Eighth

13 2 0
                                    

Tandai typo-nya yaa✨🎠

"Abang, kalo mamah boleh tau, kenapa abang milih gadis yang beda keyakinan dengan kita?" tanya Lia waktu itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Abang, kalo mamah boleh tau, kenapa abang milih gadis yang beda keyakinan dengan kita?" tanya Lia waktu itu.

Tanpa diragukan pertanyaan itu membuat Kalael tertegun. Kenapa?

Kenapa ia memilih Rosalyn yang berkeyakinan beda dari ia dan keluarganya?

"Abang cuma.. suka aja sama dia, mah," kata Kalael.

Lia tersenyum lembut, "Baguslah, alasan abang sangat wajar."

Keduanya merapatkan mulut menikmati kelengangan yang menyelimuti kediaman mereka.

Sore itu, Kalila tengah diajak berkeliling oleh Kelian serta Mahendra. Mau lihat pertandingan voli antar RT di lapangan kompleks sebelah katanya.

Sehingga Lia punya banyak waktu untuk bicara heart to heart pada putra sulungnya.

"Abang, mamah juga bukan orang baik yang selalu taat aturan agama. Keluarga kita juga bukan gambaran religius, mamah tahu," kata Lia sangat berhati-hati.

Meski mereka duduk bersebelahan sehingga ia tidak bisa melihat perubahan ekspresi putranya, namun ia yakin, Kalael seratus persen mendengarkan dengan baik.

"Mamah bukan tanpa alasan ngga ngebolehin kalian punya pacar waktu SMP. Mostly, anak usia segitu lagi penasarannya sama hal seperti itu. Mamah khawatir anak mamah kurang pandai membedakan mana yang benar dan mana yang tidak boleh dilakukan."

"Pacaran jelas dilarang, tapi mamah juga bingung gimana menerapkannya mengingat kita hidup di jaman yang sudah jauh berbeda dari zaman panutan kita. Mamah juga nggak ingin mamah dibenci kalian karena jadi orang tua yang pasti dibilang kolot, padahal kenyataannya aturan agama tidak pernah ada kadaluarsanya. Iman mamah nggak sebagus itu sampai hatinya kuat menerapkan dengan baik semua aturan itu, bahkan dalam diri mamah sendiri."

"Sejujurnya mamah takut mau bilang sama abang, mamah takut abang sakit hati terus benci sama mamah. Mamah nasehatin memang sebagai mamahnya abang, tapi bahkan mamah sendiri belum sepenuhnya jadi contoh yang baik."

Biasanya Kalael akan langsung mengambil tangan ibunya untuk digenggam bila dirasa ada sesuatu yang mengganggu sang ibu. Namun kali ini lelaki itu diam saja.

Dalam hati Kalael, ia sedang mempersiapkan diri. Ia takut mamah memintanya melakukan hal yang paling tidak ingin ia lakukan untuk saat ini.

Sebelah hatinya membenarkan semua ucapan sang mamah, namun sebagian lainnya menentangnya. Apa yang salah? Toh pacaran tidak berarti akan menikah. Itu semua masih jauh darinya. Ia hanya ingin merasakan bahagia bersama gadis yang ia sukai. Itu saja, tidak lebih.

Tidak berniat mengambil gadis itu dari Tuhannya, ataupun meninggalkan Tuhan Kalael sendiri.

"Yang Abang jalani memang hanya pacaran. Hanya. Tapi bagi mamah itu bukan sekedar hanya, mas."

Will NeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang