84. Date.

496 27 5
                                    

Rama memandangi Hasyna yang tertidur pulas ditempat duduknya, laki laki itu benar benar menahan kepiluannya dan tidak tau harus bagaimana berbicara dengan kekasih hatinya ini jika ia memang benar benar mencintainya, luka yang diderita terlalu dalam jadi wajar saja jika gadis ini tidak lagi mempercayainya, tulisan selamat tinggal yang dibacanya sore tadi semakin memperjelas keputusan yang pasti sudah dipikir matang matang oleh gadis bertubuh mungil ini.

Dirinyapun belum tau akan menjawab apa nanti jika Hasyna terbangun dan mereka masih berada dikota sekitaran rumahnya sendiri. Sedari tadi Rama hanya berputar putar mengulur waktu sembari mencari cara agar Hasyna tetap bersamanya dan tidak meminta berpisah setelah sampai dikediaman orang tuanya, ia benar benar tidak mau Hasyna pergi meninggalkannya yang sudah terlanjur jatuh hati hingga sedalam ini. Mau sebaik apapun caranya berpamitan perpisahan tetap akan menjadi hal yang menyakitkan.

Berulang kali Rama menarik nafas berat seberat perasaannya saat mendengar kata pulang dan membaca tulisan selamat tinggal, dalam risau yang menghantuinya laki laki itu berusaha menenangkan diri dan melawan khawatirnya sendiri. Ini bukan lagi soal presentasi perebutan proyek atau program kerja yang harus terlaksana tapi ini masalah hati dan perasaan yang tidak bisa ditukar dengan uang, menahan sesak yang ditanggungnya seakan menjadi awan hitam yang menyelimuti langkahnya sore ini, hari juga sudah gelap dan mendung yang sepertinya hujan akan segera turun, lampu lampu penerang jalan raya juga sudah mulai mengedarkan cahaya.

Andai waktu bisa diputar ia tidak akan pernah menyia nyiakan gadis sebaik ini. Hasyna adalah bidadari surga yang turun kebumi, kalemnya, lembutnya, anggunnya, cerdasnya, taatnya, patuhnya, takwanya, cantiknya, sabarnya, bahkan sikap manja yang jarang terlihat membuatnya seakan ingin melihatnya setiap saat. Meski bertubuh mungil tapi gadis ini memiliki hati yang kuat, bahkan saat melihat perselingkuhan didepan mata dengan tenang ia tetap bertahan dan tidak mengadu pada orang tuanya.

Sungguh hancur hati Rama saat ini, perlahan dilihatnya rintik gerimis jatuh mengenai kaca mobilnya.

Sesekali, dengan cinta yang tulus menatap istrinya  yang tengah terlelap dalam tidur dengan berbagai pikiran dikepalanya. Rasanya mati dan semua terasa hambar saat gadis ini berucap selamat tinggal pada secarik kertas diatas meja, jiwanya terlalu rapuh walau hanya sekedar untuk menemani langkah kakinya mengucap cinta atas dasar ketulusan jiwa.

Kembali dilihatnya rintik hujan, sejuk yang seharusnya menenangkan malam ini justru menambah kegundahan hati. Rasa rasanya seolah hendak mati bersama dengan cintanya yang akan pergi.

Entah berapa kali Rama berusaha menenangkan diri, mencari alasan yang tepat saat istrinya bangun nanti dan bertanya mengapa belum sampai?, kemudian mengajaknya berbicara. Hati memang tidak pernah bisa untuk dibohongi, sekuat apapun untuk bertahan akhirnya gadis disampingnya hilang kesabaran.

"Mas....".

Rama menoleh saat mendengar panggilan yang biasa digunakan istrinya terdengar, meski gundah dengan berbagai macam peringai pikiran yang menggelayuti pundak serta menyita fikiran laki laki itu tetap berusaha tenang.

Perlahan dilihatnya Hasyna yang sayu sayu mulai membuka matanya setelah mengubah posisi duduk semulanya, gadis itu tampak mengucek kedua bola matanya pelan sebelum akhirnya melebarkan mata memandangi suaminya.

"Kita sampai dimana mas?". Celetuk Hasyna setelah beberapa saat memandangi suaminya yang sedang fokus mengendarai mobil, laki laki dengan tubuh atletis itu menarik nafasnya serta perlahan menghembuskannya. Langit dan bumi seolah menghimpit hingga tak menyisakan udara yang bisa ia hirup, hatinya terasa gelap dengan jiwa yang mati, pertanyaan yang sudah bisa ditebak olehnya akhirnya keluar dari bibir kecil istrinya yang baru saja bangun tidur.

Rama menoleh, memberi senyum tipis pada istrinya yang masih terlihat mengantuk.

"Nona sudah bangun?". Laki laki itu berusaha mengalihkan topik.

bidadari_ku menangisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang