Posesif

236 23 40
                                    

"Sheeerrr..." suara Sadam terdengar saat aku tengah mengecek kembali barang bawaanku di dalam tas, di kamar. "Sarapan yuukkk" teriaknya lagi.

"Sebentaarrr!!" Jawabku yang kemudian menyambar ransel berisi beberapa pakaian untuk tiga hari kedepan. Aku akan menginap di kantor lagi sampai acara closing nanti.

"Kamu mau kemana?" Tanya Sadam saat melihatku keluar dari kamar.

"Kantor dong.." menyimpan asal ransel di atas sofa kemudian menghampiri Sadam di meja makan. "Pagiii.." aku memeluknya sesaat bersamaan dengan tanganku yang mengusap punggungnya.

Sadam tersenyum kemudian menarik kursi mempersilahkan aku untuk duduk. "Nginep di kantor lagi?" Tanyanya kemudian.

"Iya, udah mau closing event kan.. lusa juga pulang.. kalau pulang pergi, capek Dam.." aku kemudian menyendok nasi uduk di hadapanku.

"Kan ada aku, bisa aku anter jemput.." Sadam masih berdiri di sebelahku, ekspresi protes itu sepertinya akan sering ku temui.

"Kamu kan kerja juga Dam.. capek.. aku kelar kadang tengah malem nyaris pagi..tapi kamu boleh loh kalau mau dateng ke kantor.. kabarin aja nanti.."

"Tapi gak bisa ya seharian disana ikut kamu kerja." Kemudian Sadam menarik kursi lain untuk duduk di sebelahku. "Bagi-bagi dong sarapannyaaa" rengeknya. Baru aku sadar, hanya ada satu porsi nasi uduk di depanku.

"Makanlah kalau mau.." aku mendorong sedikit piring di depanku mendekatkannya pada Sadam.

"Ish gak peka! Sengaja beli satu porsi padahal.." gerutunya mengambil sendok itu menyendok nasi sebelum aku ambil alih benda logam itu dari tangannya..

"Bilang dong minta suapin..." Satu suapan kemudian masuk ke mulutnya. "Kalau seharian kamu di kantor, yang ada aku jadi gak kerja dong Dam.. nanti ya lepas event kita habisin waktu sama-sama.. aku libur lama kok.."

"Aku libur hari ini ngapain dong kalau pacar aku gak ada?" Sebelah tangannya menopang dagu di atas meja, memasang wajah cemberut. Mendengar Sadam menyebut kata 'pacar' membuat pipiku sedikit memanas.

"Masih pagi udah cemberut.. gak baik! Aaaaa" aku menyuapkan lagi nasi di depanku.

"Lagian kamu, udah kerja gak ada liburnya..hobi banget nginep di kantor.. jangan-jangan ada gebetan ya?"

Kali ini ucapannya berhasil membuatku tertawa. "Gebetan siapa sih? Gak ada.. jangan gitu ah, kamu kan tahu aku gak suka di posesifin sebegininya.."

"Tapi hari ini aku boleh ya nyamperin kamu berkali-kali?"

Aku menghela nafas. "Ya udah, aku ke kantor siangan deh.. biar bisa sama kamu dulu disini.. mau ngapain??" Tanyaku.

"Gak ngapa-ngapain sih.. pengen deket-deket kamu aja.." kali ini Sadam menyuapkan makanannya sendiri.

"Astaga Daam.. Dam.." aku terkekeh menggelengkan kepala. "Pantesan gak pernah berhasil confess sama gebetan.. kamunya begini kalau udah berhasil confess.." beranjak mengambil dua cangkir "mau kopi?" Kemudian Sadam mengangguk.

"Begini gimana?"

"Aku sama sekali gak ngenalin sisi kamu yang ini sebelumnya.." sesaat setelahnya kudapati dua tangan melingkar di perutku. "Clingy!" Ujarku kemudian mengusap tangannya.

"Aku cuma takut kamu pergi dari aku.." gumamnya menyandarkan kepalanya di bahu kananku.

"Pergi gimana sih Dam?! Aku kan selama ini disini sama kamu.." aku berusaha membalik tubuhku menghadapnya. Menangkup wajahnya. "Jangan samain aku sama orang-orang yang berhasil bikin 'luka' buat kamu.. Aku bukan papi, bukan mami juga Livia.." Ku lihat Sadam memejamkan matanya nyaman dengan usapan di wajahnya. "Percaya ya sama aku?!" Sambungku.

Dear FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang