Cemburu (3)

297 26 65
                                    

Tiga perempuan itu bergantian mencondongkan tubuhnya untuk ber-cipika-cipiki dengan Sadam yang berbaring di depan mata kepalaku! Ingin marah? TENTU SAJA! Andai tidak ingat jika saat ini kami masih berada di rumah sakit aku bisa saja berteriak untuk mengusir mereka.

"Kok tahu gue disini??" Sadam yang memasang wajah bingung itu bersuara sambil sesekali melirik ke arahku.

"Si Nathan tadi ngasih tahu.. Dari kapan ini lo? Abis operasi katanya ya?" Kali ini perempuan berambut pirang yang bertanya.

Tahu sumber informasi mereka dari siapa, aku segera melangkah keluar ruangan. Menemui Nathan yang duduk santai di kursi besi di depan ruang VIP.

"Mereka siapa?" Tanyaku tanpa basa-basi, berusaha mati-matian agar tidak meledak-ledak. Nathan yang tadi asik dengan handphone nya itu sontak mengangkat wajahnya menatapku. "Maksud lo apa kasih tahu mereka kalo Sadam dirawat disini?" Sambungku saat tak mendapat jawaban apapun dari Nathan.

"Siapa yang kasih ijin mereka buat dateng jenguk kesini??" Lagi-lagi aku bertanya kali ini mengambil tempat duduk di sebelah Nathan.

"Emang harus ijin dulu kalau mau nengok? Itu mereka lihat instastory gue tadi.. gabut banget lagian di suruh nunggu di kantin sendirian, kalian malah asik berduaan.."

"Ya kan bisa pulang aja Than.. kenapa malah bikin mereka dateng kesini.. pada begitu pula dandanannya?!" Protesku lagi. "Siapa sih itu?!" Belum juga terjawab semua pertanyaanku. Tak lama, lima orang lainnya datang. Erica, bersama tiga laki-laki yang tadi pagi datang dan satu orang perempuan lagi. Astaga!

"Masuk aja, yang lain udah pada di dalem kok.." ujar Nathan saat mereka berada beberapa langkah saja dari tempat kami duduk.

Aku menepuk pundaknya sedikit kencang "HEH, lo pikir ini rumah apa?! Orang dateng jenguk gerombolan gitu?! Gila ya lo? Sadam masih butuh istirahat!" Kali ini aku membuat Nathan menoleh ke arahku.

"Berduaan sama lo emang si Sadam istirahat?! Ngoceh-ngoceh juga kan? Lagian ruang VIP Sher.. masuk sepuluh orang lagi juga masih aman ruangannya!" Kali ini aku baru tahu jika Nathan semenyebalkan ini.

"Kenapa sih lo?! Aneh tahu gak! Lo gila!!"

"Lo sama Sadam yang gila.. masa gue di usir-usir.. di suruh balik.. gak mau keganggu banget waktu berduaannya..besok lusa di apartemen tuh puas-puasin!" Nathan kali ini fokus pada handphonenya lagi. "Udah ya, gue balik.." ia beranjak sambil menempelkan handphone di telinganya.

Dari tempatku duduk, bisa ku dengar suara tawa dari teman-teman Sadam. Bagaimana cara mengusirnya? Aku melangkah kembali masuk ke dalam ruangan. Semua berkumpul di dekat ranjang Sadam, entah tengah membicarakan apa. Tadinya aku berniat untuk duduk di sofa namun ku urungkan karena disana penuh dengan jaket dan beberapa tas yang mereka taruh dengan asal.

"Sher.." panggil Sadam. "Sini, kenalin temen-temen aku.." ini membuatku mau tak mau melangkah mendekati mereka, memasang senyum palsu di depan semua mata yang menatapku.

"Kalau punya suster pribadi sih besok lusa bisa kali Dam balap lagi?!" Celetuk salah satu laki-laki berwajah blasteran di sisi kiri ranjang. Aku yang berdiri di ujung kaki Sadam hanya bisa sedikit memelototkan mata ketika Sadam menatapku. Baru saja aku akan membuka suara untuk memperkenalkan diri, handphone di tangan kiriku berdering. Panggilan masuk dari Vina.

"Ya Vin?" Aku memberikan gesture pamit untuk mengangkat telepon sebentar.

"Lo besok beneran gak ikut nih?"

"Iyaa beneran gak bisa.. Gue gak bisa percayain Sadam ke orang lain!" Aku sengaja menekan kata-kataku barusan. Berharap para perempuan di dekat Sadam itu mendengar. Aku akhirnya keluar dari ruangan, duduk di bangku besi di depan ruangan Sadam.

Dear FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang