Setelah berhari hari menunggu gadisnya tak kunjung pulang yang membuat rindunya semakin menggebu gebu membara didalam hati yang sempat bermekaran indah tidak lagi bisa dibendung, berulang kali ia memanggil istrinya untuk dibuatkan kopi seperti biasa dan baru menyadari setelah simbok menyahut jika Hasyna belum pulang dari kegiatan bakti sosial sejak 4 hari lalu.
Berulang kali pula ia menanyakan kondisi Hasyna pada simbok karena yang terakhir kali melihat Nana dirumah ini sebelum pergi hanyalah simbok, wanita berumur itu mengatakan jika nona tidak sarapan pagi dan pipi kanannya bengkak namun ditutup kerudung yang sengaja dipakai lebih maju dadi biasanya, hal itu pula yang membuat kekhawatiran menyelimuti tentang keadaan istrinya yang belum juga pulang apalagi Hasyna memiliki riwayat penyakit asam lambung yang membuat kesehatannya menurun ketika dilanda banyak fikiran.
Rama sengaja menunggu Hasyna di ruang tamu karena simbok memberi tahunya jika siang ini Hasyna akan pulang, ia duduk disofa dimana Nana akan lewat disana. Hatinya berdegup tidak menentu tidak seperti hari hari biasanya, mungkin karena terakhir bertemu Nana waktu itu dengan keadaan hati sedang tidak baik baik saja.
Pintu utama terbuka, gadis dengan tubuh mungil berada di ambang pintu dan berbalik menutup pintu itu kembali. Ia berjalan pelan dengan tas ransel besar dipunggung yang terlihat berat, Rama berpura pura tidak melihat kedatangan Nana. Laki laki itu melihat kearah ponsel dan tidak menggubris kedatangan istrinya. Begitupun dengan Hasyna, terdengar gadis itu menarik nafas dan menghembuskannya kuat sebelum berjalan melewati ruang tamu begitu dilihatnya Rama yang sedang duduk disana, awalnya ia berfikir jika Rama belum pulang dari Singapore tapi nyatanya laki laki itu sudah duduk diruang tamu dengan ponsel yang diutak atik.
Hasyna melangkah dengan pelan, ia berjalan melewati ruang tamu dan menuju tangga yang tidak jauh lagi. Rama tidak menolehnya ia pula tidak ingin menggubris laki laki itu, sedekat apapun ia dan Rama laki laki itu tetap tidak akan mengakuinya sebagai istri didepan orang lain.
"Ganti bajumu, cepat ikut aku kekantor!!!". Rama berbicara tanpa menoleh kearah Hasyna, sedang perempuan yang baru saja menginjakkan kaki di anak tangga pertama itu langsung berhenti, ia menoleh suaminya sejenak kemudian menghela nafas panjang. "Kejam sekali mas Rama". Batin Hasyna kala itu.
"Mas, Nana ngantuk". Ucap Hasyna jujur, selain ngantuk ia juga harus menahan pinggangnya yang sakit juga pipinya yang masih lebam dan terasa nyeri. Ini tidak seberapa dibandingkan dua hari lalu yang membengkak hingga membiru, bahkan teman temannya sampai ikut panik dan membantu mengompresnya agar tidak bengkak terlalu besar. Apalagi Hanan, ia sampai rela hujan hujanan pergi ke apotek untuk membelikannya obat juga saleb.
"Kamu bisa tidur dikantor!!". Sergah Rama, kali ini ia tidak akan melepaskan Hasyna lantaran ingin berlama lama bersama dengan gadisnya hari ini sebagai ganti karena kemarin saat ulang tahunnya Hasyna tidak dirumah, padahal ia niat hanya pergi 2 hari bersama Clara karena ingin cepat pulang dan bersama dengan gadis cengeng ini.
Nana menghembuskan nafasnya pelan setelah menatap anak tangga didepannya, Rama benar benar menguji kesabarannya siang ini. Untung saja sebelum pulang ia sudah mandi jadi sekarang ia hanya perlu sholat dhuhur dan ikut kekantor bersama laki laki menyebalkan yang menggantungkan perasaannya selama ini. Langkah kakinya menaiki satu persatu anak tangga tanpa semangat sedikitpun, bayangannya beristirahat ditempat tidur yang nyaman hilang sudah setelah 4 hari harus tidur ditenda dengan alas tikar yang keras dan hamparan sinar matahari setiap harinya. Tidak lupa pula angin dingin disetiap malam yang menembus daging sampai ketulang belulangnya.
Rama melirik istrinya yang sudah menaiki beberapa anak tangga, bibirnya menyunggingkan senyum bahagia melihat pujaan hati telah berada didepan mata, ia bangkit dan pergi kekamarnya hendak berganti pakaian formal yang biasa ia pakai kekantor.
KAMU SEDANG MEMBACA
bidadari_ku menangis
Romance*** Hashyna, gadis 18 tahun yang harus menuruti keinginan orang tuanya untuk menikah dengan seorang pewaris "Bhaskara group". Ia yang tidak tau menau tentang perjodohan ini akhirnya dibenci tuan muda lantaran dianggap sebagai pengganggu dalam kehid...