Author's POV
Sherina terlihat mengerjapkan matanya berkali-kali pagi ini, mengumpulkan kesadarannya. Menatap punggung Sadam yang sejak semalam sama sekali tak merubah posisinya. Tidur dalam keadaan merajuk, nyenyakkah? Tangan Sherina terulur, mengusap lembut lengan laki-laki yang kini adalah suaminya. "Bangun yuk.." suara serak Sherina rasanya takkan bisa membangunkan Sadam dari lelap tidurnya. "Yang.. katanya mau antar mami ke bandara sekalian pulang ke Jakarta?" Sherina beranjak menyandarkan dagu di lengan Sadam. Kemudian mengecup pipi suaminya beberapa kali hingga akhirnya berhasil membuat Sadam membuka mata.
"Apa siiihh?" Sadam menggeliat, berbalik menghadap istrinya, membuat Sherina memundurkan tubuhnya.
"Bangun! Katanya mau antar mami dulu, jadi sekalian jalan pulang kan?" beringsut turun, Sherina menarik selimut yang masih nyaman menutupi tubuh Sadam kemudian melipatnya.
"Gak ada romantis-romantisnya deh! Padahal baru sah, masa lebih romantis waktu sebelum nikah sih neng?!" Sadam masih menggerutu, sisa kesalnya ia luapkan pagi ini.
"Ya tahu tempat lah lagi dimana! Kamu nih.." Sherina beralih merapikan bantal lalu ke sisi samping ranjang untuk merapikan bagian sliding bed yang tak jadi Sadam tempati semalam. "Kakinya naikin dulu Yang.." ujarnya sebelum mendorong kasurnya. Setelahnya Sherina berdiri tepat di depan Sadam, merentangkan tangannya. "Sini.. siniiii... peluk dulu deh.." ujarnya sebelum Sadam melingkarkan tangannya di tubuh Sherina.
"Morning kiss nya mana?" tanya Sadam, mendongak menatap Sherina di hadapannya. Tanpa menunggu lama Sherina merendahkan wajahnya mengecup lama bibir Sadam sebelum beralih mengecup kening suaminya.
"Bayi besarnya akuu!" tangannya beralih menarik kedua belah pipi Sadam gemas. "Mandi duluan gih, aku ke bawah dulu bikin sarapan!" sekali lagi ia mengecup bibir Sadam sebelum melepaskan tangan yang melingkari tubuhnya.
"Gimana semalem Sher?" suara ayahnya dari ruang tengah membuat Sherina yang hendak menuju dapur menghentikan langkahnya.
"Semalem?" Sherina mengernyit heran.
"Iya gimana?"
"Apanya yang gimana sih?! ayah nih kalau nanya suka ada-ada aja!" Sherina kembali pada tujuan awalnya, dapur.
"Lhooo? Sensi banget pagi-pagi?! orang ayah mau tanya nyenyak gak tidur nya semalem.." Ayahnya mengikuti langkah Sherina menuju dapur. Anak perempuannya itu menggeleng sambil berdecak.
"Apa ini bu?" Sherina mengangkat bungkusan di atas meja, ibunya yang tengah membuatkan kopi untuk sang suami menoleh.
"Itu ketupat, ibu gak sempet masak.. gak apa-apa kan sarapannya itu? Sadam nya mana? Gak di ajak turun?"
Sherina menggeser kursi kemudian duduk disana "Lagi mandi dulu.." jawabnya.
Ayahnya tersenyum miring "Nah kan mandi tuh bu.."
"Ayaaaahhh.." tegur bu Darmawan saat mengetahui apa maksud suaminya.
"Ya iya mandi, kan mau anterin mami sama Halid ke bandara sekalian pulang.. masa bangun tidur langsung pergi?!" Sherina menjawab ketus. "ayah nih pikirannya kemana-mana!" sambungnya sambil membuka bungkusan makanan di hadapannya setelah ibu menaruh piring tepat di depan Sherina.
"Udah siapin baju suaminya belum? Jangan lupa udah istri loh neng sekarang.." Sherina menepuk kening, ia benar-benar lupa kali ini.
"Lupa!" kemudian ia beranjak kembali ke kamarnya.
***
Perjalanan menuju bandara di isi dengan celotehan mami yang berkali-kali berujar jika ia merasa seperti mimpi saat melihat Sherina dan Sadam duduk berdampingan sebagai sepasang pengantin dalam prosesi akad di hari kemarin. Sesekali Sadam menimpali dengan candaan begitu pun dengan Sherina dan Halid.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Future
Fanfiction"Ini kalau anak kita laki-perempuan sepertinya lucu ya jeng kalau nantinya kita besanan.." ujar wanita yang nampak jauh lebih dewasa dibanding wanita yang lain. Bu Ardiwilaga, beliau akrab di sapa seperti itu. Wanita disebelahnya tersenyum sambil me...