39. Sarapan pagi.

619 17 1
                                    

Suara langkah kaki yang sengaja dibuat sepelan mungkin melewati kamar tuan muda yang masih tertutup dan berayun menuruni anak tangga menuju dapur, gadis yang telah rapi dengan rok hitam dan kemeja berwarna putih sesuai seragam yang telah ditentukan oleh pihak kampus dihari hari tertentu.

Punggungnya menggendong tas ransel yang biasa ia bawa kemanapun dan tangannya menjinjing tas laptop berwarna hitam. Hasyna meletakkan Ranselnya di kursi dan menaruh tas laptopnya diatas meja dapur, diambilnya botol minum dari dalam ransel dan ia mulai berbalik menuju dispenser yang ada tepat dibelakangnya, tidak jauh dari dispenser terdapat dua mesin kopi yang kata simbok biasa digunakan suaminya untuk menyeduh kopi.

"Sarapan mbak Nana?". Simbok menawari Hasyna sarapan seperti biasa, Hasyna yang sedang mengisi botol air minum menoleh.

"Nggaklah mbok, udah buru buru. Takut telat". Jawab Nana ringan sebelum akhirnya ia kembali berbalik berhadapan dengan dispenser, ia melihat simbok menaruh lauk dan nasi hangat dimeja tempatnya menaruh laptop tadi.

Saat sedang mengisi air kedalam botol sontak Hasyna menoleh ketika menyadari Rama yang tiba tiba telah berada di sampingnya. Laki laki itu menyalakan mesin kopi dan berdiri menunggu kopi yang dibuat memenuhi cangkir yang telah disediakan, laki laki itu tidak menoleh juga tidak mengeluarkan sepatah katapun saat berdiri disampingnya, Nana buru buru menutup botol minum yang sudah penuh dan berniat untuk pergi dari dapur, dirasa suasana jadi kurang enak lantaran ada Rama disini, meski semalam ia dan suaminya sudah bersama di ruang kerja namun tetap saja pagi ini masih terasa canggung untuk menyapa apalagi berbicara.

Simbok mengambil piring yang ditaruh disamping tas laptopnya, Nana melirik seperti ada yang mengganjal dihatinya apalagi tiba tiba Rama berada di dapur sepagi ini dan bertepatan dengan dirinya yang sedang mengisi air. Buru buru Nana memasukan botol minum yang telah penuh kedalam ransel dan mulai menggendong ranselnya, tangan mungilnya dengan cepat menjinjing tas laptop dan berjalan menuju pintu.

"Mas....". Pekik Hasyna ketika Rama memotong jalannya dan menghadang dipintu dapur, laki laki itu menunjukan wajah galaknya pagi ini dengan tatapan mata yang menakutkan. Nana terdiam tidak berani melakukan apapun, ia hanya mundur 2 langkah menjauhi Rama yang masih menatapnya sengit.

"Mas, Nana mau kekampus". Ucap Hasyna lirih memberi tau suaminya, namun Rama masih tidak bergeming dan tetap memandangi istrinya lekat. Nana merasa kikuk sendiri ditengah ketakutannya didepan Rama.

"Mas, nanti Nana bisa telat.....". Ucap Nana lagi dengan wajah memelas dan ketakutan. Sesekali ia memberanikan diri melihat suaminya yang berdiri menghalangi pintu dengan wajah galak.

"Sarapan!!!...". Rama masih memandang istrinya lekat, suaranya lirih meminta istrinya untuk makan sebelum berangkat kekampus.

"Mas, ini udah mepet jamnya...". Hasyna masih memberi alasan agar Rama mau menyingkir dari pintu.

"Semakin lama kamu memberiku berbagai alasan, semakin habis waktumu untuk berdiri didapur ini".

Nana menarik nafas panjang setelah mendengar kalimat yang terlontar dengan nada lembut dari suaminya, pendirian Rama tidak akan bisa goyah hanya dengan alasan alasan kecil seperti itu. Sejak semalam Rama membuatnya tidak karuan dengan tutur kata lembut bagai seorang kekasih. Gadis itu berbalik dan melangkah menjauhi suaminya yang masih berdiri mengawasi, ia duduk dimeja dapur tempatnya manaruh ransel dan tas laptop tadi.

Digamitnya piring dan sendok, tangan kecilnya dengan cekatan menyendok nasi memindahkannya kepiring yang masih kosong. Matanya berputar melihat sayur dan ayam kecap dimeja yang membuatnya tidak berselera pagi ini karena baginya makanan seperti itu terlalu istimewa. Setelah menaruh piring yang sudah berisi nasi gadis itu beranjak menuju rak dapur dan mengambil kecap yang ada disana, ia kembali dan menuangkan kecap kedalam piring berisi nasi hangat. Nana duduk menghadapi meja dan mengambil kerupuk beserta sendok, perlahan ia menyendok nasi kecap dan memasukannya ke mulut. Ditengah Nana yang sedang menyantap nasi kecap, Rama tiba tiba saja duduk disamping istrinya membawa kopi yang telah di seduh, matanya melirik piring Hasyna yang baginya aneh. Nana berusaha tidak menggubris keberadaan Rama, ia ingin cepat cepat menghabiskan nasi dipiring dan segera pergi dari sini.

bidadari_ku menangisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang