Tangan mungil Hasyna masih menepuk nepuk ringan lengan suaminya yang masih terlelap dalam pelukannya, sepanjang malam ini pula ia juga tidak bisa terlelap seperti biasanya, waktu demi waktunya malam ini ia gunakan untuk bermuroja'ah sembari menjaga suaminya yang kurang enak badan hingga beberapa kali terbangun dan meminta minum. Punggung tangannya kembali ia letakkan diatas kening suaminya, hatinya lega karena demam semalam akhirnya turun dan laki laki ini terakhir bangun jam setengah 3 pagi tadi hingga saat ini tidurnya terlihat cukup nyenyak.
Alarm waktu sholat yang senantiasa ia nyalakan di ponselnya berbunyi, tangannya buru buru menggamit ponsel itu dan mematikan alarm yang berdering agar tidak ikut membuat suaminya terbangun. Hasyna menarik nafas, melihat suaminya yang masih memeluk erat tubuhnya meski dalam keadaan terlelap, andai saja hal seperti ini bisa ia terima sejak awal pernikahan pasti bayangan tentang perpisahan tidak akan pernah ada dalam fikiran, sekali lagi tangannya menepuk nepuk lembut lengan hingga punggung suaminya selayaknya menimang nimang bayi, perlahan tangannya beralih pada rambut yang tercium bau segar ketika ia mendekat atau mengusap dengan tangannya, dapat dipastikan selain tegas Rama pasti juga cinta tentang kebersihan.
"Nona..". Rama terbangun saat Hasyna dengan lembut menggamit tangan kekar suaminya yang masih melingkar dipinggangnya, merasa tangannya hendak dilepas Rama langsung mempererat pelukannya lagi meski matanya masih tertutup.
"Sudah subuh mas, Nana Sholat dulu ya..". Pamitnya disertai penjelasan yang mungkin masih asing ditelinga suaminya, masih diingatnya dengan jelas saat pertama ia datang kerumah ini, Rama mengusirnya dari kamar namun setelah sholat subuh saat ia hendak turun mengambil air minum kedapur didengarnya suara rintihan perempuan dari kamar laki laki ini.
Hatinya patah lagi, sesak juga mulai menghampirinya jika memori pahit selama berumah tangga tiba tiba muncul dalam ingatannya, mau setabah apa nyatanya memang belum bisa. Berusaha ikhlas tapi sakitnya masih benar benar membekas. Malam ini rasanya segala sesuatu tentang pernikahan yang ia jalani selama 4 bulan bersama Rama seperti berada di puncak fikirannya, rasanya ingin pergi dan melepas, namun cinta malah semakin jelas. Pergi dari seseorang yang telah berhasil membuat kita jatuh cinta adalah cara paling sempurna untuk menggores luka. Tak dapat ia pungkiri hatinya telah berlabuh pada dermaga cinta suaminya, Rama telah memasuki relung hatinya namun laki laki ini juga telah berhasil menggores luka yang luar biasa dalamnya hingga setiap kali angin sunyi menyapa rasa sakitnya masih jelas terasa.
"Cepet banget sih subuhnya". Celetuk laki laki itu sambil membuka matanya, dilihatnya wajah istrinya yang ayu dengan bergo instan yang sejak semalam dikenakan, Hasyna melempar senyum dengan tangan yang masih mengelus lembut rambut suaminya, meski hatinya teriris oleh bayang bayang diduakan namun ia tetap tidak ingin memperlihatkan rasa cemburunya didepan Rama, biarlah malam ini akan menjadi kenangan satu satunya malam dimana mereka bisa menghabiskan malan bersama dengan rasa cinta.
"Terimakasih telah hadir, meski tidak menjadi takdir akhir". Batin Hasyna sambil merayapi wajah suaminya, Rama memandangnya bingung, meski bibir gadisnya menyunggingkan senyum namun dapat ia ketahui dari sorot mata istrinya yang seakan menyimpan banyak kegundahan.
"Nona kenapa?". Rama melepas pelukannya, ia duduk disamping istrinya yang kini menunduk merasa tidak enak ditatap dalam oleh suaminya.
"Nana ngga papa mas". Hasyna tersenyum, menyembunyikan kegundahan yang ada pada dirinya, hatinya mendadak dingin lagi untuk sekedar berbicara dari hati ke hati dengan suaminya.
"Nona sedang berbohong?". Terka Rama yang sebenarnya memang benar keadaannya, Hasyna menggeleng kecil sambil tersenyum.
"Lega saja mas, demam semalam bisa turun". Jawab lirih Hasyna yang disambut usapan lembut dari tangan kekar suaminya dipuncak kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
bidadari_ku menangis
Romance*** Hashyna, gadis 18 tahun yang harus menuruti keinginan orang tuanya untuk menikah dengan seorang pewaris "Bhaskara group". Ia yang tidak tau menau tentang perjodohan ini akhirnya dibenci tuan muda lantaran dianggap sebagai pengganggu dalam kehid...