Pintu ruangan kembali ada yang mengetuk ketika baru saja Sadam menikmati suapan ke empat dari tanganku.
"Hadeuuuhh.. siapa lagi sih???" Gerutunya, kesal. Tak lama tampak Nathan muncul dari balik pintu.
"Sorry Sher gue baru bisa balik kesini lagi sekarang.. ada urusan dulu tadi.." ujar Nathan, padahal aku sama sekali tidak melayangkan protes apapun padanya. "Lo mau balik dulu sekarang? Perlu gue anter gak?" Tawarnya kemudian.
"Kok lo nyuruh Sher balik sih Than? Gak liat dia lagi nyuapin gue?" Sadam mode sakit begini kenapa galak sekali?
"Aku perlu mandi dulu Dam, sekalian bawa baju kamu juga.." jelasku. "Kelar nyuapin dia deh Than.. biar gak rewel ini bayi gede!" Aku menoleh singkat ke arah Nathan sebelum menyuapi Sadam lagi.
"Lo aja sih yang bawain baju-baju kita kesini Than.. masa Sher balik sendirian?!" Usul Sadam yang berhasil membuat ku membulatkan mata.
"Dam.. masa Nathan siapin baju aku sih?!"
"Beli online aja deh kalo gitu daripada kamu harus pulang dulu.." rengeknya.
"Buset dah bapak Sadam?! Apa gue gak salah denger nih? Balik paling makan waktu sejam doang.. di tinggal bentar gak apa-apa dong?!" Ujar Nathan.
"Boleh ya? Janji sebentar aja kok.." lalu Sadam menatapku seolah berpikir sejenak lalu mengangguk pelan.
"Jangan macem-macem tapi sama dia.." gumamnya.
Selesai menyuapi Sadam dan memastikan ia sudah dalam kondisi nyaman akhirnya aku bisa pulang sesaat ke rumah. Tak ingin membuang waktu karena Sadam hanya memberiku waktu satu jam saja, begitu tiba di apartemen yang kulakukan adalah menyiapkan baju ganti untuk Sadam, alat mandi lalu beralih pada barang-barang milikku. Setelahnya barulah aku mandi sedangkan Nathan membawa barang-barang turun untuk di taruh di mobil.
Tak butuh waktu lama, dua puluh menit untuk ritual membersihkan badanku. Aku sudah berada kembali dalam mobil menuju rumah sakit.
"Belum ada keputusan kapan Sadam bisa pulang ya Sher?" Tanya Nathan saat kami kembali menuju rumah sakit.
"Kalau gak besok kayaknya lusa deh.. gue belum tanya lagi sih.. dokternya juga baru visit lagi nanti sore kayaknya.. Kenapa?"
"Ah?? Enggak.. Lo jadi gak bisa ikut outing kantor lo dong?" Aku menepuk jidatku, baru ingat jika belum mengabari orang kantor kalau aku batal ikut outing.
"Gue lupa banget ngabarin orang kantor lagi!!"
"Emang beneran gak ikut Sher??" Nathan menoleh ke arahku seolah memastikan.
"Ya Sadam sakit Than.. gimana ceritanya gue bisa tenang ikut outing? Gue tinggal bentar aja susah ini.. lo lihat sendiri tadi.."
"Kalian udah jadian nih ceritanya?" Tanya Nathan kemudian.
"Yaaa... Gitulah..."
"Gitulah gimana?"
"Ya lo bisa menyimpulkan sendirilah ya harusnya.." aku menggaruk kepalaku yang sebenarnya tak gatal. "Akhirnya Sadam ngutarain rasanya dia.. gak rela kalau ada yang gantiin posisi dia di hidup gue.. bilangnya sih begitu.." jelasku.
"Kok lo kayak ragu gitu?"
"Ragu?? Enggak!" Aku sejenak berpikir "cuma butuh adaptasi aja kayaknya.. karena sekarang Sadam rasanya jadi sosok lain.. banyak sisi dia yang belum pernah dia tunjukkan ke gue sebelumnya.."
"Yakin tapi sama dia?!"
"Apa sih pertanyaan lo? Ya yakinlah gue.." lalu bisa ku lihat Nathan mengangguk-anggukkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Future
Fanfiction"Ini kalau anak kita laki-perempuan sepertinya lucu ya jeng kalau nantinya kita besanan.." ujar wanita yang nampak jauh lebih dewasa dibanding wanita yang lain. Bu Ardiwilaga, beliau akrab di sapa seperti itu. Wanita disebelahnya tersenyum sambil me...