63. Muroja'ah

493 14 2
                                    

"Sampai sekarang namamu masih menjadi prioritas utama yang tetap kunegosiasikan dengan tuhan mas!!!". Hasyna mengusap lembut rambut suaminya yang sekarang telah terlelap dipangkuannya, meski sudah tidak menggigil namun demamnya masih belum turun, sesekali pula ia menarik selimut yang tidak sengaja tersingkap yang sedari tadi menutupi seluruh tubuh suaminya, menyisakan kepala dan kedua tangan kekar laki laki dipelukannya yang memeluknya erat seolah enggan untuk dilepas. Bahkan bergerak sedikit saja Rama akan mengerang dan merengkuh tubuhnya lagi kedalam pelukannya.

Air mata tanpa disadari mengalir membasahi pipinya, melihat suaminya sama saja seperti melihat perpisahan yang akhir akhir ini menyita perhatiannya. Mau bagaimanapun caranya, perpisahan akan tetap menjadi suatu hal yang menyakitkan apalagi ketika ruang kecil didalam hatinya telah terpenuhi oleh benih cinta yang beberapa waktu lalu disemai hingga tumbuh subur memenuhi relung hatinya.

"Mas, mungkin malam ini akan jadi satu satunya malam dimana aku bisa menghabiskan malamku bersamamu". Air mata kembali mengalir lebih deras dari sebelumnya, mengingat jika selama pernikahan ia belum pernah bersama dengan suaminya sampai sedekat ini. Rama seperti laki laki yang jijik kepadanya bahkan sampai kamarpun tidak mau bersama, selama ini ia merasa seperti dipengasingan meski berada dirumah suaminya dan hal yang paling membuatnya sakit adalah Rama kerap sekali membawa pacarnya pulang dan menghabiskan malam bersama didalam kamar yang seharusnya menjadi tempatnya untuk bermanja dan lebih mengenal dalam siapa suaminya.

"Apa mas sudah ngga jijik lagi sama Nana?, Nana tau Nana miskin, jelek dan tidak menarik. Pasti mas menyesal kan karena harus dipaksa menikahi Nana?, pasti Nana tidak pernah masuk dalam salah satu kategori istri yang selama ini mas inginkan!!!". Tangannya dengan lembut membelai belai rambut suaminya bersamaan dengan hatinya yang seolah remuk dan sulit untuk kembali disatukan, perasaannya hancur sehancur bayang bayang kehidupannya setelah perpisahan ini, selain wajah kecewa orang tuanya maka dirinya akan menyandang gelar baru sebagai janda diusianya yang belum genap 19 tahun. Jika memiliki tangan, dirasanya angin malam akan ikut memeluknya dan menjadi teman saat sepi melanda dengan berkecamuknya berbagai pikiran seperti yang dialami malam ini, semua salahnya, benar benar salahnya karena ia masuk kedalam rumah dimana rumah itu sudah berpenghuni, bukan perempuan itu perebutnya tapi justru dirinya sendirilah yang merebut kebahagiaan mereka berdua.

"Setelah perpisahan nanti, mas bisa bebas bawa perempuan itu pulang kerumah tanpa harus meminta istrimu masuk kamar agar tidak mengganggu". Nana tersendu berusaha menahan isak tangis yang hendak keluar dari tenggorokannya, ia tidak mau tangisnya sampai didengar oleh Rama dan membuat laki laki yang saat ini tertidur dalam dekapannya terbangun dan bertanya apa yang membuatnya menangis.

Hatinya remuk, patahan demi patahan yang ada sepertinya tidak bisa lagi untuk dirakit dan disatukan, bersama dengan suaminya tidak membuatnya bertambah bahagia namun sebaliknya, bersama dengan Rama malam ini justru membuatnya mengingat apapun yang berkaitan dengan Rama yang pernah terjadi dalam hidupnya. Kekosongan semenjak dirinya dibawa kerumah ini sepertinya masih terasa sepi meski Rama telah berada dilubuk hati, pernah berjuang namun sering kali diabaikan, pernah berusaha ikhlas namun cinta yang diharapkan justru tak berbalas.

"Mas juga ngga perlu sembunyi sembunyi lagi kalau ada panggilan atau pesan masuk dari pacar mas. Mas bisa kembali lagi hidup bahagia bersama perempuan itu dengan kehidupan malam yang selama ini mas gemari". Nana menyeka air mata yang terus mengalir membasahi pipinya, dielusnya sekali lagi dengan lembut kepala suaminya yang sedang terlelap, perpisahan yang terjadi disaat hatinya telah tumbuh benih benih cinta kepada suaminya membuat hatinya ngilu sendiri. Tangan mungilnya berusaha menggapai Al Qur'an kecil yang ada di samping lampu tidur yang menyala, untuk mengalihkan fikirannya yang kacau gadis kecil itu hendak murojaah hafalan hafalan ayat ayat suci Al Qur'an yang sudah dihafalnya, ia tidak ingin juga tidak mau jika hafalannya hilang hanya karena perkara dunia yang akhir akhir ini benar benar menyita waktu dan perhatiannya.

bidadari_ku menangisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang