Pasien No. 51

1.7K 229 89
                                    

Sabtu pagi kosan mendadak ramai karena kedatangan calon penghuni baru yang sedang meninjau lokasi.

Yang datang, sebenarnya, hanya sepasang pria-wanita saja. Mungkin pasangan suami istri, tetapi entah mengapa suara percakapannya begitu ramai seolah-olah ada lebih banyak orang di luar sana. Hampir satu jam mereka—calon penghuni baru dan Ganesa—mengobrol di ruang tengah dan bubar begitu Jacob dan Beka turun.

"Tell me you're joking," desak Jacob sambil bertolak pinggang. "With all of those criteria, mereka cuma punya budget under 5 million? Dude, save up some more and go get your own house!"

Berbeda dengan Jacob yang berapi-api menanggapi cerita Ganesa, Beka hanya tertawa sambil geleng-geleng. "Terus gimana, Gen? Jadi ngisi?"

"Ya, nggaklah!" tukas Ganesa jengkel. Pria itu langsung mengangkat satu kaki dan duduk nyaman di sofa. "Kalo mereka jadi di sini, Rona, Karina, sama Alice kudu cabut. Mereka mau tiga kamar itu disatuin, terus ruang tengah disekat biar mereka punya ruang tengah sendiri, dan dapur mau diperluas sampe pendopo. Karena menurut cerita si Suami, si Istri punya bisnis katering rumahan jadi butuh space untuk packing."

"Broke people and their stupid imagination," keluh Jacob sambil menggerakan jari membentuk lingkaran di depan kening.

Beka tertawa.

"Kosan lo kayaknya punya aura aneh yang bikin orang-orang freak untuk dateng, Gen. Adain pengajian, gih!"

Jacob memutar matanya. "Speak for yourself, Casanova."

"You should hear more about the other candidates, Jack. Especially the one from last week."

Ganesa mendengkus. "Yeah, the freak dude."

"What happened?"

"Ada cowok yang nyari kosan, katanya tau tentang KB karena dia followernya Vic. Selama meninjau, yang dia tanya cuma soal Vic, dan waktu ketemu Alice ... " Ganesa menghelakan napasnya, " ... dia minta izin pengen ngeremes dada."

"What the—"

"Main event-nya dong ceritain!" Beka mengompori.

"Apa? Ada main event?"

Si pemilik kos mengangguk. "Itu orang ditonjok Alice dan bibirnya robek karena pas nonjok Alice lagi pake ... y'know? The skull rings."

Jacob refleks mendongak, mencari-cari posisi CCTV yang ada di ruang tengah. "Did you get it on cam? Can I see the footage?"

Telunjuk Ganesa terangkat, menyuruh Jacob untuk menunggu selagi ia mengeluarkan ponselnya lalu mencari rekaman yang dimaksud Jacob.

Selagi menunggu, Jacob melirik pada Beka. Diperhatikan penampilan Beka dari atas ke bawah lalu hidungnya mulai mengendus aroma parfum yang menguar. Setelah selesai mengendus aroma parfum Beka, Jacob melongok pada barang bawaan yang diletakan di meja. Jaket, dompet, kunci mobil, dan sebuah paper bag berwarna merah berukuran sedang yang terisi setangkai bunga mawar.

"I saw Rona this morning di pendopo. Dia tadi nyusun bunga di vas sambil nyanyi. Did something good happen between you two?"

"Kalo sama Rona, setiap detiknya bisa jadi detik terbaik di hidup gue."

Ganesa mendelik. Wajah si pemilik kos terlihat jijik dan ia berpura-pura mau muntah usai mendengar kalimat Beka.

Jacob ikut menanggapi sambil memutar mata, ia menyimpulkan, "she beat your ass pretty bad."

Tidak lama, Rona keluar dari kamar.

Dengan kemeja broken white lengan panjang yang dimasukan ke celana khaki dan belt nuansa emas, Rona berhasil membuat tiga pria itu berhenti bicara dan menoleh.

When The Room Gets Too HotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang