Author's POV
Sadam mendorong pelan tubuh Sherina, membaringkannya di atas sofa yang terasa sempit untuk mereka tempati berdua, keduanya terhanyut. Saling melumat dan menyentuh satu sama lain.
"Dam.." Sherina menahan tubuh lelaki di atasnya itu ketika Sadam mulai mengecupi ceruk lehernya. "Jangan merusak apa yang udah kamu pertahanin.." Ujar Sherina terengah menahan rasa yang nyaris tak lagi bisa di tahannya. Sadam kembali mengecup bibir Sherina sebelum menjatuhkan diri di sebelah gadisnya, memeluk erat tubuh Sherina. Keduanya terlihat sama-sama terengah mengatur nafas.
"Maaf Sher.." Sadam mengecup lama kening perempuannya, "makasih udah mengingatkan.." ujarnya.
Ditengah keduanya yang masih berusaha menetralkan detak masing-masing, handphone Sherina berdering nyaring mengganggu, membuat keduanya menoleh bersamaan ke arah meja di dekat mereka. Video call dari ibu membuat keduanya kelabakan merapikan pakaian masing-masing, Sadam memungut t-shirt yang sudah di jatuhkannya ke lantai sembarang, sedangkan Sherina kembali mengancingkan piyamanya.
"Udah tidur Sher?" Sapa bu Darmawan saat melihat penampilan putrinya yang sedikit berantakan.
"Baru mau bu.." jawab Sherina, kemudian ia berdehem berusaha menghilangkan paniknya.
"Jadi gimana sama Sadam? Udah baikan?"
Sherina menggaruk tengkuknya. "Udah baik-baik aja kok bu.. kita juga udah sepakat buat lanjutin rencana kita.."
"Udah bener yakin nih? Gak tiba-tiba minta batal lagi nanti??"
"Iya bu.. beneran.."
"Sadamnya mana? Ibu mau bicara.."
"Sadam...mmm... di unitnya lagi ada temen-temen kantornya nginep di tempat dia bu.." terlihat sekali kegugupan di wajah Sherina membuat bu Darmawan mengernyit.
"Kamu baik-baik aja kan Sher? Gak lagi sakit kan?"
"Baik... Baik-baik aja kok bu.. cuma, bu nanti aku telepon lagi ya?! Ada telepon dari Vina takutnya urusan kantor nih.." ujarnya saat mendapati notifikasi panggilan masuk dari Vina di handphone nya.
"Beneran gak apa-apa ya? Ibu mau telepon Sadam dulu kalau gitu.." ucap Bu Darmawan sebelum memutus sambungan teleponnya.
"Jangan di angkat!" Ucap Sherina saat handphone Sadam bergetar di atas meja. Membuat laki-laki yang sejak tadi berusaha tak bersuara di sampingnya itu mengurungkan niatnya. Kembali duduk bersandar pada sofa.
"Ya Vin? Kenapaaa?" Tanya Sherina saat sudah beralih pada sambungan telepon dari Vina.
"Besok lo bolos lagi aja ya Sher?! Gue bantu bikin surat dokternya deh ke temen gue nanti.." kali ini ucapan teman akrabnya di kantor membuat Sherina mengernyit.
"Kenapa?" Sherina melirik Sadam sebelum menekan icon loudspeaker pada layar handphonenya.
"Besok, kita ada meeting sama client baru.. ada project design kemasan yang mereka percayain ke perusahaan kita.. dan yang gue tahu perusahaan ini tempat Nathan kerja, waktu Jakarta fair mereka buka booth juga kan ya??"
"Ya terus masalahnya apa?"
"Sher!" - "Sherinaaa.." Sadam dan Vina bersuars bersamaan.
"Nathan loh!! Lo masih mau ketemu dia?! Gue sih gak kasih! Pokoknya besok lo di rumah biar tanggung jawab design nya bisa di kasih ke yang lain. Oke? Tahu beres pokoknya!" Ucapan Vina kali ini tak lagi bisa di bantah.
"Thanks ya Vin! Emang masih agak bandel nih anak!"
"Di jinakin dulu dong pak Sadam calon istrinya.." setelahnya terdengar tawa Vina dan suaminya di sebrang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Future
Fanfiction"Ini kalau anak kita laki-perempuan sepertinya lucu ya jeng kalau nantinya kita besanan.." ujar wanita yang nampak jauh lebih dewasa dibanding wanita yang lain. Bu Ardiwilaga, beliau akrab di sapa seperti itu. Wanita disebelahnya tersenyum sambil me...