Twnty-Sxth

12 2 0
                                    

Tandai typo-nya yaaa🍨

"Mamah di Solo nanti berapa lama?"

Lia yang sedang membaca majalahnya jadi mendongak sebentar menatap putranya.

"Lima atau enam hari mungkin. Bisa diperpanjang tapi nggak bisa dipangkas" kata Lia. "Kenapa emang?"

"Abang mau ada latihan voli mulai minggu depan," kata Kalel yang sudah siap dengan kostum jogingnya, tinggal ambil sepatu.

"Emm, bisa-bisa. Udah bisa pulang kok kalo minggu depan," ujar Lia.

"Oke kalo gitu."

"Event pertandingan apa, bang?" tanya Lia sebelum Kalel beranjak.

"Pelita Cup. Punya Pelita Garuda."

"Wah, raksasa properti yang ngadain," kata Lia. "Semangat ya, bang! Siapa tahu kalo menang dapet penthouse."

Kalel hanya tertawa dengan candaan ibunya itu sebelum berjalan keluar.

Mamahnya adalah salah satu ibu yang paling supportif di dunia, menurutnya. Ada banyak teman-teman Kalel yang tidak bisa merasakannya karena orang tua mereka beranggapan sebuah prestasi itu hanya dilihat dari nilai akademik.

Padahal sebetulnya Lia bisa se-lapang dada itu juga karena prestasi Kalel yang berimbang.

Sudahkah diberi tahu kalau pengambilan rapor kemarin Kalel mendapat peringkat dua paralel untuk jurusan IPS kelas sebelas?

Ya, itulah dia.

"Abang mau lari?!" tanya Kelian berteriak dari balkon lantai dua.

"Iya," jawab Kalel memakai sepatu tanpa menoleh ke atas.

"Ikut ikuuut!"

Inilah kenapa kadang Kalel mengendap-endap untuk sekedar jogging dengan tenang. Ini baru awal saja Kelian bertingkah begini, kalau dibiarkan ikut ia bisa terpenjara di warung bubur kacang ijo lagi gara-gara Kelian mengeluh haus dan lapar.

"Nggak usah, lo ngrepotin!" kata Kalel.

"Enggak, suer! Tunggu gue pokoknya!"

Kalau sudah begini sih, semisal nekat ninggalin, Kalel yang akan kena marah karena adiknya tidak diajak.

Derita para kakak, padahal para orang tua itu tidak tahu saja kelakuan adik-adik yang bikin kesel.

***

"Ih, ibu-ibunya liatin lo!"

Ini, nih, contoh mengganggunya.

"Diem, Yan."

Kelian terdiam cemberut. Namun setelah itu langsung kembali berlagak seperti artis saat melewati beberapa ibu-ibu, atau remaja perempuan yang sedang berkumpul. Kalo lewat gerombolan laki-laki sih pura-pura tidak lihat sambil tetap lari sok keren.

"Orang sini produktif juga ya, hobi keluar-keluar dan bersosialisasi."

Kalel diam saja.

"Eh, tapi mamah nggak terlalu ding. Apa karena ada si bocil ya jadi nggak punya waktu keluar? Kasian juga mamah kalo bener."

Sebenarnya Kelian ini orang yang sangat melibatkan perasaan meski laki-laki pada umumnya tidak begitu.

Dalam diamnya Kalel juga setuju, tapi bukan berarti menyalahkan Lila. Mungkin lain kali keluarga mereka harus memberikan me time yang banyak untuk sang mamah agar lebih bisa menikmati hidup.

Namun karena Kalel sedang tidak ingin mendengar celotehan Kelian yang semakin panjang karena direspon, maka ia diam saja. Berharap adiknya itu akan berhenti sendiri.

Will NeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang