Nana yang terbangun dari tidurnya telah menyadari jika saat ini ia tidak tidur di kamarnya, ia pula ingat jika semalam dirinya hampir saja kehabisan nafas karena asap yang begitu tebal di dalam toilet yang tiba-tiba saja terkunci pintunya. Pandangannya berkeliling mengedar di segala penjuru ruang yang mampu ia lihat, ditangkapnya view hotel yang cukup bagus menurutnya. Masih ingat semalam saat Bu Siwi membantunya berganti pakaian dan menggantinya dengan pakaian tidur yang entah dari mana didapatkan, kali ini pandangannya pula menangkap Rama yang tertidur di sofa tanpa selimut dan bantal, sepertinya semalam laki-laki itu juga tidur di sofa dan menunggunya.
Lama mencari-cari jam akhirnya ia menemukan jam dinding yang tidak jauh dari keberadaannya, waktu menunjukkan pukul 07.00 sepertinya matahari juga sudah naik, sebenarnya ia hendak bangun namun dirasa tubuhnya masih terasa sangat lemas. tenggorokannya juga terasa kering setelah semalaman beristirahat karena pengaruh obat dari dokter yang ia minum.
Tangan kirinya berusaha menggapai botol minum air mineral yang ada di atas bufet dekat lampu tidur persis disampingnya, ia tak ingin membangunkan Rama hanya perkara air minum, apalagi dapat ditebaknya pagi ini pasti Rama amat sangat kelelahan karena semalam berlari dari toilet dengan menggendongnya.
Saat dirinya sedang berusaha menggapai botol minum dengan sisa tenaga yang masih ada, suara batuk dari seorang laki laki membuatnya beralih fokus. Ia yang kesulitan menggapai botol minum akhirnya dibantu oleh Rama, laki-laki itu mengambilkan botol minum juga membukakan tutup botol untuknya.
"Makasih mas". Ucapnya Lirih, baru kali ini ia melihat senyum Rama di pagi hari yang sehangat ini, biasanya Rama sangat galak kepadanya dan sering sekali memberinya tatapan tajam setajam mata elang yang menakutkan.
Rama hendak membantunya untuk bangun dari tempat tidur namun Nana menjulurkan tangan berusaha menghentikan tangan Rama agar tidak perlu membantunya karena ia bisa melakukannya sendiri. Lagipula selama ini Rama juga sering mengacuhkannya dan membiarkannya sendiri jadi pagi ini tidak perlulah Rama harua berpura pura seperti itu padanya.
"Mas". lagi-lagi ia menolak bantuan dari Rama, Rama terdiam mengamati istrinya lekat. Gadis itu meminum air yang tadi ia berikan seperti orang yang sangat kehausan.
"Kamu sudah baik-baik saja?". Tanya Rama begitu ia melihat Nana selesai minum dan meletakkan botol minumnya di samping tempat tidur. Nana mengangguk mengiyakan jika dirinya saat ini sudah baik-baik saja.
"Berarti kita bisa pulang pagi ini kan?". Ucap laki-laki itu lagi, Nana mengangguk mengiyakan, sebenarnya ia masih sangat lemas bahkan tubuhnya terasa seperti tidak memiliki tenaga. Namun ia sadar tidak mungkin berlama-lama di hotel ini apalagi tahu jika Rama memiliki jadwal kegiatan yang sangat padat, pasti laki laki ini akan sangat terganggu dan pekerjaannya akan berantakan jika berlama-lama menunggunya di sini.
"Apa Nana boleh ke kamar mandi?". tanya Nana polos, ia sendiri masih takut dengan Rama, sebenarnya ia sadar jika sekarang pak Danu dan Bu Siwi tidak lagi bersamanya pasti Rama akan berubah galak jika ia membuat suatu kesalahan.
Rama menggangguk, ia menunjuk letak kamar mandi di kamar ini. Lagi dan Lagi laki-laki itu hendak membantunya berdiri namun Nana buru-buru mengatakan bahwa ia tidak perlu dibantu dan berkata bahwa dirinya baik-baik saja. Namun dilihat jelas dari wajah Nana jika gadis itu belumlah baik-baik saja, wajahnya masih terlihat pucat bahkan ia melihat gerakannya masih sangat lemah.
"kerudungmu ada di dalam, kamu bisa memakainya lagi nanti". Ucap Rama tiba-tiba yang membuat Nana menoleh, ia memberitahu jika pakaian yang biasa ia kenakan seperti kerudung dan baju panjang telah disediakan dan berada di dalam kamar mandi.
"Terima kasih Mas". Ucap Nana dengan anggukan pelan berusaha berdiri tegap meskipun sesekali kepalanya terasa pusing.
Nana berjalan menuju kamar mandi dengan tangan yang merambat pada dinding-dinding tembok, Rama sendiri yang tadi sempat berlari hendak membantunya masuk akhirnya menghentikan langkahnya, ia tahu jika Nana masih menjaga jarak dengannya. Lagi pula gadis itu sama sekali tidak mau di sentuh terlihat dari semalam saat bersama dengan orang tuanya Nana selalu memperlihatkan ekspresi jengkel saat ia mencium atau menepuk-nepuk puncak kepalanya. Rama sendiri sebenarnya bingung dengan apa yang dilakukan oleh gadis ini, di satu sisi ia hendak mencoba memberikan perhatian untuknya. Jika tidak sebagai seorang suami maka ia bisa menjadi kakak untuknya, namun di sisi yang lain gadis ini selalu menghindar dan tidak mau didekati.
KAMU SEDANG MEMBACA
bidadari_ku menangis
Romance*** Hashyna, gadis 18 tahun yang harus menuruti keinginan orang tuanya untuk menikah dengan seorang pewaris "Bhaskara group". Ia yang tidak tau menau tentang perjodohan ini akhirnya dibenci tuan muda lantaran dianggap sebagai pengganggu dalam kehid...