Bahaya

211 20 70
                                    

Sadam POV

Perempuan keras kepala itu kemudian berlalu dari hadapanku, tangannya sibuk menempelkan handphone pada telinganya sedangkan mulutnya bergumam "bentar ya, aku turun sekarang!". Aku jelas tahu siapa yang menghubunginya di hari yang hampir tengah malam ini, Nathan. Entah apa maksudnya, Sherina berujar ingin membuktikan apa yang aku ucapkan kemarin malam. Cara yang menurutku justru membahayakannya, namun bukan Sherina jika tak merasa benar dengan keputusannya.

Beberapa kali kucoba hubungi Sherina namun tak satu pun teleponku terjawab. Hingga satu jam berlalu, akhirnya kuputuskan untuk segera menyusulnya. Mengendarai mobil dengan situasi hati yang sama sekali tak bisa tenang, club bukan tempat yang cocok untuk Sherina datangi dengan orang 'asing' dan jangan lupakan pakaian yang dikenakan Sherina malam ini. Apa-apaan dia dengan dress itu?

Ku parkir mobilku sembarang, di dekat pintu masuk bisa kulihat Aryo, orang yang Sherina mintai tolong untuk menjemputnya tengah mondar-mandir tampak ragu untuk masuk ke dalam.

"Aryo?" Aku memanggilnya saat aku baru saja turun dari mobil. Orang yang kumaksud menoleh lalu menghampiriku tergesa.

"Mas Sadam.." ucapnya "itu... Mmm.. anu... Sherina minta saya jemput jam dua belas tapi susah di hubungi handphonenya.." ia menjelaskan dengan raut khawatir.

"Biar gue aja Yo.. lo bisa tunggu disini sebentar?" Aku menyerahkan kunci mobilku pada Aryo, firasatku sudah sangat tidak mengenakkan. "Bantu buka kunci mobil nanti.. gue mau bawa pulang paksa Sherina takut-takut dia berontak??" Dan dapat kulihat Aryo menggaruk kepalanya bingung namun tetap menerima kunci mobilku.

Bau alkohol menyapa indera penciumanku berbarengan dengan riuh musik yang selalu memekakkan telinga. Biasanya aku memasuki tempat ini dengan perasaan suka cita, kali ini di penuhi dengan perasaan tak enak. Mataku mencari-cari dimana keberadaan perempuan dengan dress hitam yang terbuka di bagian dadanya itu? Ia tak ada di bagian dance floor, kali ini aku meyakini ia berada di tempat biasa jika aku bersama mereka berkumpul.

Tanganku terkepal kuat, rahangku mengeras ketika aku merapatkan gigi-gigiku, kesal ketika melihat bagaimana Nathan menunduk, menahan kedua tangan Sherina yang terbaring tak nyaman di sofa sedangkan kepala si laki-laki bajingan itu sibuk berada di bagian leher Sherina yang mendongak. Mereka ingin memberikan tontonan gratis di sini?!

Baru saja aku akan melangkah mendekati mereka di saat yang sama Sherina sedikit mengangkat tubuhnya sebelum memuntahkan isi perutnya di depan Nathan, mengenai seluruh pakaian bagian depan mereka berdua, aku yakin dia mabuk berat saat ini. Tanpa berlama-lama aku mendorong Nathan yang sudah sedikit menjauh dari tubuh lemah yang kembali terbaring di sofa.

"Aaargghh! Sialan! Ngapain lo masih datang kesini?!" Teriak Nathan dengan wajah merah padam namun tubuhnya sama sekali tak sanggup untuk kembali bangkit dari tempatnya.

"Lo apain Sherina?! Kurang ajar! Setan!" sumpah serapah setelahnya keluar dari mulutku berbarengan dengan beberapa kali kuberikan pukulan di wajahnya, membuat beberapa orang melihatku dengan wajah kaget mereka di tengah musik yang masih menggema. Reflek aku berteriak mengusir agar tak lagi melihat ke arah kami, mereka sama sekali tak menggubris dan baru membubarkan diri saat aku meninju meja kaca berwarna hitam di tengah-tengah tempat ku berada hingga menimbulkan retakan di sana.

"Astaga Sher!" Kuhampiri Sherina setelah kupastikan Nathan tak sadar untuk sementara waktu. Melepas jaketku untuk menutupi tubuh bagian atasnya, kemudian mengangkat tubuh yang benar-benar lemas itu dari sofa. Rambutnya yang tergerai terlihat sangat berantakan dan basah.

Aku menggendongnya keluar dari tempat yang tak lagi menyenangkan untukku, menerobos kerumunan orang-orang yang bahkan sama sekali tak peduli dengan apa pun yang terjadi di sekitarnya.

Dear FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang