Pasien No. 39

3.2K 263 42
                                    

🔞🔞🔞

Warning:

Please go back later.

🔞🔞🔞


Rona menatap layar tablet milik Beka dengan tatapan kosong.

Layar yang sedang menayangkan sebuah film romance luar negeri itu tengah mempertunjukan adegan ciuman penuh gairah dan karena satu adegan itu, Rona jadi tidak fokus. Dari posisi telentang ke posisi menelungkup lalu terakhir kembali telentang. Ada sensasi tidak nyaman yang membuatnya terus menggerakan kakinya.

Tangannya pun kemudian bersedekap.

Jemarinya terus mengetuk pada lengan dengan tidak sabar, mencoba untuk fokus pada layar. Namun, gerakan jarinya sendiri malah membuatnya memikirkan hal lain.

His fingers definitely bigger than mine ... batin Rona sambil memandangi jari telunjuknya. Dengan ibu jari, dia terus meraba telunjuknya sendiri, mencoba membayangkan bagaimana permukaan jarinya yang memiliki permukaan berbeda. Milik Beka sedikit lebih kaku dan ada sisi-sisi yang mengeras akibat kapalan.

Kalau Beka kemarin berkata untuk fokus pada dirinya dalam konteks seksual, he succeeded.

Momen kemarin tidak bisa diam dan terus berputar dalam benak Rona. Membuatnya mendadak bergairah dan menginginkan lagi sensasi itu.

Apakah karena Beka cukup berpengalaman melakukan seks sehingga ia tahu apa yang harus dilakukan? Caranya menyesuaikan diri dengan Rona yang amatir sama sekali tidak membuat Rona merasa minder atau malu. And she loves the way he kept his pace.

"I think it's this big," gumam Rona seraya membulatkan tangannya untuk mengira-ngira lalu tangan lain mengukur dengan ruas jari. "Sebesar itu dan bisa muat di dalam gue."

Dan kalau ditanya sakit atau tidak ... entahlah, dia bingung.

Jelas ada nyeri yang masih bisa dirasakan hingga detik ini. Saat membasuh area kewanitaannya, Rona merasakan nyeri yang mungkin diakibatkan oleh gesekan. Namun, setiap gesekan antara milik Beka dengan dirinya terasa nikmat.

Jauh berbeda dengan jari-jarinya atau jari milik Beka. Berbeda dengan sex toys yang pernah dicobanya.

"I want him to be inside of me ... again," keluh Rona sambil merapatkan kakinya. Matanya terpejam. "Kalo gue bilang pengen coba posisi lain or even ask him to have sex ... will he think badly of me?"

Maybe he thinks I'm just like his other clients.

Or I'm too pervert.

Rona membawa tangannya ke depan mulut lalu mengemut telunjuknya. Napasnya kemudian tersekat saat hangat menyelimuti telunjuknya. Perlahan dia menyapu permukaan lidahnya sebelum menyelipkan jari tengah.

Dengan dua jari yang bergerak memainkan lidahnya, Rona kemudian memejamkan mata. Membayangkan seorang pria mencumbunya dengan penuh gairah dan dominasi. Liurnya pun mulai membendung lalu menetes dari sudut mulutnya.

Tidak puas dengan itu, tangan Rona yang senggang kemudian mulai memijat payudara.

'Focus on me.'

"Mmhh ...." Rona menelan desahannya saat suara familiar itu terngiang lagi dalam benaknya. Semakin intens dia bermain dengan lidah dan payudaranya, semakin besar keinginannya untuk menggesekan sesuatu pada area sensitifnya di bawah sana.

Dari payudaranya, tangan Rona bergerak turun. Menelusup ke balik celana pendeknya lalu meraba luar celana dalamnya yang lembab. "I need his tongue to lick my clit ... and his fingers inside me."

When The Room Gets Too HotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang