89. Bunuh diri.

606 31 13
                                    

Rama masih terfokus pada jalanan sepi didepannya, kurang dari dua jam mereka akan sampai ditempat tujuan dengan hati yang telah disatukan. Sesekali matanya melihat istrinya yang baru saja tertidur disampingnya, gadis cantik dengan ketabahan yang luar biasa yang sampai saat ini benar benar bisa membuatnya jatuh hati. Tangannya dengan cepat mengambil ponsel disamping Hasyna begitu terdapat panggilan suara masuk setelah beberapa kali mengirim pesan namun sengaja tidak dibaca oleh Rama, sebelum mengangkat telepon itu Rama telah lebih dahulu mengecilkan suara audio mobil dan memastikan istrinya telah tertidur pulas.

"Sudah saya bilang, hubungan kami sudah berakhir beberapa bulan yang lalu jauh sebelum kejahatan itu berlangsung durumah saya". Ucap Rama dengan suara tenang, penuh penekanan meski intonasinya terdengar datar, sesekali ia melihat istrinya memastikan gadis cantik pujaan hatinya ini tidak terbangun.

"Saya sudah tidak peduli lagi!!!!". Lanjut Rama setelah itu ia mematikan panggilan suara yang hanya berlangsung kurang dari 3 menit, wajah laki laki itu tidak serelax tadi bahkan sorot merah padam mulai terlihat dipipinya yang seolah menahan emosi dan marah pada dirinya sendiri, berulang kali pula ia memamandangi Hasyna dan dengan lembut mengusap kening gadisnya yang sudah pamit tidur satu jam yang lalu.

Ponsel Rama kembali bergetar, panggilan suara masuk namun ditolak oleh laki laki itu hingga ia mendapat rekaman video lewat cctv apartmen yang sudah sangat ia hafal posisinya dimana.

"Hallo". Rama mengawali panggilan masuk dari seorang laki laki yang sudah sangat dikenalnya, "om Setya". Laki laki jakarta yang menikahi bule jerman yang tidak lain adalah ayah dari Clara kini tengah berbincang dengannya setelah beberapa kali panggilan telepon itu sengaja ditolak, Rama beberapa kali menoleh dan melihat istrinya yang ayu masih tertidur pulas disampingnya.

"Maaf om". Ucap Rama setelah beberapa saat mendengarkan om Setya berbicara diujung sana, ia membanting ponselnya kemudian kembali terfokus pada jalan Raya yang benar benar telah sepi, hanya ada lampu lampu berwarna kuning terang disepanjang jalan. Hatinya kembali gundah setelah sore tadi telah berhasil melewati badai yang hampir saja menenggelamkan rumah tangga yang telah dipenuhi prahara sejak awal pernikahan, dan sekarang ia harus kembali menelan pil pahit saat ditelpon om Setya, laki laki yang umurnya seumuran papinya yang tidak lain adalah ayah dari Clara. Rama mendesah menghembuskan nafas beratnya merasa sesak yang menjalari seluruh tubuhnya, 4 bulan sudah semenjak kejadian naas itu terjadi dan sejak saat itu ia sudah benar benar memutus komunikasi dengan Clara lantaran tau Cassandra berbuat demikian karena perintahnya.

Sorot matanya menatap Hasyna yang masih memejamkan mata, sejenak dipandanginya bidadari yang dipenuhi luka ditubuh juga hati yang entah berapa kali sengaja ditusuk duri oleh suaminya sendiri. Apapun yang terjadi ia tidak akan kembali kepada Clara dan akan lebih memilih mempertahankan rumah tangganya bersama dengan Hasyna, Hasyna adalah sebaik baiknya tempat berlabuh yang memberi kenyamanan serta rasa tenang disepanjang harinya.

Suara getar ponsel terdengar menyelip diantara suara audio mobil yang memutar lagu lagu romantis dengan volume yang cukup rendah, Rama menoleh dan mengambil ponsel yang tadi sempat ia banting, om Setya mengiriminya sebuah video.

Rama melihat video itu dengan seksama, suara jeritan juga terdengar begitu nyaring bersamaan dengan benda benda yang berjatuhan. Dari arah dapur sebuah apartment mantan kekasihnya keluar dengan rambut terurai berantakan dan baju yang telah bersimbah darah, Clara berjalan dengan gontai sambil memegang pisau buah yang cukup tajam kearah jendela apartemen rumah yang selama ini ia tinggali berasama seorang pembantu, sudah lama pula ayah dan ibunya bercerai hingga perempuan bule Indonesia Jerman itu memilih tinggal sendiri dan melampiaskan kesepian dalam hidupnya pada dunia malam yang penuh dengan hingar bingar.

Mata elang Rama menyipit saat tangan kanan mantan pacarnya mengacungkan pisau mengancam siapa saja yang hendak mendekat maka ia tidak akan segan segan untuk menggores tangannya lagi, ditangan kirinya telah terdapat sebuah goresan yang mengeluarkan darah meski tidak begitu dalam.

bidadari_ku menangisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang