setelah dipeluknya.

bidadari_ku menangisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang