Pasien No. 12

4.4K 349 75
                                    

Disclaimer:

Untuk teman-teman yang sedang melakukan studi di Fakultas Kedokteran; JANGAN TIRU CARA ANAMNESIS yang Beka lakukan, ya. Ingat selalu untuk melakukan secara runut—Sacred Seven and Fundamental Four.


---------------


| Issa (New): Selasa kosong?
| Issa (New): Jalan yuk berdua aja

| Issa (New): Jam 10 gw jemput di kosan

Dari layar ponsel, Rona melirik pada Issa yang sedang berdebat dengan Avery di depan mesin pendingin berisi ragam aneka sushi. Kalau dilihat dari jamnya, sepertinya Issa mengirimkan chat itu saat dirinya dan Avery masuk ke supermarket Papaya lebih dulu untuk mengambil keranjang belanja.

Sambil mengulum senyum—yang sebenarnya tidak akan kentara karena sedang memakai masker—Rona membalas dengan stiker 'OK' dan membagikan alamat kosan pada Issa.

Tidak berselang lama, ponsel Rona bergetar. Nama 'Setan Kosan KB' tertera di layar.

"Ron, lo mau gorengan juga?" tawar Avery yang baru saja meletakan dua paket sushi berukuran besar dan tiga kotak mochi. "Gue pengen yakitori, lo mau sharing, Ron?"

Rona hanya diam menatap etalase makanan yang ditunjuk oleh Avery lalu menatap ponselnya yang masih bergetar. "Boleh, Per. Mau potato salad-nya juga, dong."

Panggilan dari Beka dia tolak dan ponselnya langsung dimasukan ke dalam tas.

Nanti aja, deh. Bisa bete kalo gue ngobrol sama Beka ... batin Rona sebelum menghampiri Si Kembar yang kembali berdebat memperebutkan beef croquette.


✿✿✿ 


Pukul 8 malam mobil Issa berhenti di depan KB untuk mengantar Rona pulang.

Rona bergegas turun dan Issa mengikuti untuk membantu membawa dua buah totebag berisi baju kotor milik Rona dan camilan yang mereka beli selama perjalanan tadi, sementara Avery sudah terlelap selama perjalanan. Kebiasaan lama. Sahabat Rona yang satu itu selalu tidur setelah banyak makan.

"Gede juga kosannya, Ron. Rame, 'kan?" Issa bertanya sambil mendongak untuk melihat bangunan menjulang itu sembari menunggu Rona membuka pagar kecil. Setelah terbuka mereka masuk hingga teras depan.

"Kamarnya nggak full tenants, tapi lumayan rame. Terutama jumat malam sama malam minggu. Sampe di sini aja, Sa." Rona berhenti dan berbalik menghadap Issa. Meminta agar pria itu meletakan tasnya di teras.

"Nggak mau dibawain sampe kamar?"

"Nah-ah, nggak usah. Kamar gue di lantai satu, kok."

Pria itu meletakan tas yang ia bawa di dekat Rona sebelum meraih tangan Rona untuk menggenggamnya.

Mata Rona melihat tangannya digenggam lalu jari mereka bertautan.

"Selasa jam 10," ujar Issa seraya menarik tubuh Rona mendekat. Jarak mereka kini nyaris menempel, hanya terhalang oleh tangan Rona yang diletakan di dada pria itu. "Can't wait to have you all to myself."

Rona tertawa kecil sambil mengusap pelan dada pria di hadapannya. "So do I."

Pria itu mencondongkan wajahnya, berbisik di dekat telinga Rona. "I'll make you scream my name in pleasure."

Tubuh Rona menggeliat saat Issa meniup daun telinganya.

"Nanti gue telpon, ya?" kata Issa sebelum menarik turun masker di wajah Rona. Keningnya menempel, lalu matanya menatap penuh gairah. "Kayaknya malam ini gue nggak akan bisa tidur ngebayangin lo."

When The Room Gets Too HotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang