58. Sepi.

694 23 3
                                    

Angin mendesir halus ditaman bonsai samping rumah, membawa kesejukan serta rasa rindu yang menderu bagi siapa saja pemilik hati dan penikmat rasa.

Malam ini langit begitu cerah dengan bintang bertaburan dan bulan sabit yang indah ditambah awan awan menggumpal bagai bola kapas yang siap dimakan dengan rasa manis keasaman. Kali ini bukan lagi soal menyiram dan memotong dahan bonsai bonsai yang besarnya telah mengakar lebih besar dari kepala manusia tapi lebih kemelamun dan menatap langit malam dengan bayang banyang kekasih hatinya.

Hembusan nafas berulang kali ia lakukan dengan berat seakan sesak mendalam tengah meringsek pernafasannya, masih diingatnya betul kejadian malam itu saat ia bisa memeluk dan mendekap gadisnya dengan hangat dan memberinya kopi dari cangkir yang sama. Bayangan Hasyna masih saja hadir dan memenuhi pikirannya, seharian ini pula gadis itu mulai aktif belajar lagi dikampus setelah pagi tadi sempat cemberut karena dipaksa untuk diantar jemput setiap hari, mau tidak mau akhirnya gadis itu menuruti namun dengan syarat bukan Rama sendiri yang mengantar dan menjemputnya.

Rama tersenyum hangat sambil menatap rembulan saat mengingat apapun yang berhubungan dengan istrinya yang akhir akhir ini mulai berani mengutarakan ketidak senangannya meski tidak secara langsung, memiliki gadis itu pula ia harus merangkap menjadi laki laki multi talent yang serba bisa, bukan hanya sebagai suami tapi juga sebagai teman, kakak, adik, psikolog juga sebagai peramal yang harus mengerti apapun tentang perasaan hati perempuan. Jika bukan hampir telat penyebabnya pasti gadis itu akan tetap membatu dan mau berangkat sendiri menaiki bus ditengah kondisi tubuhnya yang belum sehat seutuhnya meski tangan dan kakinya sudah bisa difungsikan seperti biasanya, keropeng diwajahnya juga sudah mengelupas dan luka yang waktu itu menganga telah mengering.

"Benar benar anak kecil". Batin Rama sambil mengingat wajah merah menahan emosi istrinya tadi pagi yang membuatnya juga telat ngantor padahal pagi tadi ia sendiri harus buru buru memimpin rapat, membujuk Hasyna sama saja seperti membujuk anak kecil yang harus disertai dengan ancaman ancaman kecil seperti tadi pagi.
Rama mengernyitkan alis mencari cari cara agar Hasyna bisa cair kembali dan berjanji akan meninggalkan Clara dan menjadi milik gadis itu seutuhnya, mengarungi rumah tangga bersama dan hidup damai dengan keturunan yang akan mereka miliki, namun sekarang rasanya semakin sulit karena gadis itu kembali kecewa dengannya, sikapnya kembali dingin dan beku setelah beberapa hari lalu sempat mencair dan berbincang hangat dengannya.

Sekarang sekedar diantar kekampuspun ia tidak mau dan membuat syarat untuk diantar supir padahal kampus dan kantornya searah.

Mata elang Rama menatap lurus langit yang indah malam ini, dilihatnya kumpulan bintang yang tiba tiba membentuk wajah dan senyum istrinya, bibirnya menyungging senyum tipis setiap kali terlintas wajah gadis itu difikirannya apalagi ketika memori otaknya berhasil menyeruak kenangan kenangannya bersama Nana walau tidak seberapa banyak, baru dirasakannya ternyata mencintai seorang perempuan memang serumit dan semenyebalkan ini. Hanya karena melihat panggilan telepon yang masuk Hasyna bisa marah sampai seperti ini dan menjadi dingin seperti kutub es diujung selatan tanpa memberinya waktu untuk menjelaskan.

"Apa gadis itu benar benar mencintaiku?". Batin Rama sambil membayangkan wajah istrinya yang ayu, dalam hati terdalamnya ingin sekali rasanya mengakhiri perang dingin yang terjadi, tapi apa daya gadis itu sendiri telah berkata dan meminta untuk mengurus urusan pribadi sendiri sendiri, 

Dilain tempat tepatnya di balkon kamarnya Hasyna sengaja keluar teras untuk mencari angin dan membuang suntuk, hatinya resah sendiri setelah tadi pagi Rama memaksanya untuk diantar jemput saat ke kampus, laki laki itu pula mengancam tidak akan mengizinkannya pergi jika dirinya masih ngeyel ingin berangkat sendiri padahal dirinya cukup sehat untuk naik bus sambil menunggu motornya dibengkel bisa dipakai lagi.

bidadari_ku menangisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang