37. Mengalah.

784 25 2
                                    

Perlahan langkah kaki Nana mundur 2 langkah memasuki kamar. Ia tidak mau Rama menggendongnya seperti kejadian di kost kosannya, ia tahu betul Rama bisa melakukan apa saja kepadanya apalagi Rama memiliki tubuh yang kuat dan kekar. Waktu itu saja Rama bisa membopongnya dengan satu tangan kanan dengan mudah dan tangan yang lain ia gunakan untuk menelpon seseorang.

"Cepet Na...." ucap Rama, ia mulai gemas dengan gadis didepannya. Rama memengang kedua pergelangan tangan gadis itu agar ia berhenti dan tidak mundur terlalu jauh takut gadis ini malah terjatuh.

"Na..". Panggil Rama, Nana menoleh dan saat itu pula Rama dengan seksama melihat Hasyna yang sedang menahan tangis. Hati gadis ini terlalu lunak jika harus mendapat omongan dan perlakuan kasar, pantas saja ia sering menangis di balkon kamarnya.

"Nana mau tidur disini, Nana lebih nyaman disini". Jawab Hasyna. Ia berusaha melepaskan tangannya yang digenggam Rama, namun semakin berusaha melepaskan tangannya Rama justru semakin kuat menggenggamnya. Laki laki itu melihat istrinya dengan seksama, bening bening disudut bola mata terlihat jelas menggambarkan kepiluan yang ia tanggung sendiri tanpa bercerita atau memberitahu orang lain.

"Hasyna". Rama meninggikan suaranya, kali ini ia mendengar Hasyna terisak kaget karena mendengar bentakan dari mulut suaminya. Gadisnya menunduk berusaha menyembunyikan wajahnya, tangannya masih digenggam Rama dengan kuat. Ia tidak bisa menghapus air matanya dan tidak bisa menutup wajahnya.

"Mas sakit". Ucap Hasyna lirih, Rama baru menyadari jika ia terlalu kuat menggenggam pergelangan tangan Hasyna langsung melepaskan tangan istrinya.
Gadis itu berbalik, ia membelakangi Rama dan menghapus air mata yang keluar dari pelupuk mata. Rama sendiri tau jika Hasyna menghapus air mata yang sedari tadi telah membasahi pipinya, ia juga merasakan bagaimana kepiluan yang dirasakan Nana tanpa gadis itu bercerita.

"Na...". Panggil Rama dengan suara lembut berusaha menenangkan Hasyna yang menangis membelakanginya. namun Hasyna tidak menjawab, gadis itu berusaha menghentikan tangisnya sendiri. Rama mendekat, ia berusaha kembali hendak menenangkan istrinya dengan memeluknya. Namun saat hendak dipeluk Hasyna langsung mendorongnya menjauh dengan sisa tenaga yang masih ada,

Rama kaget dengan penolakan yang diberikan Hasyna, apalagi dari sorot mata gadis itu ia tahu betul jika Hasyna menyimpan kesedihan yang mendalam. Rasa kecewa juga amarah yang dipendam.

"Na...". Panggil Rama lagi, ia tidak peduli dengan penolakan yang diberikan Hasyna. Melihat istrinya yang selalu menyembunyikan sakit hatinya sendiri membuatnya merasa bersalah karena memperlakukan Nana dengan kurang baik selama menjadi istrinya.

"Naik Na, ini kamar pembantu......". Ucap Rama lirih berusaha mengerti perasaan Hasyna tentang berita yang sedang viral dikampusnya, omongannya terputus karena mendengar Hasyna kembali terisak dengan sendu. Wajahnya memerah menahan kekecewaan yang ada dihatinya, kali ini Rama diam hendak memberi ruang pada istrinya untuk sekedar menenangkan diri atau berbicara apa yang mengganjal dihati.

Rama mengayunkan langkah mendekati istrinya, ia memandangi Hasyna yang masih menangis dan terisak. Tangannya menepuk nepuk punggung istrinya lembut hingga gadis itu lebih tenang.

"Nana kan memang pembantu!!!". Ucap Nana lirih tepat didepan Rama, gadis itu melangkah mundur menghindari Rama yang hendak memeluknya. Nana tidak mau terbawa perasaan lagi karena Rama memperlakukannya dengan baik, ia takut kecewa lagi. Sebenarnya penyebab dirinya menangis bukanlah tentang ia yang diusir dari kamar atas, bukan pula ia yang viral menjadi pembantu tapi masalah utamanya adalah rasa kecewa yang ia buat sendiri karena kemarin kemarin berfikiran jika Rama akan menyayanginya yang ternyata dirinya salah besar. Cinta Rama hanya untuk Clara dan bukan untuknya.

Nana berbalik mengambil mukena dan buku yang akan ia baca malam ini. Kakinya berjalan keluar dari kamar tanpa menghiraukan Rama, baginya tidak ada gunanya mempertahankan kemauannya didepan Rama karena laki laki itu pasti tidak akan  mau melunak hatinya, Rama pasti akan memaksanya untuk tatap pindah kekamar atas meski harus menggendongnya seperti dulu. Rama mengikuti Nana dari belakang, memandangi tubuh mungil istrinya menyusuri tangga hingga sampai dilantai tiga. Hasyna langsung berusaha menutup pintu kamar begitu sampai dan tidak mengizinkan Rama ikut masuk seperti kemarin sepulang mengantarkannya dari rumah sakit, cukup kemarin saja seperti itu sampai Rama berani menciumnya.

bidadari_ku menangisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang