41. Bar.

556 16 0
                                    

Bukkkkkkkkkkkk...

Bukkkkkkkkkkkk....

Tangan kekar Rama berulang kali memukul laki laki yang berusia jauh diatasnya, laki laki dengan tubuh berisi didepannya ambruk tidak berdaya sambil berulang kali berkata ampun. Rama memandangnya bengis seolah telah bersiap untuk menghabisinya malam ini juga, Angga dan beberapa temannya datang setelah Rama berdiri serta menghentikan pukulannya.

Laki laki yang dipukuli Rama akhirnya pergi setelah diberi peringatan untuk jangan berani berani mengganggu istrinya. Setelah lawannya pergi dan menghela nafas panjang diliriknya Hasyna yang masih ketakutan sambil memeluk lutut dipinggiran tembok, masih diingat Rama saat ia melihat istrinya itu hendak ditarik ke salah satu room oleh laki laki mabuk tadi, gadisnya ini berusaha menolak dengan sekuat tenaga sampai tubuh mungilnya terpental dan jatuh membentur lantai dengan keras. Untung saja salah seorang pekerja room ada yang memberitahunya dan ia segera datang sehingga Hasyna belum sempat diapa apakan. Rama yakin betul jika laki laki tadi mengira Nana adalah anak baru asuhan mami micikari disini yang belum ditawarkan pada pengunjung.

Langkah tegasnya mendekati Hasyna yang masih ketakutan memeluk lutut di dekat tembok, Rama berjongkok didepan Nana dan memandangi gadisnya yang menangis sesegukan. "Na...". Panggil Rama lembut, tangan kekarnya mengelus puncak kepala Hasyna yang terbungkus jilbab yang sudah berantakan. Tidak ada sahutan sama sekali dari gadis itu, Nana masih menenggelamkan wajahnya di antara perut dan lutut yang ia peluk.

Rama membuka tangannya dan memeluk hangat Nana yang masih menangis berusaha menenangkan namun berulang kali Nana melibaskan tangan dan menggerakkan tubuhnya kasar tidak mau dipeluk suaminya. Ia masih menangis ditengah perlawanannya yang tidak mau disentuh Rama. Rama menghembuskan nafas berat melihat istrinya yang membatu seperti ini.

"Mas lepasin...". Ucap Nana disela tangisnya, ia kembali melibas pelukan Rama dengan tubuh mungilnya yang tidak akan berdaya jika Rama lawannya.

"Hasyna jangan berontak". Bentak Rama yang kesusahan hendak memeluk istrinya sendiri, Nana terdiam dibentak suaminya seperti itu. Tidak menyangka Rama masih bisa membentaknya meskipun ia melihat kondisi istrinya sedang tidak baik baik saja.

"Nanti badanmu tambah sakit semua nona...". Tambah Rama dengan suara lembut, ia memeluk Hasyna dan menenggelamkan wajah merah padam ketakutan Hasyna di dada bidangnya yang kekar. Tangannya mengelus lembut punggung istrinya, sesekali bibirnya mengecup lembut puncak kepala Nana. Tubuhnya yang mungil sangat mudah untuk dipeluk Rama dengan hangat.

"Aman kok sekarang, jangan takut...". Ucap Rama menenangkan Hasyna yang masih menangis, sedangkan Angga dan teman temannya yang lain berangsur pergi meninggalkan Rama yang memeluk erat istrinya. "Lihat mas deh...". Rama berusaha melihat wajah istrinya yang masih tenggelam di dada dengan isak tangis yang dengan jelas bisa terdengar telinga, Hasyna masih menyembunyikan wajah padamnya disana, Rama pula masih merasakan tubuh gadisnya yang bergetar seperti menggigil menempel ditubuhnya.

"Mas...". Panggil Nana lirih. Tangisnya mulai mereda yang ada hanya sesegukan kecil disana, Rama masih memeluknya berusaha membuat gadis ini lebih tenang setelah kejadian tadi. "Iya nona". Rama membalasnya lembut, ia menarik wajah istrinya pelan dan menatap mata sayu itu hangat. Gadis manis yang dimilikinya saat ini, tidak dapat dibayangkan oleh Rama jika tadi ia telat datang entah apa yang akan terjadi, tadi saja ia melihat tubuh mungil istrinya sampai terpental demi menjaga diri agar tidak disentuh pemabuk tadi.

"Tadi dia mau peluk Nana mas". Ucap Nana lirih dan air mata kembali membasahi pipi, Rama menyapu air mata itu dengan jarinya dan kembali menatap istrinya dalam dalam. Selain ketakutan juga ada rasa tersendiri yang menyelip dihati Hasyna.

"Its okey nona, kamu ngga ternoda. Justru mas bangga sama kamu". Rama berusaha membuat gadis itu lebih tenang, ia tahu hati istrinya sangat hancur karena hampir saja ia mengalami pelecehan seksual setelah bertemu dengannya tadi. Tangan kekarnya kembali mengusap puncak kepala Nana.

bidadari_ku menangisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang