Sore ini aku berada di dalam mobil bersama Nathan, setelah mengantarkan Sadam ke bandara untuk terbang ke Yogyakarta menyelesaikan segala masalahnya. Aku sudah berkali-kali menawarkan diri untuk menemaninya namun berkali-kali juga Sadam menolak dengan alasan tak mau aku terseret dalam masalahnya. Ya sudahlah, aku menurut saja untuk kali ini. Tak mau menambah drama di kehidupan Sadam yang sudah cukup rumit dengan masalahnya.
"Ini lo yakin Sher nganter gue ke bar dulu terus nyetir sendiri ke apartemen?" tanya Nathan yang tengah fokus memperhatikan jalan. Iya, motor milik Nathan masih ada di bar sejak semalam saat ia mengantar Sadam pulang.
"Iya, aman Than. Lagian gue udah biasa nyetir mobil Sadam ini."
"Sendirian gak apa-apa?" tanya Nathan lagi. Membuat aku menoleh ke arahnya.
"Ya gak apa-apa. Kenapa memangnya?"
"Gue anter ke apartemen aja deh ya, takutnya lo sendirian malah ngelamun. Kenapa-napa nanti gue yang kena bogem si Sadam."
"Terus lo pake gojek gitu dari apartemen ke bar? Tahu mau kayak gitu ngapain semalam lo bawa mobil Sadam dong Than?! Udah ke bar aja, gue gak apa-apa nyetir sendiri!" aku menjawab sambil membuka handphone karena mendapat notifikasi dari Sadam yang baru saja bilang jika pesawatnya akan take off sebentar lagi.
"Ya udah deh, ikutin mau nya lo aja. Tapi nanti kabari gue ya kalau udah sampe! Biar gue tahu lo sampe apartemen dengan aman." ujar Nathan yang kemudian sibuk menyebutkan nomor whatsappnya.
"Bawel juga ya lo! Temen-temen Sadam tuh emang pada begini modelannya semua apa gimana sih?"
"Begini modelannya? gimana maksud lo?" Nathan sesaat menoleh ke arahku.
"Ya gini, hobi nya clubbing tapi care banget sama cewek? Apa karena keseringan mainin cewek jadi udah kebiasaan?" tanyaku dengan senyum sinis karena aku tahu mereka begini pasti tidak hanya ke satu perempuan saja.
"Lah?! Enggaklah! Gue ada kakak cewek, ibu gue juga cewek.. wajarlah care sama cewek.. udah seharusnya juga kan?! Gak semua orang yang masuk club tuh berakhir di ranjang sama cewek bookingan loh Sher.."
Jawaban Nathan membuatku terkekeh, percaya dan tidak percaya dengan apa yang baru saja di ucapkannya. Faktanya Sadam bisa dengan mudah berganti perempuan, bisa satu atau dua minggu ia menunjukkan foto perempuan yang berbeda.
***
Terhitung satu minggu berlalu sejak kepergian Sadam ke Yogya, menurutku ini waktu yang cukup lama untuk ia menyelesaikan segala masalahnya di sana. Kabarnya? Aku bahkan tidak bisa menghubunginya sejak empat hari yang lalu. Terakhir yang aku tahu ia baru saja merasakan bagaimana menjadi wali untuk pernikahan adik kesayangannya.
Di minggu sore ini aku perlu pergi ke swalayan untuk membeli beberapa stock kebutuhan bulananku di apartemen. Sekali lagi aku mengecek list belanjaan di handphoneku sambil melihat satu persatu barang di dalam lemari penyimpanan, memastikan yang akan aku beli ini memang yang sudah benar-benar habis. Berjalan menuju pintu, aku mulai membuka aplikasi berwarna hijau untuk memesan ojek online. Bagaimana dengan menggunakan mobil milik Sadam yang kuncinya bahkan masih berada di tanganku? Ah, rasanya hanya dengan membayangkan harus menyetir di tengah kemacetan ibukota di hari minggu sore saja aku sudah lelah.
Berjalan masuk ke dalam lift saat sudah kupastikan muncul notifikasi driver menuju ke lokasi anda di aplikasi ojek online yang ku gunakan. Saat baru saja kotak berbentuk kubus itu berhenti di loby, membuka pintunya dengan otomatis. Disaat yang sama, aku mendapati Sadam berdiri di sana dengan wajah datar. Terlihat sangat kelelahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Future
Fanfiction"Ini kalau anak kita laki-perempuan sepertinya lucu ya jeng kalau nantinya kita besanan.." ujar wanita yang nampak jauh lebih dewasa dibanding wanita yang lain. Bu Ardiwilaga, beliau akrab di sapa seperti itu. Wanita disebelahnya tersenyum sambil me...