Bersama

303 24 37
                                    

Sadam merubah ruang tv menjadi 'kamar'nya dan ini malam ke tiga sejak ia pindah ke unitku. Saat ini kami tengah memilih pakaian yang akan di bawa ke Yogya esok hari. Iya, Sadam menepati ucapannya tempo hari, ia berniat membawaku ke Yogya malam ini dan berdiam disana tiga hari ke depan. Kali ini akan menjadi roadtrip pertama kami, karena Sadam berniat membawa mobil sendiri.

"Ini kenapa senada semua sih warna bajunya? Kamu sengaja ngikutin warna baju yang aku bawa ya?" Tanyaku saat melihat isi koper kami berisi pakaian yang nyaris sama persis warnanya.

"Ih enggak! Di kepalaku yang muncul ya baju-baju itu.. kamu kali nyonyek punyaku?!" Sahut Sadam yang ikut memperhatikan isi koperku.

"Enak aja!! Ngapain mesti nyontek segala?!" Aku kemudian menutup koperku.

"Yaaa artinya kita sehati.. jodoh.." ujar Sadam yang kemudian mengikuti apa yang aku lakukan. "Udah di pastiin gak ada yang ketinggalan?" Tanyanya kemudian saat baru saja akan meraih koperku untuk di bawanya keluar dari kamar.

Aku menahan tangannya. "Aku aja yang bawa.. kamu belum boleh angkat yang berat-berat loh!"

"Di geret sayang, gak aku angkat.." jawabnya, "makasih ya, udah selalu khawatirin aku.." kemudian ia mencolek ujung hidungku sebelum akhirnya membawa dua koper di tangannya keluar dari kamar.

Aku melangkah mengikutinya, memperhatikan Sadam yang meletakan koper-koper itu di dekat pintu kemudian aku memutuskan untuk melangkah ke area dapur untuk memasak makan malam untuk kita berdua, masih ada waktu dua jam lagi sebelum kami berangkat.

"Kamu udah gak apa-apa gak sih makan-makanan yang lebih padat? Atau masih mau makan nasi tim?" Tanyaku pada Sadam yang terlihat duduk di sofa yang sekarang terlihat seperti kasurnya. Dari awal kepindahannya ia menolak tidur satu kamar denganku entah apa alasannya.

"Udah aman kayaknya.." jawabnya ragu-ragu.

"Dean bilang, selama empat minggu loh Yang kamu masih harus makan-makanan yang lunak.." aku menutup kembali kulkas setelah mengeluarkan daging ayam yang hanya tersisa dua potong lagi.

"Udah bosen aku makan nasi tim terus.."

"Corn soup mau?" Aku menunjukan sebungkus corn soup instant yang baru saja aku ambil dari laci penyimpanan.

"Boleh deh.." jawabnya, namun fokusnya saat ini sudah beralih pada handphonenya, seperti tengah mengetik sesuatu disana.

Aku mulai kegiatan memasakku, membiarkan keheningan dengan nyaman berada di antara kami.

"Sher.." panggil Sadam saat aku tengah memotong dadu dada ayam fillet di hadapanku.

"Hmmm?"

"Gak jadi deh.." ucapan Sadam kali ini membuatku menghentikan kegiatanku sejenak untuk menoleh ke arahnya.

"Kenapa? Pamali loh bikin orang penasaran tuh!"

Kemudian Sadam menghampiriku. Menggeser kursi di meja makan untuk kemudian ia duduki. "Iniiii.. kita nginep di hotel aja ya.. jangan di rumah.. aku udah booking hotel di Malioboro.. biar besok agak siang kita baru ke rumah mami.." kali ini aku benar-benar menghentikan kegiatanku. Menundanya beberapa waktu karena aku rasa ini sedikit serius untuk di bicarakan.

"Kenapa begitu?" Aku berbalik menghadap ke arah dimana Sadam duduk dengan matanya yang masih saja fokus pada handphone.

"Aku rasa kita akan lebih nyaman kalau nginap di hotel daripada di rumah.."

Aku menghampirinya, duduk di kursi lain di hadapan Sadam. "Kita atau kamu?"

"Kita Sher.." Sadam menatapku. "Ya?" Tatapan memohon itu membuat aku mau tak mau menyetujui.

Dear FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang