Siang ini aku di sibukkan dengan beberapa pekerjaan desain yang harus selesai hari ini juga, padahal jobdesk baru di berikan tadi pagi saat aku baru saja tiba di kantor. Yang mana otakku jika di buru waktu suka tiba-tiba blank, sama sekali tidak ada ide konsep desain apapun meski detail requestnya sudah jelas.
Di tengah proses mengumpulkan ide siang ini, aku terganggu dengan notifikasi SMS Banking pada layar handphone yang ku letakan pada phone holder di sebelah monitor. Sejumlah uang masuk ke rekeningku siang ini, dari siapa?
Dengan segera aku mengambil handphone dari tempatnya, membuka M-Banking demi mencari tahu siapa yang mengirimkan uang dengan nominal yang cukup besar itu? Begitu tahu siapa yang mentransfer, tanpa berpikir lama aku langsung menekan angka tiga, kalian tentu tahu siapa orang yang berada pada panggilan cepat di angka tersebut.
"Iya sayang? Udah makan siang?" Pertanyaan itu langsung menyapa telingaku.
"Belum laper, bentar lagi kayaknya.." jawabku, melirik sudut monitor di hadapan ku, melihat tepat pada sudut yang menunjukkan waktu saat ini. "Kamu ngapain transfer uang ke aku Dam? Banyak banget lagi.." tanyaku kemudian.
"Buat kamu simpen aja atau kali aja ada yang perlu di beli buat kebutuhan di apartemen.. belanja bulanan.."
"Loh?! Aku kan gak minta! Ngapain?! Mami sama Livia gimana? Mending kamu transfer ke Livia lah, buat tambah-tambah biaya lahiran dia nanti Dam.." aku menyandarkan tubuhku yang terasa sangat lelah padahal baru setengah hari berada di kantor. Lelah otak memang bisa bikin lemas sebadan-badan.
"Aman sayang.. malah lebih banyak ngirim ke mereka dari pada ke kamu.. gak apa-apa ya?! Sementara.. nanti setelah menikah mungkin aku bagi rata.."
"Mmmmmm.... Latihan jadi suami nih ceritanya?!" Aku terkekeh "ada-ada aja kamu nih!"
Terdengar Sadam juga tertawa di seberang. "Eh iya Sher, sore ini aku gak bisa jemput gak apa-apa ya? Kayaknya pulang telat nih.."
"Sibuk ya??"
"Ada meeting jam tiga sore ini, bahas soal infrastruktur yang mau di bangun di IKN nanti.. pasti selesainya pas hari udah gelap, nebeng temen deh pulangnya ya?! Vina atau siapa gitu.."
"Iyaa Yang.. nanti aku ikut Aryo deh kalau dia lembur juga.. aku lagi buntu banget soalnya ini, dateline hari ini sebelum jam enam sore, tapi belum nemu ide desain sama sekali.." keluhku.
"Semangat neng! Makan siang dulu makanya, otaknya butuh di refresh sama makanan enak ituu.." ucap Sadam.
"Iya, nunggu Vina dulu deh, belum ngajak soalnya tu orang.."
"Ya udah, aku juga baru mau makan siang ini.. nanti pulang jangan lupa kabarin ya! Sampai ketemu di apartemen! Love you!"
"Love you too Dam, selamat makan siang!" Kemudian panggilan berakhir.
"Ihiiiwww udah love you love you-an lagi aja nih?!" Suara Vina yang tiba-tiba muncul dari belakang membuatku terlonjak dari posisi dudukku.
"Ish! Ngagetin aja! Nguping ya lo?!"
"Gak sengaja, gue mau ngajakin makan siang, tiba-tiba denger ada yang lagi latihan jadi suami, nanggung kan jadi gue lanjut dengerin aja." Vina bersandar pada meja yang terdapat cutting mat di sebelah tempatku duduk. "Jadi kapan?!" Tanyanya dengan senyum 'menggoda'.
"Ya kayak yang di sepakati dari awal, enam bulan lagi.." aku memutar kursiku untuk menghadap lurus ke arah Vina di sebelah kanan. Vina terlihat menganggukkan kepala.
"Syukurlah, gue pikir jadi nunda sampai tahun depan.. ayo makan siang dulu, nunggu gue ngajak kan tadi?!" Ucapan Vina kali ini membuatku langsung bangkit dari tempatku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Future
Fanfiction"Ini kalau anak kita laki-perempuan sepertinya lucu ya jeng kalau nantinya kita besanan.." ujar wanita yang nampak jauh lebih dewasa dibanding wanita yang lain. Bu Ardiwilaga, beliau akrab di sapa seperti itu. Wanita disebelahnya tersenyum sambil me...