Thrty-Sxth

6 1 0
                                    

Tandai typo-nya yaaa🍟



Tandai typo-nya yaaa🍟

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Selamat malam, Tante Naifa, saya Elmira."

Elmira ragu, apakah ia harus menyebut nama Diana atau tidak. Ia takut justru akan membangkitkan trauma dan membuat kondisinya menjadi drop.

Ia menoleh sebentar pada Suster Danisa dan wanita itu mengangguk meyakinkan.

"Saya teman baik Diana," katanya berhenti sebentar, hanya untuk memastikan apakah Naifa baik-baik saja.

Rupanya wanita itu hanya berkedip lambat.

"Saya ingin menyampaikan pesan dari mendiang pada tante. Diana bilang," Elmira menelan ludahnya susah payah. "Diana sangat menyayangi tante."

Naifa memejamkan matanya.

"Lebih dari dunia dan seisinya."

Kini rasanya, malah Elmira ingin meneteskan air mata.

Ini semua terlalu menyedihkan untuk dialami sepasang ibu dan putrinya. Elmira tidak bisa membayangkan perasaan keduanya selama ini. Mereka benar-benar orang yang kuat. Mereka bertahan sejauh ini demi satu sama lain.

"Diana merasa sangat beruntung telah lahir sebagai putri tante," ujar Elmira lirih.

Di situ, Elmira melihat sendiri bagaimana sebutir air mata jatuh melalui ujung mata Naifa. Pasti rasanya menyakitkan. Sangat sakit.

"Maka dari itu, Diana selalu berharap yang terbaik untuk tante," katanya. "Saya pun begitu."

Elmira mengembangkan senyum kecil seolah Naifa bisa menoleh dan melihat senyumnya. Ia ingin memberikan energi bahwa Naifa tidak sendiri, karena Elmira juga peduli padanya.

"Saya, dan pastinya Diana, sangat berharap tante sehat kembali."

Sejujurnya bukan itu, ia hanya berharap yang terbaik.

Elmira takut harapannya justru membuat siksaan baru bagi Naifa di dunia yang kejam ini.

"Saya pribadi ingin menyampaikan, bahwa yang perlu tante tahu, tante menjalankan tugas dengan sangat baik dalam membesarkan Diana," kata Elmira. "Saya yakin, bahwa Tante adalah ibu yang baik, dan sempurna untuk Diana."

Kalimat itu kembali disusul dengan lelehan air mata Naifa dan kali ini, Elmira turut menangis.

Sebelum menegakkan tubuhnya, ia mengelus pelan tangan Naifa yang sangat kurus dan dingin. Elmira mencoba mengingatkan Naifa bahwa Diana tetap ada dan hidup selamanya dalam hati beliau.

Entah berapa banyak kelebat bayangan yang terputar dalam memori Naifa, yang jelas air mata tak berhenti mengalir.

Kemudian yang Elmira rasakan, jemari Naifa yang seolah berusaha menggapai balik jemarinya membuat sengatan hingga membuatnya tersentak.

Will NeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang