Pasien No. 14

4.3K 333 79
                                    

"I'm sorry."

Untuk kesekian kalinya Rona memohon permintaan maaf dari Issa. Yang dimintai maaf sedang duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. Pria itu sesekali tertawa, melirik ke arah Rona, dan kembali mengetik di ponselnya. "Ron, it's not your fault," ujar Issa setelah selesai membalas pesan. "Lo nggak bisa ngontrol kapan lo haid dan kapan berhentinya. Cuma disayangkan aja, lo nggak bisa ingat jadwal haid sendiri."

"Yeah, that's why I said sorry," gumam Rona pelan. Mana dia tahu kalau jadwal haid-nya ternyata akan mundur jauh dari perkiraan lalu baru mulai keluar di saat dia akan bercinta. Biasanya dia haid di awal bulan, paling lambat sekitar tanggal 10-17 setiap bulannya. Namun, untuk kali ini benar-benar tidak terduga.

Rona menyadarinya sejak tadi dia merasa tidak nyaman dan celana dalam yang dipakainya sedikit lembab. Dia kira itu karena rasa semangatnya bertemu Issa dan hasil dari imajinasinya yang sudah melayang jauh—it turned out, she's on her period. Dan Rona baru tahu saat akan mandi. Untung saja di dompetnya selalu tersedia pembalut, jadi Rona tidak harus meminta Issa untuk ke minimarket di basement untuk membeli pembalut.

Such a party pooper!

Rona menunduk. Tidak tahu harus berkata apa lagi karena suasana di dalam ruangan sudah sangat suram. Tambahan 1-2 kalimat dari mulutnya hanya akan menambah kesuraman.

Atau sebaiknya usulkan saja untuk melakukan aktifitas lain? Yang tidak melibatkan area bawah tubuh Rona. Mereka kan masih bisa melakukan—

"Ya, udah. Nggak apa-apa," kata Issa memotong pikiran Rona yang sedang mencoba mengusulkan rencana lain. "Malah harusnya gue yang minta maaf, Ron." Pria itu mengecup bibir Rona sebelum melanjutkan, "barusan gue dihubungi sama PH yang nge-hire gue. They want the rough draft before morning dan semua file-nya ada di laptop."

"Lo kan nggak bawa laptop ... " Rona pun mulai sadar, " ... ah, oke. Kita pulang aja, ya?"

"Sorry, ya."

"No, no. It's okay, Sa. Kerjaan lo harus jadi prioritas."

"Kita bisa lanjutin semuanya setelah kerjaan gue beres dan next time, ingetin jadwal haid lo, ya."

Rona mengangguk sambil tersenyum dan mulai membereskan barang-barangnya.


✿✿✿


Issa mengantar Rona hanya sampai di depan gerbang kosan dan segera pergi. 

Tanpa ada kata-kata. Hanya sebuah lambaian tangan lalu satu kali klakson begitu mobilnya melaju meninggalkan Jl. Sultan Dirgantara.

Dengan malas, Rona melihat barang bawaannya yang diletakan di tanah. Dua buah kotak besar, satu handbag berisi pakaian, dan sebuah buket bunga. Semuanya tergeletak begitu saja seperti tidak ada nilainya.

"Calon pacarku udah pulang!" Suara Ganesa terdengar menyapa dengan ceria. Begitu Rona mendongak, pria itu sedang melambaikan tangannya dari balkon lantai atas. "Banyak amat bawaannya. Mau Abang bantuin?"

"Mau dong, Gen." Rona cengengesan. "Oh, iya. Minimarket masih buka nggak jam segini?"

Ganesa terlihat mengangkat ponselnya lalu menggeleng.

"Kalo emergency, di dekat taman ada toserba 24 jam."

Rona ikut memeriksa ponselnya. Ternyata sudah hampir pukul 11 malam dan ada satu notifikasi dari Ganesa yang belum dibukanya.

| Ganesa (Kosan KB): Ron udh di kosan blm?
| Ganesa (Kosan KB): gue mau beli siomai dekat masjid, mau nitip?

"Gen, tawaran jajan siomainya masih bisa?"

When The Room Gets Too HotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang