81. Roti sobek.

471 25 6
                                    

Dari kejauhan mata sayu gadis bertubuh mungil itu memandangi suaminya yang tengah duduk diruang keluarga dengan tv menyala, laki laki itu tampak tidak menghiraukan tv dan lebih berfokus pada laptop dan tumpukan file diatas sofa. Setelah sore tadi Rama memberikan amplop berisi hasil ceck upnya minggu lalu selain rasa lega juga terselip rasa sesak didalamnya, kenyamanan kembali datang saat ia benar benar telah memutuskan untuk berpisah. Bagaimana tidak laki laki yang dahulu tidak peduli sekarang menjadi yang pertama merengkuh tubuh rapuhnya ini dengan kasih sayang, akhir akhir ini pula begitu terasa jika Rama mencurahkan beribu kali rasa cinta dan kasih sayang yang membara.

Beberapa kali Hasyna menarik nafas setelah dirasa udara segar begitu sulit untuk didapat, membayangkan perpisahan saja rasanya sudah sesesak ini didalam dada apalagi benar benar menjalaninya, sebenarnya ia sendiri juga belum siap dengan status baru yang akan disandang sebagai janda muda, eh kurang tepat. Lebih tepat janda diusia belia bukan?.

Status janda belia akan menjadi status barunya setelah ia pulang kekampung dan disana akan meminta berpisah dari laki laki itu, siap tidak siap dengan rasa cinta yang harus dipaksa mati ia akan mewujudkan keinginan suaminya agar bisa bersama dengan Clara tanpa embel embel tidak enak dengan Hasyna.

"Kamu akan bahagia setelah perpisahan ini mas". Gumam Hasyna dengan air mata yang tiba tiba mengalir, hari harinya yang telah hancur akan dikubur bersamaan dengan kenangan kenangan pahit selama menjadi istri, paling tidak ia sudah berusaha untuk bertahan dan mempertahankan keutuhan rumah tangga yang dipenuhi perselingkuhan.

Nafas berat kembali ia hembuskan, angin malam yang entah darimana datangnya tiba tiba mendesir membawa kesejukan yang makin menambah dingin suasana hatinya yang kelabu, ikhlas meski sakitnya benar benar membekas, rela walau sebenarnya rasa itu tetap ada. Rama adalah cintanya, laki laki yang telah menjadi separuh dari jiwanya yang berulang kali dihancurkan oleh cinta itu sendiri. Sikap hangat Rama belakangan ini membuatnya semakin nyaman dan merasa diperlakukan dengan baik sebagai seorang istri, laki laki yang menikahinya dengan terpaksa ternyata mampu membuatnya jatuh cinta hingga sedalam ini.

Sekali lagi, Hasyna memandang penuh cinta laki laki tampan yang sedang berkutat dengan pekerjaan serta file file yang dibawanya dari kantor, laki laki galak yang kini menjelma sebagai malaikat tak bersayap dalam hidupnya setelah kejadian naas waktu itu terlihat begitu berkarisma dimatanya, rasa cinta telah merubah segalanya dan membuat Rama menjadi lelaki terbaik dimatanya.

"Simbok".. ucap Hasyna lirih ketika menoleh dan melihat simbok yang berjalan kearahnya sambil membawa penampan berisi secangkir kopi dan dua kepal roti kasur.

"Mbak Nana kenapa disini?".
"Saya baru dari dapur mbok, ini buat mas Rama?". Hasyna menunjuk secangkir kopi yang ada ditangan simbok dan melihat wanita tua itu mengangguk padanya.

"Boleh Nana saja yang antar mbok?". Nana meminta ijin untuk mengambil kopi itu dan memberikannya pada Rama, ia tersenyum malu malu saat simbok memandangnya dengan pandangan genit.

"Boleh mbak". Jawab simbok kemudian melimpahkan penampan itu ketangan Hasyna dan kembali kedapur.

Hasyna menarik nafas panjang sebelum akhirnya mengayunkan langkah memasuki ruang keluarga yang diisi dengan sofa besar memanjang yang ukurannya sebesar kasur dikamarnya yang berada dikampung, tv lebar serta figura figura yang berisi foto foto keluarga Bhaskara, matanya menyipit begitu dilihatnya foto pernikahannya dengan Rama terpasang didinding dengan ukuran yang cukup besar.

Alisnya mengeryit mengingat ingat sejak kapan foto ini dipasang, bukankah dirumah ini sama sekali tidak terdapat fotonya?, dikamar Rama juga begitu tak pernah ia lihat fotonya terpajang dikamar laki laki tampan yang sebentar lagi akan menduda selepas perceraian itu terjadi. Sesekali dipandanginya Rama yang belum sadar jika ia tengah melangkah mendekat kearahnya, laki laki itu sangat tampan juga berkarisma, tubuhnya yang atletis memberi aura dan kesan gagah tersendiri meskipun ia hanya memakai kaos lengan pendek dan celana rumahan seatas lutut, rambutnya juga terlihat lebih berantakan tidak seformal dipagi hari yang rapi sebelum berangkat kekantor. Namun dengan rambut seperti ini justru laki laki itu terlihat sangat sexy dan tampan, apalagi jika melihat dibagian perut yang menunjukan garis kotak kotak seperti roti sobek membuatnya sedikit bergidik ngeri membayangkan betapa kuatnya laki laki ini. Rama juga seringkali membopongnya hanya dengan satu tangan kiri hingga tubuh kecilnya ini tersampir dibahunya yang gagah.

bidadari_ku menangisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang