Pasien No. 31 A

3.4K 290 73
                                    

🔞🔞🔞

Warning:

Mentioning affair, rape, and child neglect.

🔞🔞🔞


"I used to be an escort but now I'm sleeping with women."

Rona tertegun mendengar kalimat yang baru saja diucapkan oleh kekasihnya. Dia terdiam cukup lama untuk bisa memproses—kalau-kalau yang barusan didengarnya ternyata sebuah jokes atau mungkin pendengarannya sedang salah—sebelum kembali sadar lalu menoleh pada pria itu.

Posisi Beka tidak memperjelas apapun.

Pria itu duduk di samping Rona sambil menunduk. Entah bagaimana raut mukanya karena dari posisinya saat ini Rona tidak bisa menilai apapun.

"Did I hear it wrong? Earlier you said ... " bersamaan dengan pertanyaan Rona, Beka terlihat mengangguk kecil, " ... you were an escort and now you're sleeping with other women. Gue nggak salah dengar, 'kan?"

"Unfortunately, no. That's what I said and I said what I meant."

And then reality hits her.

Mata Rona membelalak menyadari bahwa tidak ada yang salah dari pendengarannya dan tidak ada yang keliru dari pemahamannya tentang kalimat pengakuan Beka. Gelagat pria itu mengonfirmasi semuanya.

Mulut Rona terbuka, dia ingin bertanya, tetapi kemudian menutup lagi. Keterkejutan masih menguasainya hingga dia takut, kalau memberanikan diri bicara, suaranya akan melengking dan terdengar aneh.

Menyadari diamnya Rona, Beka akhirnya menghelakan napasnya. Bahu pria itu tampak melorot saat embusan napas keluar dari mulutnya. Ia masih menatap lurus ke depan dan baru menoleh setelah menarik napas beberapa kali.

"Gue tau waktunya nggak tepat dan gue sama sekali nggak berniat ngebuat lo freak out or anything. I just want you to know the truth before you hear it from anyone else." Pria itu tersenyum tipis dan terlihat murung. "I'm sorry, Ron."

What for?

Untuk apa dia minta maaf?

"Sejak kapan, Bek?" Suara Rona begitu pelan dan terdengar sedikit bergetar. Dia berdeham sekali sebelum membetulkan posisi duduknya.

Mangkuk yang semula dipegang nyaris jatuh akibat kurang kuatnya pegangan tangan Rona, tetapi Beka begitu sigap mengambil alih lalu menyingkirkan mangkuk itu ke meja. Pria itu kemudian mengambil beberapa lembar tisu untuk Rona gunakan pada basah cipratan di sekitarnya.

"Quite a long time ago. Long before we met."

Yeah, but HOW long?

"I see," gumam Rona sambil memegangi tisu. "Siapa lagi yang tau?"

"Luki, Gadis, Ganesa, Robyn ... semua orang terdekat gue tau."

"Everyone except me."

"Gue memang berencana ngasih tau, Ron. Hanya belum tau kapan. Setelah percakapan kita tadi, I decided to tell you now. Again, I'm sorry it took me long enough to tell you. Should've told you sooner."

Rona mendengkus lalu mengedarkan pandangannya. Dia menggeleng pelan. "Malah seharusnya jauh sebelum kita pacaran, Bek."

Mata Rona terpejam dan dia mencoba menarik napas panjang untuk mengatur emosionalnya. Sejujurnya, Rona bingung. Dia tidak tahu harus berbuat apa di saat seperti ini.

When The Room Gets Too HotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang