Berakhir

248 18 14
                                    

"Aku jelas serius Sher.. sangat serius! Kamu dengerin aku jelasin semuanya dulu dong.." kali ini Sadam mengikutiku masuk ke dalam kamar. Beberapa kali tangannya mencoba meraih tanganku agar mau mendengarkannya.

"Apa? Kamu mau jelasin apa?! Mau jelasin kalau ternyata kamu gak bisa tepatin janji kamu sama aku?! Iya?" Emosiku pada akhirnya meledak, aku menatap marah tepat pada mata Sadam.

"APAAA? AYO JELASIN!" aku memukul dadanya berkali-kali saat ia berusaha memelukku. "Jauh-jauh!!! Aku gak mau kamu pegang aku!"

"Dari awal aku dateng aku udah merasa aku di jebak Sher.." alasan macam apa yang aku dengar ini?!

"Kamu bahkan sudah sangat dewasa untuk terhindar dari hal itu Dam! Aku kasih ijin kamu pergi karena aku berusaha percaya sama kamu!!!" Aku menjatuhkan diri, duduk di tepi ranjang. Baru kali ini aku merasa sekecewa ini pada Sadam.

"Sher yang aku tahu dari awal mereka ngundang aku untuk surprise farewell party karena Jonathan akan pindah ke Hawaii. Bukan acara untuk birthday Erica, aku bahkan sama sekali gak inget tanggal ulang tahun Erica, sama sekali aku gak inget Sher!" Sadam melangkah mendekatiku, berlutut tepat di hadapanku. "Please percaya sama aku.." mohonnya.

"Gimana bisa aku percaya sama kamu lagi Dam?! Foto tadi udah jelas nunjukin gimana kamu di belakang aku.. kita batalin semua rencana kita ya?!" Sesak itu rasanya semakin menekanku untuk menumpahkan tangis saat ini juga. "Aku gak bisa jalani hidup sama orang yang bahkan gak punya prinsip sama sekali.."

"Sher.. percaya sama aku.. aku yakin ini kerjaan Nathan sama Erica!"

"Jangan childish! Bawa-bawa nama orang lain atas apa yang kamu lakuin." Aku mengusap pipiku yang basah, berusaha keras menghentikan tangisku.

"Mereka yang minta aku buat dateng! Mereka juga yang bilang ini farewell party, waktu aku berusaha buat pamit pulang duluan tadi, Nathan bersikeras nahan aku buat tetep ada disana sampe akhirnya Erica maksa aku buat minum.. aku udah berusaha untuk menolak, gak mudah Sher.."

"Gak mudah karena Erica terlalu menggoda? Sayang buat di lewatin kan?!" Mendengar ucapanku Sadam menggeleng berkali-kali tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Tangannya memegang jemariku, ia menaruh kepalanya di atas pahaku terlihat sangat memohon untuk di maafkan. "Udah gak usah nyesel gitu, udah kejadian juga, aku udah sebegini kecewanya sama kamu. Kita batalin aja rencana kita sebelum ibu terlanjur booking semuanya.." aku berusaha menetralkan nada bicaraku saat ini. Berusaha mati-matian untuk setenang mungkin.

Sadam mengangkat wajahnya, menatapku dengan mata yang basah. Air mata buaya! "Sher, aku udah ceritain sejujur-jujurnya. Aku yakin yang kirim kamu foto-foto itu juga Nathan! Aku di jebak sayang!"

Aku menggeleng, melepas tangan dari genggaman Sadam untuk mengusap kembali pipiku. "Gak usah panggil aku kayak gitu lagi. Kita selesai! Kamu boleh lakuin apapun yang kamu mau tanpa harus pikirin aku, uang yang kamu transfer dua bulan ini aku transfer balik ya.." tanganku bergerak melepas kalung yang di berikan mami Sadam. "Balikin ke mami, bukan aku orangnya." Sesak itu kembali memaksa airmataku untuk kembali meluap.

"Sher... Please.. jangan gini.. maafin akuu..." Sadam berpindah duduk di sebelahku.

"Mulai besok, kamu boleh balik ke apartemenmu, kamu bebas lakuin apa aja tanpa harus bikin aku merasa terluka dan di bohongi.." bisa ku lihat betapa kacaunya Sadam. Wajahnya ikut basah, menangis juga. "Sejak awal kita memang jodoh, jodoh hanya sebagai teman, bukan pasangan.."

***

Terdengar suara pintu kamar terbuka dan menguar aroma khas orang yang baru selesai mandi menyapa hidungku saat aku tengah sibuk membuat segelas air lemon hangat untuk menetralkan efek alkohol pada Sadam. Meski kecewa, aku masih perlu bicara dengan keadaan tenang untuk benar-benar memutuskan hubungan kami. Ku taruh gelas di atas meja makan saat Sadam sudah berdiri di sebelahku.

Dear FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang