Tandai typo-nya yaaa
"Hold fast to dreams
For if dreams die
Life is a broken-winged bird
That cannot fly.
Hold fast to dreams
For when dreams go
Life is a barren field
Frozen with snow."-Langston Hughes
Wijaya Kusuma menghentikan aktivitas belajar mengajar selama satu Minggu penuh pasca kejadian guna sterilisasi TKP dan segala prosedur yang diperlukan pihak berwajib.
Sudah tiga hari lamanya Elmira tidak pernah melakukan apapun di rumahnya. Hanya berbaring di kasur dan masih banyak diam. Berbicara dan keluar kamar seperlunya saja.
Orang mana yang tidak patah hati menyaksikan hal serupa?
Elmira tidak membuka ponselnya bahkan untuk sekedar bermain, ia merasa cukup dengan berada di rumah dan bersama keluarganya, cukup sebagai terapis sederhana dan menenangkan pikirannya.
Meski tetap saja dalam lubuk hatinya berkecamuk luar biasa perasaan bersalah dan amarah yang tidak serta merta mereda.
Elmira makan teratur, meski hanya sesuap dua suap. Tapi ya hanya itu agendanya. Terkadang ia tiduran ditemani bunda, atau Mbak Una. Acha akhir-akhir ini sedang sibuk mengerjakan projek nya.
Gadis itu menghela napas.
Ia membalik posisi tidurnya jadi terlentang menatap langit-langit kamar. Entahlah, ia tidak merasa bosan sama sekali.
Terkadang ada keinginan untuk tertidur supaya sejenak ia lupa akan realita ini, tapi rupanya pikiran Elmira sulit sekali ditidurkan. Terlalu banyak yang ia pikirkan dan rasakan sampai rasanya Elmira tidak ingin membuang waktu selain berpikir.
Pintu kamarnya yang terbuka membuatnya menoleh kecil.
Acha masuk membawa sesuatu.
"Hai," katanya.
Terdengar tidak seceria biasanya tapi Elmira juga paham mengapa Acha begitu padanya.
Kakaknya itu bergabung di atas kasur.
"Maaf ya, aku kemarin-kemarin sibuk proyek banget, I'm so sorry," kata Acha dengan pelan.
Elmira tahu kakaknya sedikit banyak pasti merasa bersalah karena tidak selalu ada untuknya.
"Nggak papa," jawab Elmira seolah tak mempermasalahkan.
Acha mengangguk lalu ikut berbaring, "Udah makan?"
"Udah," jawab Elmira, "Tapi nggak habis.."
"Nggak papa, yang penting perutnya kemasukan makanan," ujar Acha menepuk lengan Elmira.
Keduanya kemudian hening, sama-sama menatap ke langit-langit kamar Elmira.
Acha sendiri kali ini benar-benar tidak tahu harus bagaimana. Ia dan Elmira terbiasa blak-blakan dan penuh keramaian jika bersama. Tapi kini ia tak bisa begitu, ia harus benar-benar berhati-hati dalam bersikap dan berbicara dengan Elmira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Will Never
Teen FictionElmira tidak menyangka tahun pertamanya di SMA Wijaya Kusuma membawa sebuah kejadian besar yang tidak pernah Elmira bayangkan sepanjang eksistensinya di dunia. Dimulai dari munculnya sebuah postingan yang menjadi sumber kejahatan revenge porn sanga...