Acara akan di gelar pada jam delapan pagi nanti, namun sejak jam setengah empat pagi aku sudah terbangun dan tak bisa tidur lagi. Tiba-tiba merasa gelisah entah karena apa. Meraih handphone yang ku simpan di samping kepalaku, menekan tombol power dan mendapati beberapa pesan masuk dari Sadam.
Sayangku
Nengku, udah tidurkah?
Aku kok gak bisa merem ya yang?Sayangku
Besok malem sih kalau gak bisa tidur gangguinnya gampang ya neng..Sayangku
Aku usahain merem deh sekarang,
Berdoa semoga besok lancar ya cintakuuu..Isi pesannya membuat senyumku merekah, hitungan jam tak hanya status tapi nama kontaknya pun mungkin akan ku rubah lagi. Terasa pergerakan di sebelah kiri ku, ibu terlihat baru saja membuka matanya saat ku menoleh ke arahnya. Malam terakhirku bisa leluasa tidur bersama ibu dan ayah.
"Kok gak tidur Sher? Gak bisa tidur ya gak ada Sadam di sebelah?" suara serak itu menyapa telingaku. Pertanyaan ibu membuatku terkekeh lalu memiringkan tubuhku menghadap ke arah ibu.
"Enggak, aku baru aja bangun kok bu.. nanti-nanti kayaknya aku akan kangen tidur sama ibu ayah gini deh.."
"Mmmm.. masa??" kali ini suara ayah di belakangku terdengar berbarengan dengan kepalanya yang berpindah, bertumpu di lengan kananku.
"Iyalah.. ada nyesel juga selama ini aku sibuk sendiri.. sekalinya pulang maunya di rumah aja.."
"Yaa, nanti setelah nikah, sering-sering ajak Sadam pulang kesini ya?!" ucap ayah yang kemudian beranjak setelah mengecup singkat pipiku.
"Yuk bangun, siap-siap subuh bareng-bareng.. berdoa biar hari ini lancar.." ibu pun beranjak dari hadapanku, keluar dari kamar.
Yang kupikir acaranya tak akan seperti saat ini, kenyataannya prosesi akad hari ini tampak seperti acara resepsi meski sederhana dan hanya di rumah. Mulai dari penyambutan Sadam bersama keluarganya yang hanya di wakili oleh mami dan Halid. Setelah Sadam duduk berhadapan dengan Ayah, aku yang masih berada di dalam kamar di lantai dua di minta untuk turun, dengan pakaian adat sunda selain perasaanku yang terasa tak karuan, disaat yang sama aku juga berharap agar tak terjatuh saat menuruni tangga karena kain yang kugunakan cukup membuatku sulit melangkah. Witari yang berjalan di sampingku tangannya terasa jauh lebih dingin, sepertinya ia merasakan apa yang aku rasakan juga?
Sadam tersenyum menatapku saat aku Sudah berada di hadapannya, melangkah mendekat ke tempat dimana Sadam berdiri. Melihat senyuman itu, aku ikut tersenyum juga, mataku memandang orang-orang yang menatapku dengan tatapan haru. Dan saat sudah berada di sebelahnya, Sadam membantuku untuk menempati kursi di sampingnya masih dengan wajah berbinarnya, kemana wajah masam kemarin malam? Setelahnya Ayah menjabat tangan laki-laki yang akan meneruskan tugasnya untuk menjagaku di sepanjang sisa hidupnya. Mengucapkan kalimat sakral yang kemudian di sahuti Sadam dalam satu tarikan nafasnya. Semua orang yang adalah saudara dan beberapa rekan ayah yang menghadiri gelaran akad nikahku hari ini terdengar mengucap syukur setelah kata "SAH" dari saksi pernikahan kami terucap. Terlihat ibu dan mami menangis haru, bahagia, tentu saja. Begitu pun dengan mataku yang sudah berkabut karena air mata yang mendesak keluar.
Sadam memasangkan cincin di jari manis tangan kananku, bergantian aku melakukan hal yang sama sebelum akhirnya mencium tangannya, hal pertama yang aku lakukan sebagai tanda kasih sayangku padanya, dibalas Sadam yang mencium keningku.
Prosesi yang rasanya ingin kuhindari, sungkeman. Duduk bersimpuh di hadapan Ayah dan ibu, meluapkan semua isi hati. Usaha ku menahan tangis sia-sia saat mendengar ibu berbisik "Selamat menjalani kehidupan baru sebagai seorang istri ya nak.. Jadi istri yang baik buat Sadam, ibu doakan kehidupan rumah tangga kalian semoga selalu di mudahkan dalam segala hal, sama-sama di beri kesabaran yang tak terbatas, saling menjaga, saling mengasihi hingga maut memisahkan.." aku hanya mampu mengangguk menanggapi sedangkan MC membaca narasi mewakili ungkapan maafku pada ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Future
Fanfiction"Ini kalau anak kita laki-perempuan sepertinya lucu ya jeng kalau nantinya kita besanan.." ujar wanita yang nampak jauh lebih dewasa dibanding wanita yang lain. Bu Ardiwilaga, beliau akrab di sapa seperti itu. Wanita disebelahnya tersenyum sambil me...