Aku menaruh beberapa kotak bakpia itu di meja pantry saat beberapa temanku masih berkumpul untuk sarapan. Seketika semua melirik ke arahku, "Oleh-oleh dari Yogya.. yang mau, ambil aja ya..!" Aku kemudian segera keluar dari sana, menuju ke ruanganku. Masih ada revisi design yang harus segera aku selesaikan.
"Sher, ini tuh kurang setengah centi loh.. padahal sudah saya wanti-wanti kamu yang teliti.. untung masih proses sampling gak langsung naik cetak.." baru saja aku duduk di meja kubikel ku, mas Haris sudah menghampiriku dengan membawa sample wristband di tangannya. "Fontnya coba di besarin dikit juga terus di kasih outline, biar enak bacanya.." sambungnya saat aku sudah memutar kursi untuk menghadap ke arahnya.
"Ini udah mau aku kerjain mas, nunggu pcnya nyala.. Kan semalam udah mas Haris whatsapp juga di grup detail revisinya.." jawabku saat kurasa mas Haris sudah selesai dengan ucapannya.
"Iyaaa.. ini kan biar kamu bisa cek sendiri. Beneran kurang nol koma lima centi.. nih.." Ia kemudian membentangkan wristband itu di atas cutting mat di sisi meja ku yang lain. Kubikel ku kebetulan berbentuk letter L.
"Iya mas, kan kemarin sudah di fotokan juga.."
"Oh iya ya? Ya udah, cepetan di revisi ya Sher.. abis itu nanti tolong bantu anak-anak yang mau pasang backdrop, pastiin kerjanya bener.." Mas haris kemudian mendekati monitorku, membaca list pekerjaanku yang belum selesai. "Ini belum?" Ia menunjuk tiga deret terbawah tulisan di atas secarik notes yang ku tempel di bagian bawah monitor.
"Tinggal finishing Mas. Aku usahain hari ini selesai semua.."
"Inget loh, tinggal tiga minggu lagi ini.." Kemudian mas Haris berlalu dari tempatku.
Beginilah kesibukan setiap tahun jika sudah mendekati Jakarta Fair yang merupakan acara tahunan terbesar di Asia Tenggara. Semua orang di kantor di buat sibuk terutama bagian Production House, Marketing Event dan Digital Marketing. Salah satunya aku yang saat ini di haruskan lembur. Padahal jam kerja ideal disini adalah delapan jam dan jam berapa pun kita datang, kalau jam kerja sudah terpenuhi maka sudah bisa pulang. Hari ini aku datang pagi-pagi, seharusnya bisa pulang sebelum hari gelap. Kenyataannya jam sepuluh malam ini aku baru akan bersiap pulang disaat ruangan divisi lain bahkan sudah sepi dan beberapa terlihat sudah gelap.
Aku berjalan di lorong menuju ke arah lift sambil sibuk membuka aplikasi ojek online untuk mencari driver yang bersedia mengantarku pulang. Saat baru saja aku masuk ke dalam lift, tampak seseorang berlari tergesa, Haidar. Manusia yang seminggu kemarin selalu aku hindari. Dia lembur jugakah?
"Sher.." dia memanggilku setelah beberapa saat keheningan terjadi di dalam lift. "Aku, mau minta maaf.. aku tuh gak maksud bentak-bentak kamu waktu itu.. aku khawatir.."
"Aku lagi gak mau bahas ya.. Sorry.." Aku segera melangkah keluar dari lift sesaat setelah pintu otomatis terbuka. Sialnya, driver ojek onlineku masih juga belum tiba.
"Aku anter pulang ya?" tawar Haidar. "Tunggu disini, aku ambil motor ku.." aku menoleh ke arahnya yang menjauh dari tempatku. Beruntungnya hanya selang beberapa saat, yang ku tunggu datang.
"Mbak Sherina ya?" tanyanya. "Maaf mbak, agak macet tadi.." ujarnya sambil menyodorkan helm kepadaku.
"Gak apa-apa pak.. Saya juga baru aja turun kok.." aku kemudian naik ke atas motornya. "ayo pak jalan.." ujarku. Dan dapat ku lihat dari spion jika Haidar mengikuti kami sejak keluar dari lingkungan kantor.
Rasanya aku ingin meminta si bapak driver untuk mengendarai motor secepat mungkin, namun itu mustahil dilakukan di tengah jalanan yang masih ramai bahkan di saat hari sudah hampir tengah malam. Benar saja, Haidar memarkir motornya sembarang dan menghampiriku dengan segera saat aku membuka pintu lobi dengan access card di tanganku. Jujur ini kali pertama Haidar benar-benar bisa masuk ke sini. Selama jadian tidak pernah sekalipun aku mengajaknya masuk ke dalam apartemen, jika ia menjemput atau mengantarku pulang selalu aku biarkan hanya sampai di depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Future
Fanfiction"Ini kalau anak kita laki-perempuan sepertinya lucu ya jeng kalau nantinya kita besanan.." ujar wanita yang nampak jauh lebih dewasa dibanding wanita yang lain. Bu Ardiwilaga, beliau akrab di sapa seperti itu. Wanita disebelahnya tersenyum sambil me...