Pasien No. 22

4.4K 301 54
                                    

Rona menatap lesu secangkir teh hangat di atas meja dan kembali mempertanyakan keputusannya untuk bertemu Avery. Tiba-tiba saja nyalinya ciut setelah terbayang bagaimana reaksi Avery kalau sampai tahu tentang Beka.

Avery teman yang baik dan Rona percaya itu.

Sahabatnya itu selalu jadi garda terdepan setiap Rona dalam masalah. Bahkan sewaktu dulu dia bertengkar dengan Ella—Avery memanggilnya 'Ella Bantet' karena wanita itu tingginya tidak sampai 140cm dan memiliki ukuran tubuh yang terbilang obesitas—karena ulah Beka, Avery sampai pulang ke Jakarta untuk melabrak Ella. Padahal waktu itu Avery sedang menjalankan stase di rumah sakit afiliasi di luar kota.

Orang pertama yang tahu dan akan hadir kalau Rona sedang sakit, kesulitan, atau bersedih adalah Avery. Meskipun, harus Rona akui, terkadang Avery kesulitan mengontrol amarah dan ucapannya.

Mungkin sebaiknya Rona tidak usah menceritakannya dan pulang lalu bersikap seolah semua baik-baik saja.

Namun, kalau dia melakukan itu, Rona akan merasa bersalah.

Dia tidak ingin merahasiakan lebih banyak hal di depan Avery. Menyembunyikan kedekatannya dengan Issa saja sudah membuatnya sesak.

Ah, ya benar juga!

Tentang Issa.

Rona harus segera mengakhirinya.

Dia tidak mau melanjutkan hubungan tanpa statusnya dengan Issa. Apalagi saat ini dia sudah berstatus pacarnya Beka. She's not the type to two-timing karena Rona percaya bahwa berselingkuh adalah konflik yang paling menyakitkan dalam suatu hubungan.

Beka's calling ...

You have 1 missed call.

Beka sent you a photo

| Beka: Sorry kepencet.
| Beka: gue dikirimin foto itu sm Gadis, katanya enak.
| Beka: Sabtu depan yuk

| Beka: gue lg makan ketoprak di belakang kafenya nih. nanti nyusul ya, ajak Avery jg ;)


✿✿✿


"Sorry, Ron. Gue tadi harus ambil barang dulu ke toko. Pas sampe di toko, ternyata pegawai bokap gue ada yang sakit, jadi gue harus balik lagi nanti sore untuk bantu-bantu. Nggak apa-apa, 'kan?"

Rona membantu menarik kursi kayu di sebelah kanan meja untuk meletakan barang bawaan Avery. Satu tas jinjing utama, satu tas laptop, dan satu tas bawaan yang selalu dibawa-bawa untuk menyimpan botol minum dan perintilan lain.

"Jadi, ada berita apa yang nggak bisa lo ceritain via chat atau voice note?" tembak Avery setelah blueberry cheesecake, ice latte, dan air mineralnya diantar. Wanita itu segera menyemprot tangannya dengan hand sanitizer sebelum menyeruput kopinya.

Dalam diam Rona memperhatikan bagaimana sahabatnya, setelah menyeruput kopi, langsung mencicipi blueberry cheesecake. Setelah Avery sudah pada suapan kedua, barulah Rona membuka mulutnya.

"Gue sama Beka nggak jadi FWB-an," aku Rona dengan perlahan. "Waktu ketemu sama dia, I told him everything I know about how FWB works, dan dia bilang apa yang gue tau itu udah benar. We were having a really serious conversation and I realized ... I don't want that kind of relationship."

"Nah, bagus! Jangan mau diajak ketemuan cuma buat ... " Avery mengecilkan suaranya, " ... memuaskan napsu bejatnya. Kalo lagi horny ya cari PSK! Jangan cari sahabat gue. Emangnya dia pikir elo cewek apaan? Mau diajak tidur secara gratis sama cowok tua kayak dia."

When The Room Gets Too HotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang