Dengan kening berkerut dan wajah masam, Rona berjalan menuju area meja buffet untuk mengambil makanan.
Sejujurnya, dia sudah tidak menaruh minat untuk ikut acara makan malam bersama teman-teman internsipnya. Terlebih saat mengetahui Aylin—kekasih Yoga—akan ikut bersama mereka seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya.
Dengan perlahan Rona menarik napas lalu mengembuskannya. Rasa sebal kembali bergumul dalam perutnya ketika mengingat acara lari pagi tadi. Akhirnya Yoga dan Beka jadi berkenalan, tetapi yang tidak disangka-sangka adalah Aylin ikut menimbrung dan mengumumkan bahwa dirinya adalah sepupu jauh Beka.
Semua orang tertipu. Mereka mengatakan bagaimana sempitnya dunia ini sampai menjadikan Rona dan Yoga terhubung secara tidak langsung.
Oh, wow!
Sepupu my ass!
Mana ada 'sepupu' yang membayar saudaranya sendiri untuk 'melayani'?
Yaaah, mungkin di luar sana ada banyak kegilaan antar saudara yang tidak bisa dicerna secara logika. Namun, untuk kasus Aylin dan Beka ... jelas-jelas mereka bukan 'sepupu'.
Saat pulang dari Velodrome, di hadapan semua penghuni kos yang menuntut penjelasan, Beka menjelaskan bahwa Aylin adalah anak dari kenalan orang tuanya. Mereka jadi cukup dekat karena sering bertemu di acara keluarga, tetapi tidak ada hubungan apa-apa di antara mereka. Begitu seluruh penghuni kos pergi, barulah Beka mengatakan bahwa Aylin adalah salah satu kliennya.
Tiba-tiba saja dia menceritakan dengan jujur. Tanpa diminta.
'I don't want any misunderstanding between us. Seperti yang pernah gue bilang, setelah malam itu semua yang keluar dari mulut gue adalah kejujuran.' Begitu kata Beka sebelum pria itu memberi peringatan bagaimana seorang Aylin akan berbuat onar dan mengarang cerita demi menguntungkan diri sendiri.
Kembali pada meja buffet.
Rona sudah memegang sebuah piring dan tengah memantau deretan makanan yang bisa diambilnya.
Nasi goreng atau nasi putih ... both?
Setengah centong nasi goreng lalu ditambah sedikit nasi putih. Rona puas sekali dengan keputusan yang diambilnya setelah meletakan kembali centong nasi di wadah yang disediakan. Bagian bihun goreng bisa dia lewati dan langsung ke lauk-pauk.
"Ron, tadi si Helga nanya," Henriko yang sudah selesai mengambil makanan kembali ke barisan dan berdiri mendekat ke arah Rona. Pelan pria itu berbisik, "ini kita makan kayak begini halal atau nggak?"
Rona mengambil beberapa potong daging masak blackpaper lalu menatanya di piring. "Loh? Harusnya halal, 'kan? Emang ada lauk yang mengandung babi?"
Henriko menggeram gemas. "Bukan perkara ada babi atau nggak ... " pria itu berujar dengan gigi terkatup, " ... ini kita dibayarin sama Yoga, tapi siapa yang bisa jamin duitnya didapat dari sumber halal."
Rona mengangkat sebelah alisnya. "Maksudnya? Dia korupsi?"
"Iih, lo suka pura-pura lupa gitu, deh. Si Yoga kan judi online, Ron. Nah, duit hasil judinya itu dipake untuk beli saham."
Mata Rona membulat dan bibirnya mencebik. "Suruh Helga untuk nggak nyari tau, Chik. Setau gue kalo nggak tau, nggak dosa."
"Ngaco lu!" cetus Henriko sambil tertawa. "Kok cowok lo nggak diajak, Ron?" Henriko menyikut Rona karena dua tangannya sudah penuh dengan piring dan mangkuk sup. "Eh, itu ikan asam manisnya ambil lebih, Ron. Nanti setengah kasih gue."
Dengan lesu, Rona mengambil beberapa potong ikan bumbu asam manis dan meletakan di sudut piringnya.
"Kata gue nih ya, Ron," lanjut Henriko yang masih mengekor Rona. "Lo siapin mental dari sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Room Gets Too Hot
ChickLit[21+] [Chicklit / Romance / Medicine] Start: 01/12/2023 🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞 "Karena lo nggak mau pacaran, gimana kalo kita FWB-an aja?" "Emangnya lo berani bayar berapa untuk bisa FWB-an sama gue?" " ... what? FWB kok bayar?" "Bukannya emang gitu, ya? Ba...