67. Unlimited card

504 17 4
                                    

Untuk pertama kalinya Hasyna memakaikan dasi untuk suaminya yang hendak berangkat kerja selama berumah tangga, gadis bertubuh mungil itu sampai harus berjinjit untuk mengalungkan dasi yang tadi diambilnya didalam lemari. Rama terkekeh kecil melihat istrinya yang tingginya tidak ada sepundaknya, ia sampai harus sedikit berjongkok untuk mempermudah gerak gadis itu.

"Apa perlu mas ambilkan kursi untukmu?". Gurau Rama saat Hasyna tengah merapikan dasi dilehernya, gadis yang sebenarnya tidak mau ikut kekamarnya akhirnya mau mengikuti kemauannya untuk ikut kekamar dengan paksaan dan alasan jika tubuhnya masih lemah. Ia pula yang meminta gadis ini untuk memakaikannya dasi selayaknya seorang istri yang membantu suaminya bersiap siap berangkat kerja, hatinya terasa tenang saat melihat gadis yang saat ini telah menetap dihatinya ada didepannya, jika bukan karena Angga yang memintanya kekantor untuk memimpin rapat mengenai pembahasan proyek raksasa yang baru saja masuk mana mungkin hatinya berkenan untuk meninggalkan Hasyna dirumah dengan perasaan cinta yang sedang membara, rindunya beberapa hari setelah tidak dapat saling sapa selama perang dingin akhirnya bisa tersampaikan, mendengar suara dan melihat senyum Hasyna menjadi rasa bahagia tersendiri untuknya.

"Dasar Angga, emang ganggu aja dia". Rasa kesal dirasakan Rama, pasalnya saat tadi dirinya hendak tidur dalam pelukan istrinya selepas Hasyna mengganti kaosnya yang basah menyerap keringat dipunggung, Angga tiba tiba menelpon dan berkata jika proyek raksasa itu dimenangkan perusaannya dan ia tidak bisa memimpin rapat sendiri.

"Mas harusnya duduk". Ucap Hasyna sambil manyun, ia telah selesai memakaikan dasi dileher suaminya dan melepaskan tangannya dari dasi itu, hatinya sebenarnya khawatir pada kesehatan suaminya yang semalam demam tinggi, tadi sewaktu Angga menelpon dan meminta suaminya untuk kekantor ia juga telah meminta Rama untuk stay dirumah dan beristirahat namun laki laki itu menjawab jika rapatnya tidak bisa digantikan oleh siapapun.

"Seperti ini...". Rama duduk kemudian menarik pinggang istrinya yang memekik lirih setelah merasa geli, gadis itu melebarkan telapak tangannya di kanan dan kiri pundak suaminya agar tubuhnya tidak menindih tubuh Rama yang berakibat menempelnya gunung kembar yang ia miliki didada bidang suaminya.

"Mas....". Hasyna berusaha menahan diri, bukan Rama namaya jika ia sampai mengalah pada Hasyna, laki laki itu tetap saja hendak membawa Nana kedalam pelukannnya. Hanya Hasyna wanita yang benar benar menjadi pengisi hatinya saat ini.

"Jangan memberontak nona, nanti badanmu sakit semua". Bisik Rama lembut ditelinga Hasyna untuk kemudian tangannya yang kuat menarik Hasyna untuk duduk disampingnya, mereka duduk sangat dekat tanpa space bahkan tangan kanan Hasyna berada tepat didepan tubuh laki laki itu.

Rama mencium pipi istrinya dan membuat Hasyna menoleh, nafasnya sedikit tidak beraturan, pagi ini ia kembali nervous didekat suaminya setelah semalaman saling berpelukan. Dengan tenang Rama menarik tubuh Hasyna kedalam pelukannya meski gadis itu sempat menolak dengan menggeser duduknya menjauhi laki laki yang sedang dilanda kasmaran setengah mati padanya, Rama kembali mencium kening istrinya.

"Mas,... jangan seperti ini". Ucap Hasyna ditengah dag dig dug hatinya yang muncul lagi, ia sendiri tidak habis fikir mengapa bisa kembali senervous ini bersama Rama padahal semalaman mereka juga bersama. Rasa rasanya selalu begini jika suaminya mulai menjahilinya begini.

"Nona nervous lagi?". Rama mengerti keadaan istrinya, ia memeluk erat istrinya untuk kemudian menciumi kening istrinya beberapa kali hingga Hasyna memejamkan matanya tidak mampu untuk melihat suami tampannya yang sedang memeluk dan menciumi wajahnya dengan lembut. Setelah mencium istrinya Rama menurunkan kepalanya menuju dada istrinya dimana ia bisa mendengar dengan jelas detak jantung Hasyna yang tidak beraturan, nafas gadis itu juga mulai tersengal sengal tidak karuan.

"Mas..". Panggil Hasyna saat Rama mendekatkan wajahnya diarea gunung kembarnya, bukan kenapa napa tapi ia hanya tidak siap jika Rama sampai melakukan itu sekarang, ia belum berani menerimanya sebab hatinya masih bimbang ragu ragu.

bidadari_ku menangisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang