Pasien No. 8

4.8K 394 59
                                    

Hari sabtu seharusnya klinik tutup.

Namun, kemarin pemilik klinik Hartal Medicia—dr. Gadis Abrahms—yang baru saja pulang dari Korea memberi pengumuman dan menginstruksikan seluruh staf untuk datang pukul 8 pagi karena ingin mengumumkan sesuatu.

Katanya dresscode hari ini adalah warna biru jadi Rona sudah menyiapkan blouse biru muda bermotif dengan lengan pendek berbentuk lengan tulip. Rencananya akan dipadukan dengan celana bahan 7/8 berwarna krem dan sepatu sneaker putih. Untuk tasnya, karena hari ini bukan jadwal kerja, Rona sudah menyiapkan shoulder bag berbahan kulit warna hitam.

Sambil menambahkan warna pada bibir pucatnya, Rona menatap pantulan dirinya di cermin. Sejak semalam dia begitu menanti momen ini. Momen bisa bertemu dengan dr. Gadis yang kisahnya sudah banyak didengar beberapa hari terakhir dari rekan kerjanya. Ditambah dengan hasil tanya-tanya sesama alumni ULILA, Rona pun semakin bersemangat. Memang ada sekelebat berita tidak mengenakan yang Rona dengar. Seperti berita tentang dr. Gadis masuk ULILA karena besarnya biaya sumbangan untuk kampus, lalu dulu beliau tidur dengan kepala bagian agar bisa bebas jaga malam, dan berita tentang bagaimana beliau sempat cuti karena hamil. Yang paling mencengangkan adalah kabar yang bilang bahwa dulunya dr. Luki itu gay dan sering dijadikan sasaran empuk dosen-dosen senior, lalu menikah dengan dr. Gadis untuk menutupi isu.

Padahal, Rona berharap dengan tanya sana-sini, dia bisa dapat gambaran dr. Gadis itu orangnya seperti apa. Judes, galak, atau malah tipikal yang haha-hihi. Rona tidak peduli dengan privasi bosnya itu. Dokter Gadis mau menikah dengan patung Monas pun, Rona tidak peduli.

Setelah selesai bersiap, Rona berjalan ke luar kamar setelah mematikan AC dan lampu kamarnya.

"Good morning."

Itu Jacob, pria lucu yang menghuni kamar di atas dan begitu welcome terhadap Rona sejak pertama mereka bertemu.

"Mau ke mana pagi-pagi begini?"

"Ke klinik. Tiba-tiba dipanggil bos untuk kumpul."

"You kerja di klinik Hartal, 'kan? Bareng ya sama Becky?"

"Good morning calon pacarku," sapa Ganesa seraya menghamburkan pelukannya pada Rona. Namun, Rona bergerak lebih cepat menghindar sehingga Ganesa berakhir memeluk udara. "Good morning, Baby J."

"What do you want?" tanya Jacob malas ketika Ganesa tiba-tiba memeluknya. Sepertinya Jacob tahu ada sesuatu yang Ganesa inginkan dan ia terlihat tidak tertarik.

"Gue mau nagih utang," bisik Ganesa dengan suara yang bisa terdengar oleh Rona. "Mendesak banget. Gue mau servis ban mobil belakang and I need money."

Jacob menelengkan telinganya. "Excuse me? Utang apa? Me nggak—"

"Emang orang ngutang biasanya mendadak amnesia, Jack. It's okay, I'm here to—oh, wait. Buku utang gue di kamar."

"Wait, I don't—"

"Udah, ayo!"

Rona hanya diam memperhatikan dua pria itu bergegas naik dan masih terdengar berdebat sampai sosok mereka hilang di belokan tangga.

Menggedikan bahunya, Rona pun akhirnya berbelok ke dapur. Rencananya, dia mau beli bubur ayam di gang sebelah dan agar hemat dia akan membawa teh manis hangat sendiri di botol minumnya.

"Hai, Ron."

Or maybe I should buy mineral water instead. " ... hm."

"Gue buat nasi goreng kebanyakan, nih. Lo mau?" Meskipun nada Beka sedang bertanya, tetapi pria itu sudah bergerak maju dan memberikan sepiring nasi goreng pada Rona. "Jangan dikasih ke orang lain, mereka udah dapat jatah sendiri."

When The Room Gets Too HotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang