Sepakat

224 22 24
                                    

Sedari tadi aku merasa terganggu dengan kegiatan Aryo yang terus mondar-mandir di belakangku, menungguku menyelesaikan pekerjaanku.

"Aryo.. kan gue udah bilang, kalau mau balik duluan ya duluan aja.. itu Vina aja udah balik.. Lo masiiih aja disini mondar-mandir.." ujarku saat sudah tak tahan lagi melihat apa yang dia lakukan.

"Tugas negara dari bapak Sadam, baru hari pertama masa gue udah nyeleweng dari tugas aja sih?" Jawabnya.

"Yo, Sadam aja udah pulang jam segini, nanti gue bisa minta jemput dia.. udah gih dari pada gelisah gitu kan?"

"Gak gelisah, gabut aja gue Sher! Udah cepet keluarin kalau mau di kelarin.. kalau enggak ayo balik!" Aryo menarik kursi kosong dari meja lain. Duduk dengan menghentak-hentakkan kakinya di lantai.

"Iyaaa iyaaa. Udah nih!" Merapihkan isi mejaku sebelum benar-benar mematikan komputer di hadapanku. "Ayo pulang! Aneh-aneh aja lagi mau-maunya di suruh Sadam buat antar jemput gue! Kalau kayak gini Sadam jadi kayak lepas tanggung jawab dong Yo?!" Kami melangkah ke luar dari ruangan.

"Duh si non, ya enggak lepas tanggung jawab dong, orang saya di bayar.." tangan kanannya bergerak menggesekkan jempol dengan jari telunjuk di depan wajahku.

Aku menyingkirkan tangannya "Jomblo gabut dasar!" Lalu menekan tombol dengan tanda panah kebawah di depan lift.

"Selagi gue jomblo Sher, kalau gue udah ada pacar mah jangankan antar jemput lo, ngobrol sama lo aja gak akan sempet.." ucapnya kemudian buru-buru melangkah masuk.

***

Aku membuka pintu apartemen dan seketika harum masakan membuat otakku memberikan sinyal lapar pada perutku. Terlihat Sadam yang memakai apron tengah sibuk di area dapur. "Yang? Kok lebih cepet pulangnya?" Menoleh sesaat ke arahku kemudian kembali fokus dengan masakannya.

"Kamu tuh ngapain sih Yang bayar Aryo buat antar jemput aku? Bikin grup chat sama mereka tanpa aku juga.. ngapain?" Pertanyaanku yang tak ia jawab sejak siang tadi kali ini tak lagi bisa ia hindari.

"Baru sampe, gak baik langsung marah-marah begitu.." Sadam menuangkan masakannya ke dalam mangkuk kaca berukuran besar setelah mematikan kompornya.

"Ya kamu itu kelakuannya ada-ada aja! Buang-buang uang bayar Aryo biar bisa antar jemput aku, kalau kamu gak bisa antar jemput, aku bisa pakai ojek online.." aku melangkah mendekatinya yang terlihat sudah melepaskan ikatan apron di badannya.

"Sayang, mending kamu mandi dulu ya? Nanti kita bicarakan tentang ini.." Sadam meraih pundakku, mendorongku masuk ke dalam kamar. "Mau aku bantu mandi atau mandi sendiri?"

"DAM! Udah ah sana-sana!!" Aku balik mendorong dia untuk keluar dari kamar.

"Cepetan ya mandinya, abis itu kita makan malem!" Teriaknya. Aku memutar mataku malas sebelum akhirnya benar-benar masuk ke dalam kamar mandi.

"Jadi apa maksudnya bayar Aryo buat antar jemput aku?" Lagi-lagi aku menodongnya dengan pertanyaanku.

Sadam yang tengah duduk santai di sofa sambil memainkan handphonenya dengan senyum lebar itu seketika menoleh "Sayangkuuuu.. ngagetin aja!"

"Chat sama Vina-Aryo kayaknya seru banget ya?" Aku lantas duduk di sebelahnya. "Jadi, jawaban kamu itu apa?"

"Ya udah kalau mau aku jawab dulu.." tangannya merangkulku, membuatku reflek menyamankan diri bersandar padanya. "Aku kan gak bisa jaga kamu selama kamu di kantor, ya aku minta tolong untuk mastiin keadaan kamu di kantor baik-baik saja."

Dear FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang