Pasien No. 1

13.1K 547 67
                                    

⚠️Warning⚠️

Cerita ini mengandung spoiler untuk cerita-cerita berikut:

When He Texts You After Midnight

When The Food Is Too Spicy

Sangat dianjurkan untuk menyelesaikan membaca dua terdahulu demi kenyamanan membaca dan untuk menghindari bingung dengan banyaknya nama tokoh.

Happy reading,

Kristal Lensi (Bananavora)

---------------



Klinik Hartal Medicia berlokasi di Jl. Pisangan Muda, Jakarta Timur. Bangunan itu berdiri menjulang di hadapan Rona yang tiba 15 menit lebih awal dari jam yang dijanjikan.

Kalau dibandingkan dengan bangunan di sekitarnya, jelas sekali klinik itu baru berdiri. Warna cat, plang, dan tata bangunannya begitu menarik perhatian. Siapapun yang lewat, baik itu dengan jalan kaki atau naik kendaraan, pasti sontak menoleh.

Dilihat ke sekitarnya, di kanan dan kiri banyak penjual makanan. Ada pedagang kaki lima seperti somay, ketoprak, dan bakso sampai beberapa tempat makan seperti restoran ayam geprek, rumah makan Padang, dan kafe. Ini artinya Rona tidak perlu khawatir kalau-kalau dia kelaparan dan tidak sempat menyiapkan bekal. Tidak seperti tempat kerja Rona sebelumnya yang jauh di pedalaman kota Jakarta dan tidak ada tempat makan affordable di sekitarnya.

Sudah lima menit berlalu, Rona pun akhirnya memutuskan masuk ke klinik Hartal Medicia selepas mempelajari lingkungan sekitar.

"Selamat pagi, Bu. Ada yang bisa saya bantu?" Seorang satpam menghentikan langkah Rona. Gelagatnya seperti satpam di bank. Penuh sopan santun dan sigap menyambut pengunjung. 

"Saya mau interview untuk lowongan dokter, Pak. Katanya harus menemui dr. Gadis." Tangan Rona sudah sigap mengeluarkan ponselnya untuk menunjukan chat dari kontak yang disimpan dengan nama 'Dr. Gadis Abrahms (Hartal Medicia)'.

"Oh, mau wawancara, ya? Kalau dr. Gadis hari ini nggak ada, Bu. Beliau lagi ke Korea dan baru pulang hari Sabtu. Coba ditunggu dulu, ya. Biar saya tanya sama suaminya."

Bersama dengan pria itu Rona diajak masuk dan begitu menginjakan kaki di lobi klinik, telinga Rona langsung disambut suara heboh dua wanita yang sedang bercerita.

"Ih, ke mana sih kamu, Pit. Si Agung aja tau. Kan malam itu kamu jaga sama Agung, toh? Masa nggak tau kabarnya?"

"Sumpah, Mbak. Aku cuma ngeliat dr. Beka berdiri di situ—eh, Bang Ramli. Kenapa, Bang?"

Pria yang disapa Ramli—si Satpam yang tadi menyambut Rona—berdecak sambil menggeleng. "Masih pagi udah pada gosip aja. Gua bilangin Big Boss baru tau rasa deh lo."

"Ah, si Abang ini. Padahal ini gosip juga kan Abang yang ceritain. Ini, Pit. Si Ramli waktu kejadian langsung nelpon aku. Dia bilang 'Mul, Mul! Si dr. Beka barusan pulang kayak orang kesurupan, Mul.'. Payahnya, dia yang mulai ngegosip, tapi dia nggak tau sumber masalahnya."

Ramli terkekeh.

"Udeh, yak? Ini ada dokter mau wawancara, katanya disuruh Big Boss ke sini, tapi kan beliau lagi di Korea. Coba satu orang tanyain Pak Boss." Ramli beralih menoleh pada Rona. "Jangan dimasukin hati ya, Dok. Ini si Pipit sama si Mul emang hobinya ngegosip."

When The Room Gets Too HotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang