Setelah adiknya berpamitan dan diantar pulang oleh pak Anto sore tadi Nana langsung kembali kekamar dan menghabiskan harinya disana hingga tanpa disadarinya waktu telah berlalu hingga hampir jam 10 malam, gadis itu menghabiskan waktunya dengan sholat, murojaah serta berdoa meminta petunjuk untuk kebimbangan hatinya apalagi ia tau betul bahwa perceraian bukanlah hal yang dilarang tapi dibenci oleh tuhan, akhir akhir ini pula sikap hangat suaminya kembali merasuk dalam sanubari yang membuatnya seolah nyaman lagi, tapi disatu sisi ia juga sadar diri jika sampai kapanpun Rama tidak akan bisa memutuskan salah satu diantara dirinya dan Clara. Apalagi dirinyalah yang perebut karena dasarnya mereka berdua sama sama mencintai sebelum dirinya datang dikehidupan Rama.
"Bukan dia perebutnya, tapi aku yang merebutnya". Ucap Hasyna lirih, tangannya masih memegang tasbih dan tubuhnya masih terbungkus mukena yang sedari sore ia kenakan. Air mata mengalir membasahi pipinya dengan rasa sesak mendalam saat wajah Rama hadir dalam ingatannya, bayang bayang perpisahan juga penghianatan yang terjadi didalam rumah tangga membuat hatinya makin tidak karuan, membayangkan kedepannya bagaimana saja ia tidak sanggup apalagi harus menjalaninya, hari harinya terasa makin rumit apalagi Rama seperti dengan sengaja menarik ulur hatinya yang rapuh dengan taman bunga yang sengaja dibuat mati disemprot pestisida wkwkwkwkwwk.
"Bukan aku yang dimadu, tapi akulah madunya. Tapi mengapa sesakit ini!!!".
"Mencintai suamiku saja aku tidak mampu Ya Allah". Hasyna kembali menangis, bayang bayang Rama masih terus hadir disertai sesak pada ulu hati jika jiwanya yang terasa nyeri sendiri, padahal hanya perkara cinta tapi menyisakan laraaa.
"Terimakasih mas, setidaknya kamu pernah hadir meskipun tidak menjadi takdir akhir". Batinnya mendalam, merasa sakit yang tiba tiba membelah separuh dari jiwanya yang telah mati rasa. Cinta yang membuatnya seperti ini, mampu membuat permainannya semakin rumit lagi karena Rama sengaja menciptakan jarak untuk memasukan kembali sukma lama dalam hidupnya, luka yang dialaminya saat ini tidak pernah terjadi sebelumnya, luka tak berdarah yang sesungguhnya.
TOK...TOKKKKK.....TOKKKKKKKK
Buru buru Hasyna menghapus air matanya begitu mendengar suara pintu kamarnya yang diketuk pelan tidak sebrutal Rama saat mengetuk pintu kamarnya, "mungkin simbok". Batinnya sambil beranjak bangkit setelah meletakkan tasbih diujung sajadah, Hasyna berjalan menuju pintu dan menyembulkan kepalanya yang masih terbungkus dengan mukena, betapa kagetnya ia ketika yang didapatinya bukan simbok tapi suaminya yang berdiri dengan wajah pucat tanpa sepatah katapun.
"Mas,". Ucap Hasyna lirih setelah ia membuka pintu sepenuhnya, Rama menjatuhkan dirinya kedalam pelukan Hasyna yang kaget dengan pelukan Rama yang tiba tiba hingga dirinya hendak terjatuh dan menatap laki laki itu setelah berhasil menyeimbangkan tubuhnya.
"Astaghfirullah". Desisnya setelah tangan Rama mengenai punggung tangannya, Hasyna buru buru menempelkan punggung tangannya dikening suaminya yang terasa panas menempel dikulit.
"Mas demam?". Hasyna memastikan namun tidak didapatinya jawaban apapun dari mulut suaminya dengan wajah yang pucat. Tangan mungilnya membawa Rama ketempat tidur dan menidurkan suaminya disana, gadis itu menarik selimut hendak menyelimuti tubuh suaminya yang demam. Rama menarik Hasyna saat tubuhnya menggigil kedinginan, laki laki itu benar benar merasa tubuhnya tidak enak dan dingin sekali malam ini. Sedingin perasaan Hasyna padanya akhir akhir ini, selimut yang telah ditarik istrinya akhirnya tersingkap bersamaan dengan tubuh kecil istrinya yang terjerungup ketempat tidur karena tarikan tangan suaminya tadi, selain karena tubuhnya yang sedang tidak enak badan ia juga hendak mendekatkan dirinya dengan Hasyna.
"Mas". Hasyna mengerang saat tubuhnya tidak dapat menghindari pelukan suaminya, ia berusaha mendorong tubuh Rama namun tidak tega juga saat melihat suaminya yang menggigil kedinginan padahal tubuhnya sangat panas, tangan kekar Rama melingkar dipinggang Hasyna yang saat ini telah sepenuhnya berada di atas tempat tidur, gadis itu berusaha bangun untuk duduk dan bersender pada dipan tempat tidurnya agar tubuhnya tidak sepenuhnya dipeluk oleh Rama.
KAMU SEDANG MEMBACA
bidadari_ku menangis
Romans*** Hashyna, gadis 18 tahun yang harus menuruti keinginan orang tuanya untuk menikah dengan seorang pewaris "Bhaskara group". Ia yang tidak tau menau tentang perjodohan ini akhirnya dibenci tuan muda lantaran dianggap sebagai pengganggu dalam kehid...