Pasien No. 17

4.2K 323 46
                                    

🔞🔞🔞

Warning:

Beka kerja sif malam.

🔞🔞🔞



"Beka!"

Acara makan malam mereka sudah selesai. Piring, sendok, dan gelas sudah dicuci. Beka dan Rona pun sudah hendak kembali kamar masing-masing. Namun, panggilan dari Rona membuat Beka berhenti di anak tangga pertama.

Gelagat Rona sedikit aneh. Wanita berambut pendek itu terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak berani secara langsung. Karena tidak kunjung bicara, akhirnya Beka mundur lagi dan menghampiri Rona yang berdiri tepat di depan pintu kamar.

"Gue cuma mau bilang," mulai Rona dengan suara pelan. Dia sepertinya tidak ingin percakapan tambahan ini terdengar oleh Karina atau Alice di kamar sebelah. "Kalo lagi nggak ngeselin, lo bisa jadi teman yang asyik diajak ngobrol."

Rasanya seperti ada yang memelintir isi perutnya detik itu juga.

Mendengar ucapan Rona membuat Beka terpaksa tersenyum, meskipun ada sesuatu yang terasa menyakitkan dalam dadanya.

Maybe one step at a time ... putus Beka yang menyadari bahwa dia baru saja memasuki era baru sebagai 'Teman yang asyik diajak ngobrol'. Ini sebenarnya sebuah pencapaian yang cukup drastis. Mengingat sampai beberapa hari lalu, status Beka masih bertahan di batas 'Beka Sialan'.

Kuncinya adalah tidak boleh gegabah dan serakah.

But still, it hurts him a little

"Glad to hear that, Ron," ujar Beka yang tidak tahu harus merespon apa. Sungguh, kalau dipuji seperti itu harusnya membalas apa, sih?

"Actually, there's one thing I want to ask."

Lagi-lagi Rona terlihat aneh. Wanita di hadapan Beka itu tidak mau mengangkat wajahnya untuk mensejajarkan pandangan. Tangannya pun memegangi gagang pintu seolah ia butuh bantuan untuk bisa berdiri tegak.

"Perutnya masih sakit?"

"No, it's not that. Bukan itu," sangkalnya sambil menggaruk pipi. Ia kemudian melirik pada Beka dengan tatapan tidak yakin. "Soal ajakan untuk FWB tempo hari ... does that mean we're supposed to do intimate things?"

"Intimate things?" Beka butuh beberapa detik untuk menyadari maksud dari topik yang dibahas dan begitu sadar, dia refleks menutup wajahnya. Begitu tangannya menyentuh mulutnya, dia mengumpat pelan, "damn!"

Beka lupa.

Benar-benar lupa.

So ... they're FWB partner now?

And they haven't done anything. Membicarakannya saja belum.

"Gue cuma mau memastikan kita sepaham karena sejak lo ngomong begitu, we haven't really talked about it. I heard 'it' needs mutual agreement, am I right?"

"Yeah, yeah ... of course," ujar Beka bingung. Pria itu mulai kelimpungan. Dia memijat lehernya sambil memandang kaki sendiri. "About that—" pria itu meringis dengan kalimat yang akan dia katakan, "—setelah gue pikir-pikir lagi, I crossed my lines. I feel bad for asking, Ron."

"Maksudnya?"

"I wasn't thinking straight and asked for the impossible. Gue nggak bermaksud merendahkan lo dengan ngajak FWB-an, I'm fine with being friends. A normal one. And as your friend, I'm willing to help anytime you need me. Intinya gue kemarin kebablasan, Ron. Kalo lo mau—"

When The Room Gets Too HotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang