Sayang

275 27 54
                                    

Sadam perlahan mendekatkan wajahnya, sedangkan aku sibuk memundurkan badanku bersandar pada meja di belakangku sebelum akhirnya ketukan di pintu membuat kami reflek sama-sama melihat ke arah pintu.

"Mbak Sherrr..." Panggil Witari saat membuka pintu kamar. "Ooppss.. maaf aku ganggu ya?!" Ujarnya saat melihat posisiku dan Sadam yang masih berhadapan.

"A-ahh?! Enggak-enggak Wit.. aman.." Sadam berdiri dari posisi berlututnya. Meraih pakaian kotor yang di simpan di atas kasur kemudian memasukkannya kedalam koper miliknya.

"Kenapa Wit?" Tanyaku.

"Ada kak Angga tuh di bawah.. baru sempet mampir, nanyain mbak Sher.." jawabnya. Terlihat Sadam menatapku penuh tanya.

"Bilangin, tunggu sebentar yaa.. aku mau ganti baju dulu sekalian beberes.. mau langsung pulang ke jakarta soalnya.." aku mengambil pakaian ganti dari dalam lemari dan di saat yang sama Witari mengangguk sebelum pergi kembali ke bawah.

"Angga siapa?" Sadam menahan tanganku saat baru saja aku akan melangkah ke kamar mandi yang ada di depan kamar.

"Kakak kelas waktu SMA.." Aku melirik tangan Sadam yang mengerat di pergelangan tanganku. "Kita ketemu dia bareng-bareng ya.. sekalian pamit.. oke??" Lalu terlihat senyum mengembang di wajahnya sebelum akhirnya melepas genggamannya.

Jujur setelah aku tahu apa penyebab Sadam selama ini menarik ulur tentang kita, rasanya aku selalu bisa melihat inner child-nya yang terluka.

Aku menuruni tangga dan Sadam berada di depanku, membawa dua koper kecil milik kami berdua yang padahal isinya bisa saja di satukan dalam satu koper. Begitu memasuki ruang tengah, beberapa keluarga yang masih berkumpul langsung menengok ke arah kami.

"Duh ini kok jadi kayak mereka yang pengantin baru ya?? Siap-siap berangkat honeymoon.." kali ini tante Fanny yang bersuara.

"Apa sih Tan.. ngaco ah!" Jawabku.

"Tuh ada Angga di depan Sher.. udah lama gak ketemu katanya.." nada suara tante Asti terdengar sedikit sinis membuatku terkekeh.

"Pada kenapa deh orang-orang nih?! Heran!" Gerutuku sambil melangkah mendekati mereka "aku sama Sadam sekalian pamit pergi ke jakarta lagi ya.. masih harus ngantor soalnya.. ini aja libur sebenernya gak boleh, untung atasannya udah kayak temen.." ujarku sambil mulai menyalami mereka yang ada di ruang tengah satu persatu tak terkecuali ibu dan ayahku.

"Titip Sherina ya Dam.. kalau ada apa-apa bilang ayah, nanti ayah yang omelin.." ayah menepuk pelan punggung Sadam saat memeluknya.

"Yang ada juga aku yang ngadu ke Ayah kalau Sadam macem-macem Yah! Kok jadi kebalik?!" Protes yang ku layangkan malah mengundang tawa om dan tanteku. Di bagian mana lucunya?? "Kita pamit yaaa.. ketemu lagi nanti lebaran kalau aku inget pulang!" Sambungku, bercanda.

"Sadam pamit om-tante, ayah-ibu.." suara Sadam terdengar ragu-ragu saat aku sudah lebih dulu melangkah ke ruang tamu dan mendapati Witari tengah mengobrol santai dengan kak Angga.

Angga Diryawan namanya, kakak kelasku semasa SMA dan kebetulan kami bertetangga. Tak sedikit orang-orang di sekolah dulu mengira kami adik kakak hanya karena kemiripan nama belakang kami katanya dan lagi, kebiasaan pulang-pergi ke sekolah bersama kami. Jika di bilang seberapa dekat kami? Lumayan dekat meski tidak pernah berstatus sebagai pacar. Dekat karena sama-sama aktif di organisasi yang sama di lingkungan rumah membuat waktu yang kami habiskan bersama terbilang cukup intens.

"Ya ampun Sheeerr!! Lama banget gak ketemu!" Seru kak Angga saat matanya menatapku.

"Gilaaa kangen banget!!" Aku berhambur memeluknya "Main dong ke Jakarta!!!" Aku menepuk lengan kak Angga saat ia sudah melepas pelukan kami. "Ini dalam rangka apa balik dari jepang??" Ya! Setahuku kak Angga bekerja di salah satu perusahaan di jepang sejak ia lulus SMA.

Dear FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang