30. obat dari Rama

601 17 1
                                    

Rama Masih Berdiri di depan meja belajar Nana, laki-laki itu memegang lembaran kertas kecil yang ia temukan di antara tumpukan kertas-kertas yang ada di ujung meja. Setelah diamati ternyata kertas itu berisi resep obat 7 bulan lalu yang harus ditebus oleh gadis itu di apotek, hal ini membuat Rama semakin yakin jika istrinya mempunyai riwayat penyakit yang berhubungan dengan lambung itu sudah lama.

Saat masih mengamati kertas di tangannya, Rama baru menyadari jika Hasyna telah selesai dari kamar mandi. Gadis kecil yang telah berganti baju dan membersihkan diri dari muntahan-muntahan yang tadi ia keluarkan tengah berjalan mendekat ke arahnya, Rama langsung memandangi wajah pucat istrinya ingin bertanya lebih dalam tentang penyakit asam lambung yang diderita namun ia sendiri tidak yakin jika Hasyna akan memberi jawaban yang akurat.

"Mas Rama masih di sini?". Hasina sedikit terheran mengapa Rama masih ada di kamarnya, ia mengira laki-laki itu telah pergi saat ia berada di kamar mandi.

"Sejak kapan kamu punya penyakit lambung?". Rama masih saja memperhatikan Hasyna dengan mimik heran mengapa gadis ini tidak pernah berbicara apapun tentang dirinya sendiri. Bahkan mertuanya juga tidak memberitahunya jika Hasyna memiliki riwayat penyakit ini. Tidak menjawab pertanyaan dari Nana, laki-laki itu justru mengintrogasi Nana sebab ia telah melihat resep obat dari dokter yang baru saja ia temukan.

"Mas Kok nanyanya gitu!". Jawab Hasyna keheranan mengapa Rama tiba tiba bertanya seperti tadi.

Lantaran tidak mendapat jawaban dari Nana, Rama langsung menatap Hasyna dengan tatapan tajam seolah hendak melalap habis Hasyna. Bayangkan saja perempuan itu masih terlihat lemas namun ketika ditanya ia tidak pernah menjawab dengan pasti apa yang terjadi pada dirinya. Hasyna sendiri sebenarnya bingung dengan perilaku Rama yang berubah ubah padanya, sejak awal Rama telah menekankan agar mereka mengurus kehidupan mereka masing-masing namun berulang kali Rama sendiri yang melanggarnya dan sekarang ia bertanya sesuatu hal tentang kehidupan pribadi yang seharusnya Rama tidak boleh menanyakan itu kepadanya.

"kenapa kamu nggak pernah bilang kalau kamu punya riwayat sakit lambung?". Hasina terdiam melihat selembaran kertas kecil yang dipegang oleh Rama, Ia juga lupa membuangnya dan malah menyimpan kertas itu bersama dengan kartu-kartu identitasnya.
Rama mulai mengintimidasinya, laki-laki itu mengayunkan kaki mendekatinya dengan tatapan tajam membuat nyalinya menciut malam ini. Ia tahu Rama tidak akan melepaskannya sebelum mendapatkan jawaban yang ia inginkan, langkah kaki itu terus saja melangkah mendekatinya membuat Hasina yang tadinya berdiri mematung perlahan mundur mundur dan mundur hingga kakinya tidak dapat lagi melangkah mundur karena terhalang tempat tidur. Namun Rama masih saja mendekat ke arahnya, gadis itu akhirnya duduk menghindari tatapan mata Rama mencoba menghalau langkah laki-laki itu dengan menjulurkan kedua tangannya ke depan.

"Stop mas!!!". Pintanya karena benar-benar ketakutan, hatinya was was sendiri melihat Rama yang mengintimindasinya malam ini.

"itu resep dokter tahun lalu, tapi Nana sudah nggak papa kok". Jawab Nana mengalah, ia tahu apa yang diinginkan laki-laki itu hanyalah jawaban yang keluar sendiri dari mulutnya.

"Malam ini kamu juga nggak makan lagi?".

"Nana makan kok mas, tapi nanti ya pelan-pelan". Ucapnya  bersamaan dengan perut bagian atas yang terasa seperti terbakar.

"panas sekali". Batinnya, Nana memegangi perut atasnya yang terasa panas hampir ke dada. Melihat itu Rama langsung mendekat.

"it's oke mas, Nana nggak papa. Mas bisa istirahat ke kamar mas, nanti Nana makan sendiri". Ucap Nana yang masih saja memegang perut bagian atas.

"jangan membuatku marah Hasina, jangan sekali-kali membohongiku!!!!". Kali ini Rama meremas kertas itu, melihat Apa yang dilakukan Rama membuat Hasina miris sendiri, dia takut nasibnya akan sama seperti kertas yang diremas oleh tangan kekar Rama.

bidadari_ku menangisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang