76. taman.

584 29 14
                                    

Sudah 3 minggu Hasyna berada dirumah setelah kepulangannya dari rumah sakit, meski kondisinya semakin membaik dari segi kesehatan fisik juga trauma yang semakin berkurang, tetap tidak banyak aktifitas yang bisa dilakukan gadis itu, dari kamera cctv tersembunyi yang sengaja dipasang oleh Rama gadis itu masih sering menangis dan melamun ketika tidak ada siapapun dikamar.

Badannya juga jauh lebih kurus dengan rambut yang sering kali terurai panjang tidak terawat, gadis itu masih tetap sama seperti hari hari saat berada dirumah sakit dan sulit sekali untuk makan meski segala upaya telah dilakukan,

Rama menyeduh kopi dari mesin kopi yang sudah lama berada didapur rumahnya, dengan telaten ia memasukan biji biji kopi terbaik yang ia beli dari petani kopi yang menyuplai pasokan kopi kepabriknya. Aroma harum tercium disegala penjuru dapur, simbok yang baru saja masuk kedapur langsung memuji harum seduhan kopi yang baru saja selesai dibuat laki laki itu.

"Saya buatkan untuk simbok ya?". Rama mengambil satu cangkir kopi yang ada dilemari, hal ini sudah biasa dilakukan Rama bukan hanya kepada simbok tapi juga kepada pekerja lain. Mungkin hal semacam ini yang menjadi salah satu alasan mengapa banyak perkerja yang betah bekerja dengan keluarga Bhaskara.

"Terimakasih den...". Simbok menerima kopi yang diberikan tuannya, beberapa kali wanita tua itu memuji kopi buatan anak majikan yang sudah ia rawat dari kecil. Rama tersenyum kemudian menggeser berdirinya saat ada embak embak lain datang membawa sayur mayur dari pasar.

"Selamat pagi tuan...". Sapa pekerjanya, Rama tersenyum tipis dan balik menyapa .

"Sudah sarapan belum?". Tanya laki laki itu sambil menaruh cangkir kopinya, ia membantu pekerja tadi memindahkan sayur dan daging keatas meja untuk dimasak hari ini juga.

"Sudah tuan, tadi sambil belanja sambil ngemil". Salah seorang pekerja bertubuh bongsor menimpali, kehangatan kembali dirasakan mereka pasalnya semenjak tuannya ini dekat dengan istrinya banyak perubahan baik yang terjadi selain tidak lagi minum minum dirumah ini, Rama juga sering mengadakan jum at berkah dengan menitipkan makan siang gratis di masjid masjid dekat kompleks.

Rama berjalan keluar, meninggalkan gelas kopinya yang belum seutuhnya ia minum, sampai saat ini hatinya masih tifak karuan dengan fikirannya yang masih berantakan. Wajah Hasyna memenuhi ruang dihatinya yang membuatnya tidak tau lagi harus bagaimana agar Hasyna tidak takut lagi saat melihatnya.

Simbok mengikutinya dari belakang  dan berhenti tidak jauh dari pintu dapur saat tuan mudanya menghentikan langkah dan menunggunya mendekat.

"Nona bagaimana mbok?". Rama masih saja menghawatirkan istrinya, setiap hari fikirannya tidak pernah luput dari nama dan wajah Hasyna. Terkadang rasa sakit dan sesak juga masih jelas ia rasakan saat berada ditangga dan mengingat dirinya membentak Hasyna dipertengahan tangga hingga botol minumnya terjatuh, padahal gadis itu mengatakan turun untuk mengambil minum kedapur karena sangat haus sedari pagi belum minum.

"Demamnya sudah turun den, tapi masih susah untuk makan". Jawab simbok setelah pagi tadi ia membersihkan kamar Hasyna dan membantu gadis itu untuk membersihkan diri, pagi tadi juga simbok sempat mengantarkan sarapan pagi untuk Hasyna yang sampai selesai ia membersihkan kamar gadis itu masih belum menyentuh makananya sama sekali.

"Tapi nona sudah tidak takut lagi sama ketukan pintu dan benda terjatuh den, hanya saja nona masih belum bisa membuka pintu. Seperti takut ada rasa cemas siapa yang datang". Simbok menjelaskan keadaan Hasyna pada Rama yang selama ini benar benar memantau perkembangan kesehatan gadis itu, andai Hasyna tidak takut padanya mungkin dirinya sendirilah yang akan mengurus gadis itu hingga sembuh total.

"Bukannya dokter juga meminta agar nona dibawa jalan jalan ringan keliling rumah!!!". Rama menegaskan apa yang disampaikan dokter padanya, simbok mengangguk pelan mengiyakan.

bidadari_ku menangisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang